Minggu, 08 Juli 2012

Sedikit tentang keterampilan berbahasa


BERBICARA
SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA
  1. Ketrampilan Berbahasa : Komponen-komponennya
Ketrampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu:
a.       Ketrampilan menyimak (listening skills)
b.      Ketrampilan berbicara ( speaking skills)
c.       Ketrampilan membaca (reading skills)
d.      Ketrampilan menulis (writing skills)[1]
       Setiap ketrampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka- ragam. Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur : mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelim memasuki sekolah. Keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal.
       Selanjutnya setiap ketrampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikiraanya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir[2].

B.     Berbicara sebagai suatu ketrampilan berbahasa
Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu ketrampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh ketrampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum-matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Juga perlu kita sadari bahwa ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif dalam ketrampilan-ketrampilan berbahasa yang lainnya itu[3].
       Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas maka berikut ini akan kita tinjau secara lebih terperinci hubungan antara :
a)      Berbicara dengan menyimak
b)     Berbicara dengan membaca
C.    Ekspresi lisan dengan ekspresi tulis


a)      Hubungan Antara Berbicara dengan menyimak
       Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap- muka atau face to face communication
       Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak adalah sebagai berikut ini :
(a)    Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi).
(b)   Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak bisanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa/kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.
(c)    Ujaran sang anak mencerminkan pemakaina bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup ; misalnya: ucapan intonasi, kosa-kata, penggunaan kata-kata, pola-pola kalimat.
(d)   Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit ketimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
(e)    Meningkatkan ketrampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
(f)    Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu sang anak akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari orang lain.
(g)   Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan/meniru bahasa yang didengarnya[4].(Tarigan,1980a,b : 1-2;Dawson[et al], 1963 : 29)
       b)   Hubungan antara Berbicara dengan Membaca
       Beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara pekembangan kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan baca. Telaah-telaah tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan-kemampuan  umum berbahasa lisan turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman-pengalaman yang menguntungkan serta ketrampilan-ketrampilan bagi pengajaran membaca. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup  ujaran yang jelas dan lancer, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap serta sempurna bila diperlukan, pembedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar serta logis.
       Hubungan-hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat diketahui dari beberapa penelaah penelitian, antara lain :
(a)    Performasi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.
(b)   Pola-pola ujaran orang yang tuna-aksara mungkin menngangu pelajaran membaca bagi anak-anak.
(c)    Kalau pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka.
(d)   Kosa kata khusus mengenai bahan baccan haruslah diajarkan secara langsung[5]. (Tarigan, 1980a : 4 ; Tarigan, 1980b : 6-7 ; Dawson [et al], 1963 : 30)

       D. Hubungan antara Ekspresi Lisan dengan Ekspresi tulis
       Adalah wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaan ; antara lain :
1)      Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang member cirri kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
2)      Sang anak yang telah dapat menulis dengan lancer biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide rumit yang diperlehnya dari tangan kedua.
3)      Perbedaan-perbedaan terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap, dan biasanya lebih kacau serta membingungkan daripada komunikasi tulis.
4)      Pembuat catatan serta pembuat bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar.
       Begitulah, guru bahasa haruslah melihat instruksi atau pengajarannya dalam konteks yang tepat lagi wajar. Sang guru harus melihat bahwa pengajaran menyimak, berbicara dan menulis itu haruslah sering berhubungan serta berkaitan erat dengan ketrampilan berbahasa yang keempat, yaitu membaca. Segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan salah satu segi tersebut jelas akan berpengaruh kepada tiga sisi lainnya ; dan melalaikan salah satu diantaranya, jelas pula memberi pengaruh jelek pada yang lainnya. Yah, kita harus selau mengingat bahwa “learning is an integrated thing”[6].
       Demikianlah dalam pendahuluan ini telah kita bicarakan sepintas kilas mengenai ketrampilan berbahasa yang dalam bahasa inggris disebut language (arts sand) skills. Istilah art “seni” dipergunakan untuk melukiskan sesuatu yang bersifat personal, kreatif, dan original; sedangkan kata skill “ketrampilan” dipakai untuk menyatakan sesuatu yang bersifat mekanis, eksak, impersonal.
       Menyimak dan membaca erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya, keempat ketrampilan tersebut sering kali berhubungan satu sama lain. Seorang mahasiswa menulis catatan waktu dia menyimak atau membaca. Seorang pembicara menafsirkan responding pendengaran terhadap suaranya sendiri. Dalam percakapan jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hamper-hampir merupakan proses yang sama[7].
c)Berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi
       Manusia adalah makhluk sosial, dan tindakannya yang pertama dan yang paling penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tempat saling mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan, atau saling mengekspresikan serta menyetujui sesuatu pendirian atau keyakinan.
       Komunikasi mempersatukan para individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menggabungkan konsep-konsep umum, memelihara serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut tidak akan ada serta dapat bertahan lama tanpa adanya masyarakat-masyarakat bahasa. Dengan perkataan lain : masyarakat berada dalam komunikasi linguistik.
Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan-kehidupan individual kita. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata.
Profesor Anderson mengemukakan adanya 8 prinsip (linguistik) dasar, yaitu :
(I)                Bahasa adalah suatu sistem ;
(II)             Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran) ;
(III)          Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbitrary symbols) ;
(IV)          Setiap bahasa bersifat unik : bersifat khas ;
(V)             Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan ;
(VI)          Bahasa adalah alat komunikasi ;
(VII)       Bahasa itu berubah-ubah

      d) Batasan dan Tujuan Berbicara
       Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar(audible) dan yang kelihatan(visible) yang memanfaatkan sejumlah otot adan jaringan otot tubuh manusia demi maksud tujuan dan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan lingustik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sabagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
       Dengan demikian berbicara itu lebih dari pada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
       Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogianya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya ; dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
       Apakah sebagai alat sosial (social tool) ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional(business or professional tool) maka pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu :
a)      Memberitahukan, melaporkan
b)      Menjamu, menghibur
c)      Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan.
Selanjutnya perlu juga kita pahami beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain :
a. Membutuhkan paling sedikit dua orang.Tentu saja pembicaraan dapat dilakukan oleh satu orang dan hal ini sering terjadi, misalnya orang yang sedang mempelajari bunyi-bunyi bahasa beserta maknanya.
b. Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
      c. Menerima atau mengakui suatu daerah refrensi umum.
     d. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan
     e. Menghubugkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
f. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
 g. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran.
h. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil.
       Keberhasilan seseorang berkomunikasi dalam masyarakat menunjukkan kematamgan atau kedewasaan pribadinya. Ada empat keterampilan utama yang meripakan ciri pribadi yang dewasa
  1. Keterampilan sosial. Yaitu kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif dalam hubungan-hubungan masyarakat.
  2. Keterampilan semantik adalah kemampuan untuk mempergunakan kata-kata dengan tepat dan penuh pengertian.
  3. Keterampilan fonetik. Ialah kemampuan membentuk unsur-unsur fonemik bahasa kita secara tepat.
  4. Keterampilan vokal. Adalah kemampuan untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara kita.

e)Berbicara sebagai seni dan ilmu.
      Kalau kita memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan butir-butir yang mendapat perhatian antara lain :
  1. Berbicara dimuka umum
  2. Semantik, pemahaman makna kata
  3. Diskusi kelompok
  4. Argumentasi
  5. Debat
  6. Prosedur parlementer
  7. Penafsiran lisan
  8. Seni drama
  9. Berbicara melalui udara
Dan kalau kita memandang berbicara sebagai ilmu maka hal-hal yang pelu ditelaah antara lain :
1.      Mekanisme bicara dan mendengar
2.      Latihan dasar bagi ajaran dan suara
3.      Bunyi-bunyi bahasa
4.      Bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran
5.      Vowel-vowel
6.    Diftong-diftong
7.      Konsonan-konsonan
8.      Patologi ujaran
f)Ragam seni berbicara
      Secara garis besar, maka berbicara dapat di bagi atas :
1.Berbicara dimuka umum pada masyarakat yang mencakup empat jenis yaitu :
a) berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan ; yang bersifat informatif
b) berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan
c) berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan
d) berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati.
2. Berbicara pada konferensi yang meliputi :
A. Diskusi kelompok yang dapat dibedakan atas :
a) Tidak resmi seperti : Kelompok studi, kelompok pembuat kebijaksanaan, dan komik.
b) Resmi. Yang mencakup pula : Konferensi, diskusi fanel, dan simposium.
    B. Prosedur parlementer
    C. Debat    
    


     g) Metode penyampaian dan penilaian berbicara
         Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa, ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode penyajian :atau sang pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang mungkin dipilih, yaitu :
  1. Penyampaian secara mendadak
  2. Penyampaian tanpa persiapan
  3. Penyampaian dari naskah
  4. Penyampaian dari ingatan
      Dan akhirnya, cara manapun yang dipilih untuk menyampaikan suatu pembicaraan, yang terpenting adalah bahwa usaha kita berhasil : komunikasi berjalan lancar. Oleh karena itu ada baiknya bila kita mengetahui pula bagaimana caranya mengevaluasi keterampilan berbicara.       

















DAFTAR PUSTAKA

 Tarigan; Henry Guntur.  1986. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit  Angkasa
 Tarigan; Henry Guntur.  1986. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit  Angkasa
 Tarigan; Henry Guntur.  1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit  Angkasa







[1] (Nida, 1957 : 19 ; Harris, 1977 : 9)
[2] (Tarigan, 1980a,b: 1 ; Dawson [et al], 1963 : 27)
[3] (Greene & Petty, 1971 : 39 -40)
[4] Tarigan; Henry Guntur.  1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit  Angkasa
5. Tarigan; Henry Guntur.  1986. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit  Angkasa
[6] (Dawson [et al],1963 : 30-32;Tarigan,1980a:5-7)
7.(Anderson,1972 :35-36);lihat juga Tarigan, 1980b : 16-18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar