BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia, terutama anak-anak
yang belum dewasa, baik sebagai makhluk individual maupun sebagai makhluk
social. Sejak kelahiran seorang anak dalam kedudukannya sebagai individu tampak
keharusan baginya untuk memperoleh pendidikan. Oleh karena seorang anak pada
umumnya lahir di dalam suatu keluarga, maka kegiatan kependidikan itu selalu di
mulai di lingkungan tersebut, dengan menempatkan ayah dan ibu sebagai pendidik.
Tapi kenyataannya keluarga menghadapi berbagai kesulitan dalam mengantarkan
anak-anak untuk hidup sebagai orang dewasa yang dapat menjabat suatu posisi
atau status guna memenuhi kebutuhan secara baik. Maka dari itu di perlukannya
lembaga-lembaga pendidikan untuk membantu para orang tua. Jadi kami sebagai
penulis akan mencoba membahas tentang masalah lembaga-lembaga pendidikan ini
semampu kami.
B.
PERUMUSAN MASALAH
-
Pengertian
Lembaga Pendidikan
-
Jenis-jenis
Lembaga Pendidikan
-
Sifat
Dan Fungsi Lembaga-Lembaga Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga adalah suatu
wadah yang bersifat formal atau informal dan mempunyai tujuan tertentu.
Sedangkan Pendidikan dalam pengertian sederhana dan umum adalah sebagai
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat dan kebudayaan[1]. Maka dapat
disimpulkan Lembaga Pendidikan adalah badan atau wadah yang mempunyai
tujuan tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan.
B.
JENIS-JENIS LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga-lembaga pendidikan itu meliputi:
1.
Lembaga Keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan
sukarela dan cinta yang asasi antara dua subjek manusia (suami-isteri).
Berdasarkan asas cinta yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi penerus.
Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina kehidupan sang
anak. Oleh Ki Hajar Dewantara dikatakan supaya orang tua (sebagai pendidik)
mengabdi kepada sang anak.
Motivasi pengabdian keluarga (orang tua) ini semata-mata demi cinta
kasih yang kodrati. Di dalam suasana cinta dan kemesraan inilah proses
pendidikan berlangsung seumur anak itu dalam tanggung jawab keluarga[2].
2.
Lembaga Sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya
orang tua dalam kedua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi untuk mendidik
anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang
lebih ahli[3].
Orang-orang ahli tersebut kebanyakan di sekolah, sekolah itu bermacam-macam
yaitu:
a.
Ditinjau dari yang mengusahakan:
-
Sekolah
Negeri, yaitu sekolah yang diusahakan oleh pemerintah. Di negara kita kewajiban
pemerintah menyelesaikan pendidikan ini ditetapkan dalam fasal 31 UUD 1945, dan
penyelenggaraanya diatur dalam undang-undang Pokok Pendidikan no. 4 tahun 1950
fasal 11 dan 12.
-
Sekolah
Swasta atau partikulir, yaitu sekolah
yang diusahakan oleh badan-badan swasta. Berdirinya sekolah swasta di suatu
negara, baru mungkin jika negara tersebut menggunakan azas demokrasi di dalam
pendidikan. Di Negara kita penyelenggaraan sekolah partikulir di atur di dalam
fasal 13 dan 14 Undang-undang pokok pendidikan no. 4 tahun 1950.
b.
Ditinjau dari sifatnya dibedakan:
-
Sekolah
umum, yaitu sekolah yang belum mempersiapkan anak dalam spesialisasi
pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah ini lebih ditekankan sebagai persiapan
untuk pendidikan yang lebih tinggi tingkatnya.
-
Sekolah
kejuruan, yaitu sekolah yang mempersiapkan
arah dalam bidang tertentu. Di negara kita sebelum di adakan pembaharuan
pendidikan, perbedaan antara sekolah umum dan kejuruan begitu mencolok, sehingga
menimbulkan kekurangan-kekurangan antara lain:
1.
Murid-murid
dari sekolah umum yang telah mendapatkan vak-vak umum sebagai persiapan untuk
masuk perguruan tinggi, bila mereka gagal melanjutkan studinya, maka akan
mengalami kesulitan bila terjun kemasyarakat karena kurang adanya vak-vak
praktis pada waktu sekolah umum.
2.
Murid-murid
dari sekolah kejuruan yang terlalu banyak mendapatkan vak-vak praktis sebagai
persiapan pembentukan tenaga ahli tingkat rendah dan menengah, kurang
mendapatkan kesempatan untuk ketingkat yang lebih tinggi karena kurangnya vak
umum yang diterima di sekolah kejuruan.
Dalam pembaharuan pendidikan sekolah lanjutan maka kekurangan-kekurangan tersebut berusaha diatasi dengan
berpedoman pada dua prinsip yaitu: Prinsip Keterampilan dan Prinsip
Progesi.
c.
Ditinjau dari jenjangnya:
Maksud dari jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang
berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Maka
jenjang-jenjang tersebut adalah:
-
Pendidikan
Dasar
Pendidikan dasar ada dua tahap yaitu Pra Dasar contohnya Taman
kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan pra sekolah yang mempunyai masa
program belajar paling lama tiga tahun, menjelang anak berumur 7 tahun dan
merupakan pra sekolah ( 1 – 6 tahun ) amat menentukan perkembangan lebih
lanjut. Dan selanjutnya Sekolah Dasar atau sering disebut SD merupakan sebagai satu kesatuan dilaksanakan
dalam masa program belajar selama 6 tahun. Jenjang ini merupakan unit terminal
yang mempunyai kesinambungan dengan terminal lainnya.
-
Pendidikan
Menengah
Pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Umum dan Sekolah
Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah Umum diselenggarakan dengan masa program 3
tahun. Sekolah Menengah Umum terdiri dari SMP dan SMA, khusus SMA menginjak tahun
ke-2 diadakan penjurusan. Sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan dengan masa
pembelajaran 3 tahun, jenjang ini pun terdiri SMKP dan SMKA, tapi sekarang
istilah itu kurang kami dengar yang kebanyakan
sekarang adalah SMK itu pun sudah tingkat atas saja.
-
Pendidikan
Tinggi
Pendidikan tinggi mempunyai tujuan majemuk, dalam rangka kebutuhan
masyarakat yang beraneka ragam, dan menampung calon mahasiswa yang minat dan
kemampuannya berbeda-beda karena itu perguruan tinggi di Indonesia di susun
dalam struktur multi strata. Setiap Universitas atau Perguruan Tinggi,
Akademik, membuka program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan di masyarakat
dengan lama studi yang berbeda-beda .
Di Indonesia dikenal beberapa Perguruan Tinggi dalam beberapa
bentuk sebagai berikut:
-
Program
Diploma/Akta (non gelar)
-
Akademi
(Sarjana Muda)
-
Sekolah
Tinggi (Sarjana Muda/Sarjana)
-
Universitas
dengan berbagai Fakultas (program gelar)
-
Institut
dengan berbagai Fakultas atau Departemen (program gelar)
3.
Lembaga Masyarakat
Masyarakat dapat diartikan sebagai satu bentuk tata-kehidupan
social dengan tata-nilai dan tata-budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah dan
wahana pendidikan medan kehidupan manusia yang majemuk (plural: suku, agama,
kegiatan-kerja, tingkat pendidikan, tingkat sosial-ekonomi dsb).
Masyarakat dalam arti organisasi kehidupan bersama, yang secara
makro ialah tata-pemerintahan. Masyarakat dalam makna ini ialah lembaga atau perwujudan subjek pengelola dan
kepemimpinan bersama (berdasarkan asas demokrasi).
Akan
tetapi dalam prakteknya lembaga pendidikan di Indonesia dalam garis
besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.
Lembaga
pendidikan jalur sekolah:
·
Lembaga
pendidikan prasekolah.
·
Lembaga
pendidikan dasar.
·
Lembaga
pendidikan menengah.
·
Lembaga
pendidikan tinggi.
2.
Lembaga
pendidikan jalur luar sekolah:
·
Lembaga
pendidikan keluarga.
·
Lembaga
pendidikan dimasyarakat[4].
C.
SIFAT DAN FUNGSI LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN
1. Lembaga Pendidikan di dalam keluarga
Merupakan lembaga pendidikan tertua,
bersifat informal, yang pertama dan utama di alami oleh anak dan pendidikan ini
juga bersifat kodrat.
-
Lembaga
Pendidikan Tertua
Dalam sejarah perkembangan lembaga pendidikan, dijelaskan bahwa
keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling tua. Dapat di katakan
lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan sejak adanya manusia di mana orang
tua ayah serta ibu sebagai pendidiknya dan anak sebagai terdidiknya, karena
pendidikan itu sejak adanya manusia.
-
Lembaga
Bersifat Informal
Di dalam keluarga pendidikan di lakukan secara informal yaitu
pendidikan yang tidak mempunyai bentuk program yang jelas dan yang resmi,
misalnya jika kita perhatikan pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga
maka tidak kita jumpai adanya kurikulum dan daftar jam pelajaran yang tertulis
secara resmi dalam bentuk yang tertentu dan jelas.
-
Lembaga
Pendidikan Pertama dan Utama
Di dalam keluarga anak pertama-tama menerima pendidikan, dan
pendidikan yang diperoleh dalam kelurga ini merupakan pendidikan yang terpenting
atau utama terhadap perkembangan pribadi anak.
Pola kehidupan di dalam keluarga memberi corak pola kepribadian
anak yang hidup di dalam keluarga tadi. Dalam hubungan hal ini Ki Hadjar
Dewantoro mengatakan bahwa:
“Alam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan yang terpenting,
oleh karena sejak timbulnya adat kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga itu
selalu mempengaruhi pertumbuhannya budi pekerti tiap-tiap manusia”.
-
Bersifat
Kodrat
Keluarga adalah lembaga pendidikan bersifat kodrat karena terdapatnya
hubungan darah antara pendidik dan anak didiknya. Karena sifatnya ini maka
wewenang pendidik dalam keluarga juga bersifat kodrat, dan wewenang yang wajar
ini tak dapat di ganggu gugat, kecuali jika keluarga tersebut tidak mampu
melaksanakan tugasnya tadi.
Karena ikatan yang bersifat kodrat ini pula maka terdapat hubungan
yang erat antara pendidik dan anak didik.
Selain itu berfungsi sebagai:
-Pengalaman
pertama masa kanak-kanak.
Lembaga
pendidikan keluarga memberi pengalaman pertama yang merupakan faktor penting
dalam perkembangan pribadi anak. Para ahli ilmu jiwa dalam misalnya Freud dan
Adler sangat menekankan pentingnya penghidupan keluarga, sebab pengalaman masa
kanak-kanak yang menyakitkan walaupun sudah jauh terpendam di masa silam, tapi
dapat mengganggu keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu selanjutnya.
-Menjamin
kehidupan emosionil anak.
Melalui
pendidikan keluarga ini kehidupan emosionil atau kebutuhan akan rasa kasih
sayang dapat di penuhi atau dapat berkembang dengan baik, hal ini di sebabkan
karena adanya hubungan darah antara pendidikan dan anak didik, karena orang tua
hanya menghadapi sedikit anak didik dan karena hanya menghadapi sedikit anak
didik dan karena hubungan tadi di dasarkan atas rasa cinta kasih sayang murni.
-Menanamkan
dasar pendidikan moril.
Walaupun keluarga memberikan seluruh aspek perkembangan pribadi
anak, tetapi di dalam keluargalah terutama tertanam dasar-dasar pendidikan
moril, di mana pendidikan moril ini terutama tidak di berikan dengan penerangan
atau ceramah atau kuliah, tetapi melalui contoh-contoh yang konkrit dalam
perbuatan hidup sehari-hari.
-
Memberikan dasar pendidikan social.
Kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong menolong gotong royong secara kekeluargaan, misalnya
menolong saudara sakit, bersama-sama menjaga keterbitan, kedamaian, kebersihan
dan keserasian dalam segala hal, kesemuanya tadi memumupuk berkembangnya
benih-benih kesadaran sosial pada anak.
2. Lembaga Pendidikan di sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, timbul sesudah keluarga
sifatnya formal tidak kodrati.
-Tumbuh
sesudah keluarga
Di dalam sejarah pendidikan di kemukakan bahwa sejak jaman
pendidikan China kuno dan Yunani kuno telah di jumpai adanya sekolah sebagai
lembaga pendidikan. Perkataan “sekolah” berasal dari perkataan Yunani “schola”
yang artinya waktu nganggur atau waktu senggang. Bangsa Yunani kuno mempunyai
kebiasaan menggunakan waktu senggangnya untuk berdiskusi guna menambah ilmu dan
kecerdasan akal. Lambat laun usaha tersebut di selenggarakan secara teratur dan
berencana (secara formal), sehingga akhirnya timbullah sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal yang bertugas untuk menambah ilmu pengetahuan dan kecerdasan
akal.
-Lembaga
pendidikan formal
Sekolah merupakan pendidikan formal sebab mempunyai bentuk ( form )
yang jelas dalam arti memiliki program yang telah di rencanakan dengan teratur
dan di tetapkan dengan resmi, misal di sekolah rencana pelajaran, jam pelajaran
dan peraturan lain yang menggambarkan bentuk dari program sekolah secara
keseluruhan.
-Lembaga
pendidikan yang tidak bersifat kodrat
Sekolah didiriakn bukan atas dasar hubungan darah antara guru dan
murid tetapi berdasarkan hubungan yang bersifat kedinasan. Juga murid tidak
secara kodrat harus mengikuti pendidikan sekolah tertentu, karena itu sekolah
merupakan pendidikan yang tidak bersifat kodrat. Sudah tentu hubungan antara
pendidikan dan anak-anak didik sekolah tidak seakrab hubungan di dalam
keluarga, sebab di antara guru dan murid tidak ada ikatan yang berdasarkan
hubungan darah dan juga karena guru terlalu banyak menghadapi murid.
Fungsi-fungsinya:
-Mengembangkan
kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan
Walaupun tidak dapat di sangkal kebenarannya bahwa sekolah itu
bertugas mengembangkan pribadi anak secara menyeluruh, tapi fungsinya yang
penting ialah menyampaikan pengetahuan melaksanakan pendidikan kecerdasan.
Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat kita samakan
dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moril. Walaupun keluarga dan
perkumpulan pemuda juga membantu kecerdasan anak, tapi sumbangannya ini tidak
dapat menyamai peranan sekolah dalam mengembangkan kecerdasan anak.
-Specialisasi
Salah satu ciri makin meningkatnya kemajuan masyarakat ialah makin
bertambahnya defferensiasi dalam tugas kemasyarakatan sosial dan lembaga sosial
yang melaksanakan tugas tadi. Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial
yang spesialisasinya di dalam pendidikan dan pengajaran.
-Effisiensi
Dengan adanya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi
di bidang pendidikan dan pengajaran maka pelaksanaan pendidikan dan pengajaran
dalam masyarakat menjadi lebih effisiensi sebab;
1.
Andaikata
tidak ada sekolah, dan pekerjaan mendidik harus di pikul oleh keluarga maka hal
ini tidak efisien karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaanya. Dan banyak
orang tua tak mampu melaksanakan pendidikan tadi.
2.
Karena
pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu dan sistematis.
3.
Di
sekolah dapat di didik sejumlah besar anak sekaligus.
-Sosialisasi
Sekolah mempunyai peranan yang penting juga di dalam proses
sosialisasi yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial.
Makhluk yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap masyarakat.
-Konservatori
dan transmisi kulturil
Sekolah mempunyai fungsi memelihara warisan kebudayaan yang hidup
dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi kepada
generasi muda. Fungsi sekolah ialah menyerahkan atau menyampakan norma-norma kebudayaan pada anak.
-Transisi dari
rumah kemasyarakat
Dari kehidupan anak di rumah yang serba menggantungkan diri pada
orang tua, maka memasuki sekolah di mana ia mendapat kesempatan untuk melatih
berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum kemasyarakat.
Dikarenakan kekurangan informasi maka hanya itu saja yang dapat
kami sebutkan dan jelaskan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Lembaga
Pendidikan adalah badan atau wadah yang mempunyai tujuan tertentu dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dan
Lembaga-lembaga pendidikan itu meliputi:
-
Lembaga
Keluarga
Merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang
pertama dan utama di alami oleh anak dan pendidikan ini juga bersifat kodrat.
-
Lembaga
Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, timbul sesudah keluarga
sifatnya formal tidak kodrati.
-
Lembaga
Masyarakat
DAFTAR
PUSTAKA
1. TIM DOSEN FIP-IKIP MALANG
DASAR-DASAR
KEPENDIDIKAN, CETAKAN II dan III
2. Drs. SUWARNO
PENGANTAR UMUM
PENDIDIKAN
3. Drs. H. FUAD IHSAN
DASAR-DASAR
KEPENDIDIKAN
4. Prof. Dr. MADE PIDARTA
LANDASAN KEPENDIDIKAN
STIMULUS ILMU PENDIDIKAN BERCORAK INDONESIA
5. Drs. AMIR DAIEN INDRA KUSUMA
PENGANTAR ILMU
PENDIDIKAN USAHA NASIONAL
NAMA ANGGOTA KELOMPOK III
|
PARAF
|
SUSILAWATI
|
|
TIA YUNITA
|
|
WARDHATUL GINA
|
|
WARNIDAH
|
|
BADRYANTONI
|
|
BAHRIANNOR
|
|
M. INDRA KASMITA
|
|
[1] Drs. H. Fuad
Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1997), cet. I, hlm.
1.
[2] Tim Dosen
FIB-IKIP MALANG, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Malang:Usaha Nasional, cet.
III, hlm. 14.
[3] Drs. H. Fuad
Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1997), cet. I, hlm.
20.
[4] Prof. Dr. Made
Pidarta, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,
(Rineka Cipta, 1997), cet. I, hlm 19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar