BIMBINGAN KONSELING
A.
Pengertian
Bimbingan
diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesimbunambungan supaya individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri,
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat,
dan kehidupan pada umumnya.
Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada seorang (individual) atau sekelompok
orang agar mereka menjadi mandiri[1].
Konseling
merupakan suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan.
Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, di
mana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Konseling
itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia
memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya
dalam memperbaiki tingkah lakunya pada
masa yang akan datang[2].
B.
Tujuan
Secara
umum tujuan bimbingan dan konseling itu adlah agar tercapai perkembangan yang
optimal pada individu yang dibimbing, dengan kata lain agar individu dapat mengembangkan
dirinya secara optimal sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar
individu dapat berkembang sesuai lingkungannya[3].
C.
Fungsi
Di
dalam buku Bimbingan dan Konseling Dalam Islam[4]menjelaskan
fungsi dari BK itu ialah:
1.
Preventif
Yakni
membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2.
Korektif
Yakni
membantu individu memecahkan masalah yang dihadapi atau dialaminya.
3.
Preservatif
Yakni
membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik
(mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama
(Mempertahankan yang baik agar tidak menjadi buruk kembali).
4.
Developmental
Yakni
membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah
baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan
munculnya masalah bagimya (Pengembangan).
Adapun
di dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah[5]
menjelaskan fungsi-fungsi dari BK adalah:
1.
Pencegahan (preventif)
Hal
ini merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.
2.
Pemahaman
Hal
ini dilaksanakan dalam rangka meberikan pemahaman tentang diri klien atau siswa
beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh klien itu sendiri dan oleh
pihak-pihak yang membantunya (pembimbing).
3.
Pengentasan
Apabila
siswa mengalami masalah dan tidak dapat memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke
konselor atau pembimbing dengan tujuan dapat mengatasi masalahnya. Maka untuk membantunya masalahnya itu harus
dientas atau diangkat dari permasalahannya.Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan melalui pelayanan bimbingan dan konseling, pada hakikatnya
merupakan uypaya pengentasan.
4.
Pemeliharaan
Artinya
memelihara sesuatu yang baik (positif) yang ada pada individu, baik hal itu
merupakan hal pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapainya
selama ini.
5.
Penyaluran
Berfungsi
sebagai bantuan menyalurkan ke arah kegiatan atau program yang dapat menunjang
tercapainya perkembangan yang optimal. Bentuk dan kegiatan BK yang berkaitan
dengan fungsi ini adalah: (a) pemilihan sekolah lanjutan. (b)memperoleh jurusan
yang tepat. (c)penyusunan program belajar. (d)pengembangan bakat dan minat. (e)perencanaan
karier.
6.
Penyesuaian
Melalui
fungsi ini, pelayanan BK membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, membantu untuk memperoleh penyesuaian diri secara baik dengan
lingkungannya.
7.
Pengembangan
Pelayanan
BK dalam bfungsi ini adalah untuk membantu konseling diberikan kepada para
siswa untuk membantu para siswa dalam mengembangkan keleruhan potensinya secara
lebih terarah.
8.
Perbaikan (kuratif)
Fungsi
ini berbeda dengan fungsi pencegahan, dalam fungsi ini para siswa yang
mempunyai masalah mendapapt prioritas untuk diberikan bantuan. Sehingga masalah
yang dialami siswa tidak terjadi lagi di masa yang akan dating.
9.
Advokasi
Fungsi
ini membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak atau kepentingannya
yang kurang mendapat perhatian.
D.
Kesalahpahaman BK
Prayitno
menjelaskan ada beberapa kesalahpahaman dalam bidang bimbingan dan konseling
yang sampai saat ini terjadi dalam pelaksanaan konseling tersebut yakni sebagai
berikut;
1. Bimbingan dan
konseling disamakan saja atau dipisahkan sama sekali dengan pendidikan, BK
dianggap sama dengan Pengajaran sehingga tidak perlu pelayanan khusus BK, hal
ini tidak benar karena BK menunjang proses pendidikan peserta didik dan para
pelaksananya (Konselor) juga mempelajari Ilmu Pendidikan pada umumnya sebagai
salah satu trilogi profesi konseling.
2. Konselor
sekolah/guru pembimbing dianggap sebagai polisi sekolah, hal ini terjadi karena
konselor/guru pembimbing diserahi tugas mengusut perkelahian, pencurian,
mencari bukti-bukti siswa yang berkasus, jika anak bermasalah, anak akan masuk
ke ruang BK untuk di minta pertanggung jawabannya, ini adalah pelaksanaan yang
salah, guru pembimbing bukanlah polisi sekolah, yang kerjanya hanya memarahi
anak-anak bermasalah.
Angapan ini
harus diluruskan, konselor sekolah/guru pembimbing adalah kawan penggiring
penunjuk jalan siswa, memotivasi siswa disekolah.
3. Bimbingan dan
konseling semata-mata hanya sebagai proses pemberian nasehat. Pemberian nasehat
memang merupakan bagian dari pelayanan BK, akan tetapi nasehat bukanlah
satu-satunya layanan BK.
4. Bimbingan dan
konseling harus aktif dan pihak lain pasif, konselor hendaknya aktif sebgai
pusat penggerak BK namun keterlibatan klien sendiri dan semua pihak adalah
kesuksesan dari usaha pelayanan BK.
Menganggap
bahwa pelayanan BK bisa dilakukan oleh siapa saja. Ini adalah konsep yang salah
dan sering terjadi dilapangan, banyak guru BK bukan dari ahlinya, ataupun bukan
dari tamatan BK itu sendiri, banyak yang menganggap bahwa pekerjaan BK ini
sangat mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja, dan banyak lagi kesalahpahaman
BK yang terjadi dilapangan hingga saat ini[6].
E.
Jenis-jenis Bimbingan dan Jenis-jenis
Layanan
Bidang-bidang
Pelayanan Bimbingan:
1.
Pengembangan Pribadi
Bimbingan
pribadi adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (individu)agar
dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang
mampu bersosialiasasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.
Sedangkan menurut Surya (1988) bimbingan pribadi merupakan bimbingan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi.
Aspek-aspek
persoalan bimbingan pribadi menurut Surya dan Winkel (1991) yaitu:
a)
Kemampuan individu memahami dirinya sendiri
b)
Kemampuan individu mengambul keputusan sendiri
c)
Kemapuan individu memecahkan masalah yang
menyangkut keadaan batinnya sendiri, misalnya persoalan yang menyangkut
hubungannya dengan Tuhan.
Tujuan
dari bimbingan pribadi adalah:
a)
Mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi
b)
Mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.
Adapun
bentuk-bentuk layanan bimbingan pribadi yaitu:
a)
Layanan informasi
Informasi tentang
tahap-tahap perkembangan dapat mencakup perkembangan: fisik, motoric, bisara,
emosi, social, penyesuain social, bermain, kreatifitas, pengertian, moral,
seks, dan perkembang pribadi.
b)
Pengumpulan data
Data yang
dikummpulkan dapat mencakup: Identitas individu seperti (nama lengkap, nama
panggilan, jenis kelamin, nama tempat tanggal lahir, agama, alamat, bahasa
daerah, anak ke, orang tua dll), kejasmanian dan kesehatan, riwayat pendidikan,
prestasi, bakat, minat, dll.
c)
Orientasi
Layanan ini mencakup: suasana,
lembaga dan objek pengembangan pribadi seperti lembaga pengembangan bakat,
pusat kebugaran dan latihan pemngembangan kemampuan diri, tempat rekreasi, dll[7].
2.
Pengembangan Social
Bimbingan
social adalah bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah sosila seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik,
penyesuaian diri dan sebagainya.
Problem individu yang berhubungan dengan lingkungan
sosialnya, misalnya:
a)
Kesulitan dalam persahabatan
b)
Kesulitan mencari teman
c)
Merasa terasing dalam kelompok
d)
Kesulitan mewujudkan hubungan yang harmonis
dalam keluarga
e)
Kesulitan dalam emnghadapi situasi social yang
baru
Aspek-aspek
social yang memerlukan layanan bimbingan social yaitu:
a)
Kemampuan individu melakukan sosialisasi dengan
lingkungannya
b)
Kemampuan individu melakukan adaptasi
c)
Kemampuan individu melakukan hubungan social
dengan lingkungannya baik keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tujuan
utama pelayanan bimbingan social adalah agar individu yang dibimbing mampu
melakukan interaksi social secara baik denganlingkungannya. Bimbingan social
juga bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi
kesulitan-kesulitan dalam masalah social, sehingaga bias menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial.
Bentuk-bentuk
layanannya yaitu:
a)
Layanan informasi mencakup: Informasi tentang
keadaan masyarakat dewasa ini, yaitu: (a) informasi tentang ciri-ciri
masyarakayakat maju atau modern, makna ilmu pengetahuan, pentingnya IPTEK bagi
kehidupan manusia dll. (b) informasi tentang cara-cara bergaul.
b)
Layanan orientasiuntuk pengembangan hubungan
social adalah: suasana, lembaga dan objek-objek pengembangan social seperti
berbagai suasana hubungan social seperti berbagai suasana hubungan social
anatar individu dalam keluarga, organisasi atau lembaga tertentu, dalam acara
social tertentu[8].
3.
Pengembangan Kegiatan Belajar
Bimbingan
belajar atau akademik adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada individu
dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang
sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan
tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendididkan. Menurut Surya (1998)
beberapa aspek masalah individu yang memerlukan layanan bimbingan belajar
yaitu:
a)
Pengenalan Kurikulum
b)
Pemilihan Jurusan
c)
Cara Belajar yang Tepat
d)
Perencanana Pendidikan
Dapat
diketahui bahwa tujua bimbingn belajar adalah agar siswa mampu menghadapai dan
memecahkan masalah-masalah belajar.Dalam konteks kemandirian tujuan bimbingan
belajar adalah agar siswa mandiri dalam belajar.
Beberapa
bentuk layanan bimbingan belajar yang bias diberikan kepada para siswa
disekolah dan madrasah adalah:
Pertama,
orientasi kepada para siswa (khususnya siswa baru) tentang tujuan instruksional
(tujuan sekolah dan madrasah), isi kurikulum pembelajaran, sruktur oraganisasi
sekolah (madrsah), cara-caa belajar yang tepat, penyesuaian diri dengan corak
pendidikan di sekolah dan madrsah.
Kedua,
enyadaaran kembali secara berkala tentang cara belajara yang tepat selama
mengikuti pelajaran di sekolah dan madrasah maupun di rumah baik baik secara
individual maupun kelompok.
Ketiga,
bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yag sesuai, memilih
kegiatan-kegiatan nonakademik yag menunjang usaha belajar dan memilih program
studi lanjutan untuk tingkat pendididkan yang lebih tinggi. Bantuan ini juga
mencakup penyebaran informasi (layanan informasi) tentang pogram studi yang
tersedia pada jenjang pendidikan tertentu.
Keempat,
pengumpulan data siswa (layanan pengumpulan data) yang berkenaan dengan kemampuan
intelektual, bakat khusus, arah mina, cita-cita hidup, pada program-program
studi atau jurursan tertentu, dan lain sebagainya.
Kelima,
bantuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar seperti kurang mampu
menyusun dan menaati jadwal belajar dirumah, kurang siap menghadapi ulangan
atau ujian, kurang dapat konsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat
di berbagai mata pelajaran, menghadapi keadaan dirumah yang mempersulit cara
belajar secara rutin, danlainsebgaianya.
Keenam,
bantuan dalam hal mebentuk kelompok-kelompok belajar dn mengatur
kegiatan-kegiatan belajar kelompok supaya berjalan secara efektif dan efesien[9].
4.
Pengembangan Karier
Menurut
Winkel (1991), bimbingan karier merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia pekerjaan, pemilian lapangan pekerjaan atau jabtan (profesi)
tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut dan alam
menyesuakan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan ekerjan yang telah
dimasuki.
Bimbingan
karier dalam sekolah yaitu bermakna jenis bimbingan yang membantu siswa dalam
menghadai dan menyelesaikan masalah-masalah yang menyangkut karier tertentu.Beberapa
aspek masalah karier yang membutuhkn pelayanan bimbingan karier di skeolah dan
madrasah adalah :
a)
Pemahaman terhadap dunia kerja
b)
Perencanaan dan pemilihan karier atau jabatan
(rfesi) tertentu
c)
Penyediaa berbagai program studi yang
brorientasi karier
d)
Nilai-nilai kehidupan yang berkenaan dengan
karier
e)
Cita-cita masa depan
f)
Minat terhadap karier tertentu
g)
Kemampuan dalam bidnag karier tertentu
h)
Bakat khusus terhadap karier tertentu
i)
Kepribadian yang berkenaan dengan karier
tertentu
j)
Harapan keluarga
k)
Masa depan karier yang akan diperoleh
l)
Penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan yang
terkandung dalam karier atau jabatan (profesi) tertentu
m)
Pasar kerja
n)
Kemungkinan pengembangan karier, dan lain
sebagainya
Berdasarkan
pengertia diatas, dapat diketahui bahwa tujuan pelayanan bimbingan karier
disekolah dan madrasah adalah:
a)
Agar siswa memperoleh informasi tentang karier
atau jabatan atau prosefi teretentu
b)
Agar siswa memperoleh pemahaman tentang karier
atau pekerjaan atau profesi tertentu secara benar
c)
Agar siswa mampu merencanakan dan membuat
pilihan-pilihan karier tertentu kelak setelah selesai pedidikan
d)
Agar siswa mapu menyesuaikan diri dengan karier
yang akan dipilihnya kelak
e)
Agar siswa mampu mengembangkan karier setelah
selesai dari pendidikannya
Adapun
beberapa jenis layanan bimbingan karier yang bias diberka kepada siswa
disekolah dan madrasah antara lain:
a)
Mengenal berbagai jenis jabatan yang terbuka
baginya dan sekaligus bermakna serta memuaskan, dan menghayati nilai-nilai yang
dianut oleh masayrakat yang berorientasi pada karier
b)
Mampu mebuat keptusan-keputuasan rasional
sehubungan dengan tujuan-tujuan yang ingin diperjuangkan dalam bidang karier
tertentu
c)
Melaksakan keputuasan-keputusan tersebut dalam
bentuk mengintegrasi nilai-nilai yang terkandung dalam karier serta sikap-sikap
yang dituntut dala berkarier
Sedangkan
bentuk-bentuk layanan bimbungan karier yang bias diberikan kepada siswa
antaralain:
Pertama,
layanan informasi tentang diri sendiri yang mencakup:
1)
Kemampuan intelektual
2)
Bakat khusus di bidang akademik
3)
Minat-minat umum dan khusus
4)
Hasil belajar dalam berbagai bidang studi
5)
Sifat-sifat kepribadian yang ada relevan snya
dengan karier seperi potensi kepeminpinan, kerajinan, kejujuran, keterbukaan,
dan lain sebgainya
6)
Nilai-nlai kehidupan dan cita-cita masa depan
7)
Keterampilam-keterampilan khusus yang dimilki
sisiwa
8)
Kesehatan fisik dan mental
9)
Kematangan vokasional, dan lain sebagainya
Kedua,
layanan informasi tentang lingkungan hidup yang relevan bag perencanaan karier,
yang mencakup:
1)
Informasi pendidikan
2)
Informasi jabatan atau karier dan lain
sebagainya
Ketiga,
layana penempatan, yakni usahausaha membantu siswa meencanakan masa depannnya
selama masih di bangku sekolah atau madrasah dan sesudah tamat, dalam
memngambil program studi tertentu sebagai studi lanjutan atau langsung bekerja.
Tujuan layanan ini adalah agar siswa menempatkan diri dalam program studi
akademik dan lingkup kegiatan nonakademik, yang menunjang perkembangannnya dan
semakin merealisasikan rencana masa depannya, atau melibatkan diri dalam
lingkup suatu jabatan yang diharapkan cocok baginya dan memberikan kepuasan
kepadanya. Layanannya mencakup:
1)
Perencanaan masa depan
2)
Pengambilan keputusan
3)
Penyaluran kesalah satu jalur studi akademik,
program kegiatan ekstrakurikuler, program persiapan prajabatan
4)
Pemantapan dan reorientasi apabila diperlukan
5)
Pengumpulan data dalam rangka penelitian
terhadap mereka yang sudah tamat
Keempat,
orientasi. Layanan orientasi untuk bidang pengembangan karier mencakup:
suasana, lembaga, dan obejk karier seperti kantor, bengkel, pabrik,
pengoperasinalan perangkat kerja tertentu, dan lain sebagainya[10].
5.
Pengembangan Kehidupan Berkeluarga
Yaitu suatu bimbingan yang diberikan oleh pembimbing kepada yang
dibimbing dalam menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan berkeluarga.Adapun aspek-aspek
kehidupan berkeluarga yang membutuhkan layanan BK antara lain:
a)
Pemahaman tentang fungsi-fungsi, peranan dan
tanggung jawab keluarga
b)
Pemahaman tentang kesehatan reproduksi pada
manusia
c)
Perilaku seksual yang benar
d)
Pernikahan
e)
Perceraian
f)
Talak dan rujuk
g)
Kelahiran
h)
Hubungan antara anggota keluarga misalnya
hubungan antara anak dengan ayah, anak dengan ibu, dan lain sebagainya
Adapun
tujuan dari bimbingan ini yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang benar
tentang kehidupan berkeluarga.Selain itu bertujuan agar para siswa mampu
memecahkan masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan berkeluarga.
Adapun
bentuk-bentuk layanan yang diberikan sekolah kepada murid-murid yaitu:
Pertama,
layanan data. Data yang dikumulkan dari siswa berkenaan dengan layanan
bimbingan pengembangan kehidupan berkeluarga, misalnya:
a)
Data tentang kesehatan siswa
b)
Status siswa dalam keluarga
c)
Data tentang orang tua (ayah ibu)
d)
Data tentang saudara, dll
Kedua,
layana informasi. Layanan informasi berkenaan dengan BK bidang kehidupan
beragama antara lain:
a)
Informasi tentang pergaulan muda-mudi (pergaulan
remaja)
b)
Informasi tentang kesehatan reproduksi pada
manusia
c)
Informasi tentnag perkawinan talak dan rujuk
Ketiga,
orientasi. Layanan orientasi untuk bidang pengembangan kehidupan berkeluarga
mencakup: suasa, lembaga dan objek kehidupan berkeluarga seperti peristiwa
pernikahan, talak dan rujuk, kelahiran, dll[11].
6.
Pengembangan Kehidupan Beragama
Jenis-jenis
Pelayanan Bimbingan dan Konseling:
1.
Layanan Orientasi
2.
Layanan Informasi
3.
Layanan Penempatan dan Penyaluran
4.
Layanan Penguasaan Konten
5.
Layana Konseling Perorangan
6.
Layanan Bimbingan Kelompok
7.
Layanan Konseling Kelompok
8.
Layanan Konsultasi
9.
Layanan Mediasi
F.
Metode
Ada
beberapa metode yang digunakan untuk menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling diantaranya:
1.
Metode Survei
Metode
ini merupakan usaha untuk mengenal keadaan sesungguhnya dari suatu sekolah secara
menyeluruh sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan
kegiatan sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai
dengan kebutuhan siswa, melengkapi
kebutuhan yang belum terpenuhi, dan memperbaiki hubungan antara
unsur-unsur yang mendukung kehidupan sekolah tersebut.
2.
Metode Observasi
Metode
observasi adalah metode yang dilakukan melalui pengamatan.Pengamatan yang
dilakukan sifatnya terjun langsung ke lapangan atau pada tempat kejadian.Maka
dalam BK hal ini ialah langsung mengadakan pengamatan kepada klien.
3.
Metode Eksperimental
Meode
ini dimaksudkan untuk mempelajari satu kelompok atau lebih yang menyangkut
apakah tujuan layanan yang diharapkan itu dapat tercapai atau belum, dan apakah
layanan tersebut efektif dan efisien atau tidak.
Studi
ekperimental perlu menggunakan metode ilmiah yang mencakup suatu penetapan
sebelumnya yaitu:
a)
Menentukan tujuan dan metode pencapaian tujuan
b)
Pengembangan cara untuk mengukur pencapaian
tujuan ini
c)
Seleksi satu atau beberapa kelompok control dan
eksperimen
d)
Proses untuk mengadakan langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan
e)
Pengukuran hasil-hasil ekprimentasi
4.
Metode Studi Kasus
Metode
ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seseorang siswa yang
dijadikan objek status kasus[12].
5.
Metode Bimbingan Kelompok (Group
Guidance)
Penyelenggaraan
bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah
bersama atau membantu seorang individu yang menghadapai masalah dengan
menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok. Beberapa jenis metodebimbingan
kelompok yang bias diterapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah:
a)
Program Home Room
Biasanya
dilakukan di sekolah atau madrasah (di dalam kelas) di luar jam pelajaran untuk
membicarakan hal yang dianggap perlu.Cara melakukannya dengan menciptakan suatu
kondisi sekolah atau kelas sperti dirumah tangga sehingga tercipta kondisi yang
menyenangkan dan suasana keakrabatan.
b)
Karyawisata
Dengan
cara karyawisata dimana dengan cara mengunjungitempat-tempat atau objek-objek
tertentu.
c)
Diskusi Kelompok
Cara
ini merupakan cara di mana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah
secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukan
pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.
d)
Kegiatan Kelompok
Ini
merupakan tekni yang baik dalam bimbingan di mana individu diberikan
kessempatan untuk ikut berpartisipasi secara baik.
e)
Organisasi Siswa
Melalui
organisasi siwa banyak masalah-masalah siswa baik sifatnya individual maupun
kelompok dapat dipecahkan.Melalui organisasi para siswa memperoleh kesempatan
untuk belajar mengenal berbagai aspek kehidupan sosial.
f)
Sosiodrama
Metode
ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran. Di dalam sosiodrama, individu
akan memerankan suatu pran tertentu dari suatu situasi masalh social. Pemecahan
masalah individu melalui penghayatan peran tentang situasi masalah yang
dihadapinya.Dari pementasan peran selanjutnya diadakan diskusi mengenai
cara-cara pemecahan masalahnya yang dihadapi oleh seorang individu sebagai
anggota kelompok atau yang dihadapi oleh sekelompok siswa.
g)
Psikodrama
Hamper
sama dengan sosiodrama, tapi yang didramakan masalah yang dialami
individu.Pemecahannya pun hamper sama dengan sosiodrama.
h)
Pengajaran Remedial
Hal
ini merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan seseoang atau beberapa orang siswa untuk membantu
kesulitan belajarnya.inti dari materi ini ialah perbaiakan.
6.
Metode Bimbingan Individual (Konseling
Individual)
Metode ini
mempunyai 3 metode yaitu:
a)
Konseling Direktif
Dalam
prosesnya yang aktif atau yang paling berperan adalah konselor.Dalam prakteknya
konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya.Selain itu,
konselor juga memberikan saran, anjuran dan nasihat kepada klien.
b)
Konseling Nondirektif
Konseling
ini berpusat pada siswa muncul akibat dari krititi terhadap konseling
direktif.Dalam prakteknnya konselor hanya menampung pembicaraan, yang berperan
hanya konseli, tapi metode ini sulit bagi siswa pendiam.
c)
Konseling Ekletif
Metode
ini merupakan gabungan dari metode konsling direktif dan nondirektif[13].
G.
Teknik
Teknik
konseling artinya ialah cara-cara tertentu yang digunakan oleh konselor dalam
proses konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu
mengatasi masalah yang dihadapinya dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi
lingkungannya, yakni nila-nilai social, budaya dan agama.
1.
Teknik Rapport
Merupakan
suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama.Melalui teknik ini
aka tercipta hubungan yang akrab antara konselor dan klien yang ditandai dengan
saling mempercayai. Implementasi tekni rapport dalam konseling adalah: a) pemberian
salam yang menyenangkan, b) menetapkan topic pembicaraan yang sesuai, c) susunan
konseling yang menyenangkan, d) sikap yang ditandai dengan: 1) kehangatan, 2)
realisasi tujua bersama, 3) menjamin kerahasiaan klien, e) kesadaran terhadap
hakikat kilen secara alamiah.
2.
Teknik Attending
Merupakan
upaya koselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk seperti kontak
mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Prilaku attending yang baik akan dapat :
a) meningkatkan harga diri kilen, b) menciptakan suasan yang aman dan akrab, c)
mempermudah ekpresi perasaan klien dengan bebas.
Wujud
prilaku attending dalam proses konseling misalnya: pertama, kapala
mengangguk sebagai pertanda setuju atas pernyataan klien. Kedua,
ekspresi wajah tenang.Ketiga, posisi tubuh agak condong kearah klien,
jarak duduk anatara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab atau
berdampingan.Keempat, melakukan variasi isyarat gerakan tangan atau
lengan secara spontan untuk memperjelas ucapan (pernyataan konselor).Kelima,
mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga
selesai, diam (menunggu saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada klien
(lawan bicara).
3.
Teknik Structuring
Adalah
proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan
proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khsususnya.
Structuring memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien.
Ada
lima macam Structuring dalam konseling yaitu: (a) Batas-batas waktu baik dalam
waktu satu individu maupun seluruh proses konseling. (b) Batas-batas tindakan
baik konselor maupun klien. (c) Batas-batas peranan konselor. (d) Batas-batas
proses atau prosedur, misalnya menyangkut waktu atau jadwal, berapa lama
konseling akan dilakukan dan lain sebagainya. (e) structuring dalam nilai
proses, mislanya tahapan-tahapan yang harus ditemouh, apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan selama proses konseling berlaku.
4.
Empati
Merupakan
kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan
berfikir bersama klien bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan
bersamaan dengan attending, karena tanpa attending tidak aka nada empati.
Empati ada dua macam, Pertama: Empati primer (primary empathy),
yaitu apabila konselor hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan dan
pengalaman klien dengan tujuan agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Kedua,
Empati tingkat tinggi (advanced accure emphaty), yaitu apabila
kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman klien
lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan
tersebut. Melalui empati tingkat tinggi, akan membuat klien tersentuh dan
terbuka untuk mengemukakan isi hatinya berupa perasaan, pikiran, pengalaman
bahkan penderitaanya.
5.
Refeksi Perasaan
Merupakan
suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam berbentuk kata-kata yang segar dan
sikap yang diperlukan terhadap klien.Hal ini dilakukan dan sebelum pemberian
informasi serta tahap interpretasi dimulai.Refleksi perasaan bisa berwujud
positif, negative, dan ambivalen.Positif itu ditunjukkan oleh konselor
dalam konseliong melalui pernyataan persetujuan atas apa yang disampaikan oleh
klien. Rfleksi perasaan negative ditunjukkan oleh konselor dalam
konseling melalui pernyataan ketidak setujuan atau penolakan konselor dalam
konseling melalui pernyataan ketidak setujuan atau penolakan konselor atas apa
yang dinyatakan oleh klien. Sedangkan refleksi ambivalen (masa bodoh)
ditunjukkan oleh konselor dengan membiarkan saja (tidka mnyatakan setuju dan
tidak menolak) atas apa yang dilakukan oleh klien.
6.
Teknik Eksplorasi
Merupakan
keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien.Eksplorasi
ada tiga macam:
(1)
Eksplorasi perasaan
Keterampilan
konselor untuk menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh eksplorasi
perasaan dan konseling adalah ungkapan konselor sebagai berikut : ”Dapatkah
anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan” atau “Saya kira
rasa sedih anda begitu mendalam dalam peristiwa tersebut. Dapatkan anda
menjelaskan perasaan anda lebih jauh?”.
(2)
Eksplorasi pikiran
Yaitu
keterampilan konselor untuk menggali ide, pikiran dan pendapat klien.Contoh
eksplorasi pikiran dalam konseling adalah ungkapan konselor. “mungkin anda
dapat menjelaskan lebih jauh ide anda tentang sekolah sambil bekerja”.
(3)
Eksplorasi pengalaman.
Keterampilan
atau kemmapuan konselor untuk menggali pengalaman-pengalaman klien yang telah
dilaluinya. Contoh eksploraasi pengalaman dalam konseling adalah ungkapan konselor:
“Saya amat terkesan dengan pengalaman yang anda lalui. Namaun saya ingin
memahami lebih jauh tentang pengalalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap
kesuksesan belajar anda”.
7.
Teknik Paraphrasing (Menangkap Pesan
Utama)
Teknik
dipakai untuk klien yang mengemukakan pikiran, ide, perasaan, pengalaman secara
berbelit-belit dan tidak terarah sehingga sulit dipahami intinya.Tujuan
paraphrase ialah mengatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien. Selain itu
paraphrase juga bertujuan untuk: Pertama, untuk mengatakan kembali
kepada klien bahwa konselor bersama dia, dan berusaha untuk memahami apa yang
dikatakan klien. Kedua, mengendapkan apa yang dikemukakan klien
dalam bentuk ringkasan. Ketiga, memeberi arah wawancara konseling.Keempat, mngecek kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
Untuk dapat melakukan paraphrasing yang
baik, konselor harus: (a) menggunakan kata0kata yang mudah dan sederhana, (b)
dengan teliti mendengarkan pesan utama pembicaraan klien, (c) nayatakan kembali
dengan ringkas, (d) amati respon klien terhadap konselor.
8.
Teknik Bertanya
Teknik
bertanya ada dua macam, yaitu bertanya terbuka (open question) dan
bertanya tertutup (closed question).Pada pertanyaan terbuka, klien bebas
memberikan jawabannya, sedangkan pada pertanyaan tertutup telah menggambarkan
alternatifnya misalnya jawaban “ya atau tidak”, “setuju atau tidak setuju”.
9.
Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Ini
adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan
klien seperti pernyataan, oh….., ya……., terus…., lalu…., dan….Teknik ini
memungkinkan klien untuk terus berbicara dan dapat mengarahkanagar pembicaraan
mencapai tujuan.Dorongan minimal diberikan secara selektif, yaitu ketika klien
menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan atau pada
saat kalien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan dan saat
konselor ragu terhadap pembicaraan
klien.
10. Interpretasi
Merupakan
usaha konselor mengulas pikiran, perasaan, dan perilaku atau pengalam
klien.Tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau
tingkah laku klien, agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari
hasil rujukan baru.
11. Teknik
Mengarahkan (Directing)
Sudah
kita ketahui bahwa konseling memerlukan partisipasi secara penuh oleh
klien.Maka konselor dapat mengupayakan dengan menyruh klien memerankan suatu
(bermain peran) atau mengkhayalkan sesuatu.
12. Teknik
menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Suatu
pembicaraan akan disimpulkan tergantung feeling konselor. Tujuan utama
menyimpulkan sementara ini yaitu: Pertama, memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengambil kilas balik (feed back) dari hal-hal yang telah
dibicarakan bersama konselor. Kedua, untuk menyimpulkan kemajuan hasil
pembicaraan secara bertahap.Ketiga, untuk meningkatkan kualitas diskusi.Keempat,mempertajam
atau memperjelas focus atau arah wawancara konseling.
13. Teknik-teknik
Memimpin
Ini
bertujuan agar klien focus pada masalah yang dibicarakan. Memimpin konseling
memilki dua arti, Pertama : mkenunjukkan keadaan bahwa konselor berada
didalam atau diluar pikiran klien. Kedua, keadaan dimana konselor
mengarahkan pikiran klien kepada penerimaan perkataan konselor. Hal-hal yang
perlu diperhatikan: Pertama,memimpin hanya sebatas klien dapat
memberikan toleransi sesuai dengan kecakapan dan pemahamannya. Kedua,memimpin
bias berbeda dari topic ke topic. Ketiga, memulai proses konseling
dengan sedikit memimpin. Keberhasilan konselor memimpin dalam sesi konseling
juga ditentukan oleh tipe-tipe kepemimpinan konselor yang demokratis, otoriter,
atau permisif (masa bodoh).
14. Teknik
Fokus
Ada
empat focus dalam konseling: Pertama, focus pada klien. Kedua,focus
pada orang lain. Ketiga, focus pada topic.Keempat, focus mengenai
budaya.
15. Teknik
Konfrontasi
Teknik
ini juga dikenal dengan “memperhadapkan”, ini merupakan suatu teknik yang
menantang klien untuk melihat adanya (inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan
dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan
kesedihan.Misalnya seseorang menceritakan hal yang sedih tapi sambil
tertawa-tawa.
Tjuan
dari teknik adalah: Pertama,mendorong klien untuk mengadakan penilitian
diri secara jujur (instrospeksi secara jujur). Kedua, meningkatkan
potensi klien.Ketiga, membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi
(kondisi pertentanga antara harapan seseorang dengan kondisi nyata
dilingkungan) dari klien dengan, inkonsistensi, konflik atau kontradiksi dalam
dirinya.
16. Menjernihkan
(Clarifying)
Caranya
dengan mengklarifikasi ucapan-ucapan klien. Hal ini bertujuan agar: Pertama,
mengundang klien untuk menyatakan pesannya secara jelas, ungkapan kata-kata
yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis.Kedua, agar klien
menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan peraasaannya.
17. Memudahkan
(Facilitating)
Suatu
teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan
menyatakan perasaan, pikiran, dan pengamalamannya secara bebas. Melalui teknik
ini, komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan secara
efektif.
18. Diam
sebagai Suatu Teknik
Dalam
konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi.Komunikasi tetap ada, yaitu
melalui perilaku nonverbal.Diam amat penting pada saat attending. Saat diam
idela dalam proses konselig adalah antara 5-10 detik. Tetapi wakti itu tidak
haarga mati, artinya saat diam bersifat kondisional dan bias tergantung kepada
feeling konselor.
Makna
dari diam dalma konseling adalah: (a) penolakan aatau kebingungan kalien. (b)klien
atau konselor telah mencapai akhir suatu ide dan ragu mengatakan apa
selanjutnya. (c) kebingungan yang
didorong oleh kecemasan atau kebencian. (d) kilenmengalami perasaan sakit dan
tidak sipa untuk berbicara. (e) klien mengharapkan sesuatu dari konselor. (f)
klien sedang memikirkan apa yang dikatakan. (g) klien baru menyadari kembali
dari ekspresi emosional sebelumnya.
Tujuan
dari teknik ini adalah:(a) menanti kilen yang sedang berfikir. (b) sebagai
protes apabila klien berbicara berbelit-belit (ngelantur). (c)menunjnag prilaku
attending atau empati sehingga klien bebas berbicara. Menurut Surya (1988: 165)
keadaan diam dari pihak konselor bermanfaat bagi proses konseling, yaitu: (a)
mendorong klien untuk berbicara. (b) membantu klien untuk lebih memahami
dirinya. (c) klien dapat mengikuti ekspresi yang membawa klien berfikir dengan
tilikan yang mendalam. (d) mengurangi kecepatan interviu.
19. Mengambil
Inisiatif
Tujuannya
untuk mengajak klien berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Teknik ini
diterapkan apabila: (a) untuk mengambil inisiatif apabila klien kurang
bersemangat. (b) klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan. (c) klien
kehilangan arah kepercayaan.
20. Memberi
Nasehat
Pemberian
nasehat sebaiknya dilakukan apabila klien memintanya.Untuk memberi nasehat maka
kita harus melihat keadaan klien, karena dalam konseling sebenarnya menuntut
kemandirian klien maka ketika masih diberi nasehat artinya belum mandiri.Maka
jalan tengahnya adalah memberi nasehat tapi juga sambil dijaga agar tujuan
konseling yaitu kemandirian klien terwujud.
21. Pemberian
Informasi
Apabila
konselor tidak mengetahui informasi sedangkan klien memintanya maka dikatakan
sejujurnya.Sebaliknya, kalau konselor mengetahui maka sebaiknya konselor tidak
mengatakannya biar klien mencari informasi itu dengan sendiri agar dia mandiri.
22. Merencanakan
Menjelang
akhir sesi konseling, konselor membantu merencakana sutau program untuk action
(melakukan tindakan sesuatu) guna memecahkan masalahnya. Atau rencana perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan
klien.Rencana yang baik adalah hasil kerja sama konselor dengan klien.
23. Menyimpulkan
Pada
akhir sesikonseling, konselor bersama klien membuat kesipulan atau konselor
membantu klien membuat kesimpulan yang menyangkut: (a) bagaimana keadaan
perasaan klien saat ini terutama menyangkut kecemasannya akibat masalah yang
dihadapinya. (b) memantapkan rencana klien. (c) pokok-pokok yang akan
dibicarakan selanjutnya pada sesi berikut.
24. Teknik
Mengakhiri (Menutup Sesi Konseling)
Mengakhiri sesi konseling
merupakan suatu teknik dalam proses konseling. Untuk mengakhiri sesi konseling
dapat dilakukan dengan cara: (a) mengatakan bahwa waktu sudah habis. (b)merangkum
isi pembicaraan. (c)menunjukkan kepada pertekuan yang akan dating (menetapkan
jadwal pertemuan sesi berikutnya). (d)mengajak klien berdiri dengan isyarat
gerak tangan. (e)menunjukkan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan konselinsg.
(f)memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan poko
pembicaraan apabila diperlukan[14].
H.
Sasaran BK
Sasaran
BK disekolah dan madrasah adalah tiap-tiap pribadi siswa secara perseorangan.Adapun
tahapan-tahapannya ialah:
1.
Pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri
2.
Pengenalan lingkungan
3.
Pengambilan keputusan
4.
Pengarahan diri
5.
Eksistensi diri (perwujudan diri)[15]
I.
Prinsip-prinsip Bimbingan
Berkenaan dengan
prinsip-prinsip bimbingan konseling, Arifin dan Eti Kartikawati (1994)
menjabarkan prinsip-prinsip BK dalam empat bagian, yaitu:
1.
Prinsip-prinsip umum
Adapun penjabaran dari prinsip ini adalah:
a.
Bimbingan harus berpusat pada individu yang
dibimbingnya. Karena semua individu meskipun masalahnya sama, tetapi bisa
dipastikan factor penyebabnya berbeda. Makanya dari itu semua persoalan harus
digali dari tiap masing-masing individu.
b.
Bimbingan diarahkan untuk memberi bantuan agar
individu yang dibimbingnya mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi
kesulitan-kesulitan hidupnya.
c.
Pemberian bantuan kepada para individu tidak sama
jadi pemberian bantuan harus sesuai dengan kebutuhan individu.
d.
Bimbingan itu berkenaan dengan tingkah laku dan
sikap, jadi bimbingan diberikan agar tejadi perubahan kearah yang lebih baik.
e.
Pelakasanaan bimbingan harus dimulai dengan
identifikasi dulu karena seluruh individu memilki beragama kebutuhan.
f.
Upaya pemberian bantuan harus fleksibel (tidak
kaku) yaitu sesuai dengan kondisi.
g.
Program BK harus dirumuskan sesuai dengan
program pembelajaran disekolah. BK dilakukan dalam rangka mendukung
implementasi program pendidikan dan pembelajaran oleh karena itu rumusan
programdan sinerginya harus disesuaikan dengan sekolah yang bersangkutan.
h.
Implementasi BK harus dipimpin orang yang ahli dan pelaksanaannya harus bekerjasama dengna
berbagai pihak yang terkait seperti dokter, psikiater dan pihak-pihak yang
terkait lainnya.
i.
Diakan evaluasi secara teratur dan
berkesinambungan untuk mengetahui hasil-hasil yang diperoleh.
2.
Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan
dengan individual (siswa)
Adapun
prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan ib-ndividu yang dibimbing yaitu:
a.
Pelayanan BK harus diberikan kepada semua siswa
tidak mengenal latar belakang suku, agama, social budaya. Baik yang punya
masalah sederhana hingga kompleks untuk dibantu dalam memecahkan masalahnya.
b.
Harus ada kriteria diprioritaskan, jadi setiap
individu mempunyai masalah yang berbeda nah lalu dikelompokkan lalu diurutkan
masalah mana yang perlu diprioritaskan.
c.
Pemberian bimbingan dan konseling disekolah dan
semua programnya harus berorientasi kepada siswa. Sekolah dan madrasah
merupakan instirusi yang melayani peserta didik.
d.
Pelayanan BK disekolah harus memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individu, kebutuhan utama siswa disekolah adalah memperoleh
pendidikan dan pembelajaran. Selain kebutuhan itu sisw juga memiliki kebutuhan
seperti penyaluran bakat, minat dll.
e.
Keputusan akhir dalam BK dibentuk oleh individu
sendiri, konselor hanya membantu untuk memecahkan masalah dengan berbagai
alternative keputusan, tetapi pengambilan keputusan diambil kepada siswa sendiri.
f.
Individu yang telah mendapatkan bimbingan harus
bisa berangsur-angsur menolong dirinya sendiri. Konselor secara langsung atau
tidak langsung harus menyadarkan individu secara penuh agar ia sadar kekurangan
dan kelebihannya dan dari pengalaman memperoleh bimbingan diharapkan dia bisa
menolong dirinya.
3.
Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan
dengan pembimbing
Prinsip-prinsipnya
yaitu:
a.
Pembimbing atau konselor harus melakukan
pekerjaanya sesuai dengan kemampuannya,
kita ketahui tidak semua masalah dapat dipecahkan maka konselor yang
tidak bisa memecahkan masalah konselinya maka dapat menyerahkan kepada konselor
lain yang lebih mengerti dan tahu cara pemecahnnya.
b.
Konselor dipilih berdasarkan kualifikasi
kepribadian, pendiidikan, pengalaman dan kemampuannya karena menjadi konselor
itu memerlukan keahlian.
c.
Sebagai tuntutanm profesi konselor harus
mengembangkan diri dan keahliannya dengan ikut berbagaia kegiatan seperti
pelatihan, workshop dsb. Hal ini karena masalah selalu berkembang sesuia zaman
makanya agar dalam memberikan solusi itu tepat diperlukanlah pengembangan diri.
d.
Konselor hendaknya selalu menggunakan berbagai
informasi yang tersedia tentang individu baik pribadi dan lingkungannya dalam
pemberian pertolongan kepada konseli.
e.
Konselor harus bisa menjaga rahasia masalaha
yang dikemukan konseli terhadapnya.
f.
Konselor hendaknya dalam pemecahan masalha bisa
menggunakan metode dan berbagai teknik karena setiap masalah yang dihadapi
metode dan tekninya berbeda-beda.
4.
Prinsip-prinsip khusus yang berhubungna
dengan organisasi dan administrasi BK
a.
BK harus dilaksakan secara sistematis dan
berkelanjutan guna untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program.
b.
Pelaksanaan BK harus ada kartu pribadi bagi
setiap siswa. Jadi isinya tentang data siswa yang apabila pembimbing atau
konsleor akan memberikan bantuan kepada salah seorang siswa, maka terlebih
dahulu melihat kartu tersebut.
c.
???
J.
Syarat-syarat Pembimbing (konselor)
Syarat-syarat
pembimbing itu meliputi: kepribadiannya, pendidikannya, pengalamannya, dan
kemampuannya. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1.
Syarat yang Berkenaan Dengan
Kepribadiannya
Seorang
konselor harus memiliki kepribadian yang baik, selain itu dia juga harus punya
aspek moralitas yang baik seperti nilai-nilai, sopan-santun, adab, etika, tata
karma yang didasarkan pada agama islam. Sebagai muslim konselor juga harus
memiliki keimanna, kemakrifatan, dan ketauhidan yang berkualitas. Aktualisasi
syarat ini akanterwujud sebagai guru pembimbing atau konselor yang ikhlas,
jujur, objektif, dan simpatik serta senantiasa menjunjung kode etik profesinya[16].
2.
Syarat yang Berkenaan Dengan
Pendidikannya
Syarat
pendidikan berkenaan dengan keilmuan yang dimiliki oleh konselor. Guru
pembimbing atai konselor tidak saja harus memiliki ilmu bimbingan dan
konseling, tetapi juga harus memiliki ilmu-ilmu tentang manusia dengan berbagai
maacam problematikanya, ilmu psikologi ll. Kepemilikina ilmu-ilmu tersebut akan
membantu penguasaan terhadap konsep-konsepm teori-teori, tentang manusia dan
problematika serta upaya pembimbingnya juga konsep-konsep, teori-teori, dan
praktik pelayanan bimbingan dan konseling[17].
3.
Syarat yang Berkenaan Dengan
Pengalamannya
Syarat
pengalaman bagi calon guru BK setidaknya pernah diperoleh melalui praktek mikro
konseling, yaitu praktek BK dalam laboratorium BK dan makro konselign yaitu
praktek pengalaman lapangan (PPL) bimbingan dan konseling.Setidaknya bagi
ccalon guru BK pernah berpengalaman memberikan pelayanan bimbingan dan
konselign kepada para siswa.Selain itu, pengalaman hidup pribadi guru
pembimbing atau konselor yang mengesankan dapat turut membantu upaya konselor
mencarikan alternative pemecahan masalah siswa. Berbagai macam corak ragam
pengamalan guru pembimbing atau konselor yang telah dihayati dalam hidupnya,
akan membantunya mendiagnosis dan mencarikan alternative solusi terhadap
masalah klien (siswa)[18].
4.
Syarat yang Berkenaan Dengan Kemampuannya
Kepemilikan
kemampuan atau kompetensi dan keterampilan merupakan suatu keniscayaan (tidak
boleh tidak) karena tanpa itu tidak mungkin dapat melaksanakan tugas.Konselor
harus mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifat-sifat seseorang,
merasakan kekuatan jiwa apakah yang mendorong seseorang berbuat danmendiagnosis
berbagai persoalan siswa, selanjutnya mengembangkan potensi individu secara
positif[19].
K.
Asas-Asas Bimbingan Dan Konseling
Slameto
(1986) membagi asas-asas bimbingan konseling menjadi dua bagina, yaitu:
1.
Asas-Asas Bimbingan Dan Konseling Yang
Berhubungan Dengan Siswa
a.
Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan
Tiap
siswa mempunyai kebutuhan fisik dan psikis yang berbeda. Apabila kebutuhan
tidak tercapai maka akan menimbulkan kekecewaan, kekecewaan menimbulkan prilaku
menyimpang. Jadi sebagai guru BK harus bisa memehamai kebutuhan anak didik,
sehingga pelayana BK diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa terutama
psikis sperti memperoleh kasih sayang, memperleh rasa aman, kebutuhan untuk
sukses dalam belajar, memperoleh harga diri, kebutuhan untuk diakui dan
diterima oleh kelompok, kebutuhan untuk melkaukan eksistensi diri dll.
b.
Ada perbedaan di antara siswa (asas
perbedaan siswa)
Tiap-tiap
siswa mempunyai karakteristik yang berbeda maupun psikisnya.Setiap siswa
berbeda dalam hal kemampuan, bakat, minat, kebutuhan, cita-cita, sikap atau
pandangan hidup, dan ciri-ciri pribadinya lainnya.Perbedaan-perbedaan siswa
tersebut harus mendapat perhatian ecara lebih spesifik dari pembimbing atau
konselor di sekolah dan madrasah sehingga siswa dapa berkembang sesuai dengan
karakteristik pribadinya masing-masing.
c.
Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi
dirinya sendiri
Pelayanan
bimbingan dan konseling dissekolah atau madrasah harus dapat mengantarkan siswa
berkembang menjadi dirnya sendiri.Dalam kaitannya dengan peran siswa ditengah
masyarakat kelak, pelayanan bimbingan konseling harus diarahkan agar siswa
menjadi “baik” menurut ukura masyarakat tanpa kehilangan kepribadiannya
sendiri.
d.
Tiap-tiap individu (siswa) mempunyai
dorongan untuk menjadi matang
Kematangan
yang dimaksud di sini ialah kematangan kejiwaan, emosi, dan social.Pelayanan BK
kepada para siswa di sekolah dan madrasah harus berorientasi kepada kematangan
di atas sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan kecenderungan-kecenderungannya.
e.
Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai dorongan
untuk menyelesaikannya
Pada dasarnya
setiap individu (siswa)
2.
Asas-AsasBimbingan Dan Konseling Yang
Berhubungan Dengan Praktik Atau Pekerjaan Bimbingan
Menurut
Arifin dan Ery Kartikawati (1995) dan Prayitno dan Erman Amti (1999) asas-asas
yang berkenaan dengan praktk atau pekejaan bimbingan dan konseling:
a.
Asas Kerahasiaan
Asas
ini meupakan asas yang sangat penting karena setiap siswa atauklien akan merasa
takut untuk curhat karena takt masalahnnya diketah orang lain jadi asas ini
sangat penting. Asas ini sesuai dengan ajaran Islam. Dalam ajaran islam
dilarang dalam membuka aib seseorang bahkan islam mengancam bagi orang-orang
yang membuka aib saudaranya diibaratkan makan daging bangkai saudaranya
sendiri. Hal ini sesuai dengan al-Qur’an surah an-Nur ayat 24 dan hadits yang
menyatakan yang artinya” iada seorang hamba yang menutupi kejelekan yang lain
di dunia, melainkan Allah SWT. Akan meutupi kejelekannya dihari kiamat.(HR.
Muslim dari Abu Hurairah).
b.
Kesukarelaan
Dalam
asas ini, bukan berarti konselor tidak boleh menerima jasa dari pelayanan BK.
Pelayanan BK merupkan profesi oleh sebab itu pembimbing atau konselor tidak
dilarang menerimah gajih tapi hendaknya itu bukan merupakan tujuan. Asas ini
sangat relevan dengan ajaran islam berkenan dengan ikhlas. Siswa harus ikhlas
dalam mengikuti pelayanan BK dan konselor harus ikhlas membeikanelanan BK.
c.
Keterbukaan
Dalam
prises kBK dperlukanna keterbkanantara konsleor dengan konseli jadi semua harus
saling terbuka.
d.
Kekinian
Prose
BK harus berorientasi kepada masalah yang dihadapi oleh klien. Masalah yang
dialami bisa saja menyangkut masa lalu atau masa yang akan dating, jadi dalam
penanggulangan masalah siswa yang masa lalu atau yang ka datang akanmenjadi
latar belakang dan latar depan. Asas kekinianini mengandung makna konselor tidak boleh
menunda-nunda dalam pemberian bantuan. Apabila klien memerlukan bantuan atau
fakta yang menunjukkan keadaannya memerlukan bantuan maka konselor hendaknya
memberikan bantuan kepada klien. Konselr hendaknya mementingkan kepentingan
klien daripada yang lain.
e.
Kemandirian
Hal
ini merupkan tujuan dari BK, siswa atau klien yang telah dibimbing hendaklah
biasmandiritidak tergantung kepada orang lain atau konselor. Ciri-ciri
kemandirian siswa yang telah dibimbing yaitu: (1) mengenal diri sendiri dan
lingkungan sebagaimana adanya. (2) menerima diri sendiri dan lingkungannya
secara positif dan dinamis. (3) mengambil keputusan untuk dan oleh diri
sendiri. (4) mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu. (5) mewujudkan diri
secara optimal sesuai dengan potensi, minat dan kemmapuan-kemapuan yang
dimilikinya.
Menetukan
ciri-ciri diatas disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, kemandirian
sisswa SD atau MI jangan diuku dengan kemandirian SMP atau MTs.
f.
Kegiatan
Asas
pelayanan BK tidak aka berhasil secara maksimal bila klien tida melakukan
kegiatan yang akan mencapai tujuan BK. Konselor harus bias membangkitkan klien
untukmelakukan kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan maslah yang
dihadapinya.
Asas
ini bermakna bahwa masalah klien tidka aka terpecahkan apabila siswa tidak
melakukan kegiatan utuk menyelesaikan masalahnya.
g.
Kedimanisan
Usaha
pelayanan BKmenghendaki terjadinya perubahan pada siswa yaitu perubahan kearah
yang lebih baik.Perubahannya tidak monoton tapi kearah lebih maju dan dinamis
sesuaidengan arah perkembangan klien yng dikehendaki.
h.
Keterpaduan
Usaha
BK hendaknya memadukan berbagai aspekkepribadian klien, selain itu keterpaduan
pada diri klien juga harus terpadu dalam isi dan proses layanan yang diberikan.
Tidak bolehsapek layanan yang satu tidak serasi apalagi bertentangan dengan
aspek layanan yang lainnya.
i.
Kenormantifan
Usaha
BK tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku; baik norma agama,
adat, hukum atau Negara,norma ilmu, maupun norma kebiasaan sehari-hari. Seluruh
isi dan proses konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Demikian
pula prosedur, tenik, dan peralatan (instrument) yang dipakai tidak menyimpang.
j.
Keahlian
Pelayanan
BK merupakan pekerjaan profesional yang diselenggarakn oleh tenaga-tenaga ahli
yamg khusus dididik untuk pekerjaan tersebut.Asas keahlian juga mengacu kepada
kualitas konselor seperti pendidikan dan pengalaman.Selain itu, seorang konslor
jua harus mengetahui dan memahami secara baik teori-teori dan praktek BK.
k.
Alih Tangan (referal)
Konselor
sebagai manusia mempunyai keahlian atau kemampuan yang terbatas.Maka apabila
ada masalah yang tidak bisa diatasi atau diluar kemampuannya bisa diserahkan
atau dialih tanga kepadayang lebih ahli.
Asas
ini jua bermakna bahwa konselor dalam memberikan pelayanan BK jangan melebihi
batas kewenngan.
l.
Tut Wuri Handayani
Asas
ini menuntut agar pelayanan BK tidak hanya dirasakan adanya pada waktu siswa
mengalami masalah.BK hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya sebelum dan
sesudah siswa menjalani layanan BK secara langsung.Dalam asas ini, konselor
bisa menjadikan dirinya sebagai contoh pemecah masalah yang efekif.Dalam
praktek BK Islam, asas ini bertumpu pada keteladanan Rasulullah SAW.Rasulullah
merupakan sosol pemecah masalah yang efektif, sehingga berbagai masalah para
sahabat keika itu dapat dipecahkan melaluipercinihan (keteladanan) dari
Rasulullah.Dalam konteks ini Rasulullah bisa disebut konselor Islam. Al-Qur’an
menjelaskan dalam surah al-ahzab (33): 21 mejelaskan “Bahwa di dalam diri Rasul
terdapat contoh yag baik bagi kamu.
Asas
ini meberikan makna bahwa untuk bisa menjadi pemecah masalah yang efektf dan bisa dicontoh oleh klien, pembimbing atau
konselor harus memulai dri diri sendiri[20].
[1]Drs. Dewa
Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2000), Ct. ke-1, h. 19-20
[2]Ibid,
h. 21
[3]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 35
[4]Aunur
Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta:UII Press,
204), Ct. Ke-4, h. 37
[5]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 39
[6]Internet
[7]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 123-126
[8]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 126-129
[9]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 129-132
[10]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 132- 136
[11]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 136-138
[12]Drs.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, op.cit, h. 195-197
[13]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h.289-300
[14]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 326-345
[15]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 59
[16]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 119
[17]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 120-121
[18]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 121-122
[19]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h.117-122
[20]Drs.
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Intregrasi), (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ct. ke-1, h. 85-95
Tidak ada komentar:
Posting Komentar