Minggu, 08 Juli 2012

Memahami Lembaga



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia, terutama anak-anak yang belum dewasa, baik sebagai makhluk individual maupun sebagai makhluk social. Sejak kelahiran seorang anak dalam kedudukannya sebagai individu tampak keharusan baginya untuk memperoleh pendidikan. Oleh karena seorang anak pada umumnya lahir di dalam suatu keluarga, maka kegiatan kependidikan itu selalu di mulai di lingkungan tersebut, dengan menempatkan ayah dan ibu sebagai pendidik. Tapi kenyataannya keluarga menghadapi berbagai kesulitan dalam mengantarkan anak-anak untuk hidup sebagai orang dewasa yang dapat menjabat suatu posisi atau status guna memenuhi kebutuhan secara baik. Maka dari itu di perlukannya lembaga-lembaga pendidikan untuk membantu para orang tua. Jadi kami sebagai penulis akan mencoba membahas tentang masalah lembaga-lembaga pendidikan ini semampu kami.
B.     PERUMUSAN MASALAH
-          Pengertian Lembaga Pendidikan
-          Jenis-jenis Lembaga Pendidikan
-          Sifat Dan Fungsi Lembaga-Lembaga Pendidikan




BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga adalah suatu wadah yang bersifat formal atau informal dan mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan Pendidikan dalam pengertian sederhana dan umum adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan[1]. Maka dapat disimpulkan Lembaga Pendidikan adalah badan atau wadah yang mempunyai tujuan tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan.
B.     JENIS-JENIS LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga-lembaga pendidikan itu meliputi:
1.      Lembaga Keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan sukarela dan cinta yang asasi antara dua subjek manusia (suami-isteri). Berdasarkan asas cinta yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi penerus. Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina kehidupan sang anak. Oleh Ki Hajar Dewantara dikatakan supaya orang tua (sebagai pendidik) mengabdi kepada sang anak.
Motivasi pengabdian keluarga (orang tua) ini semata-mata demi cinta kasih yang kodrati. Di dalam suasana cinta dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung seumur anak itu dalam tanggung jawab keluarga[2].
2.      Lembaga Sekolah
Sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi dan terbatasnya orang tua dalam kedua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli[3]. Orang-orang ahli tersebut kebanyakan di sekolah, sekolah itu bermacam-macam yaitu:



a.      Ditinjau dari yang mengusahakan:
-          Sekolah Negeri, yaitu sekolah yang diusahakan  oleh pemerintah. Di negara kita kewajiban pemerintah menyelesaikan pendidikan ini ditetapkan dalam fasal 31 UUD 1945, dan penyelenggaraanya diatur dalam undang-undang Pokok Pendidikan no. 4 tahun 1950 fasal 11 dan 12.
-          Sekolah Swasta atau partikulir, yaitu sekolah yang diusahakan oleh badan-badan swasta. Berdirinya sekolah swasta di suatu negara, baru mungkin jika negara tersebut menggunakan azas demokrasi di dalam pendidikan. Di Negara kita penyelenggaraan sekolah partikulir di atur di dalam fasal 13 dan 14 Undang-undang pokok pendidikan no. 4 tahun 1950.

b.      Ditinjau dari sifatnya dibedakan:
-          Sekolah umum, yaitu sekolah yang belum mempersiapkan anak dalam spesialisasi pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah ini lebih ditekankan sebagai persiapan untuk pendidikan yang lebih tinggi tingkatnya.
-          Sekolah kejuruan, yaitu sekolah yang mempersiapkan arah dalam bidang tertentu. Di negara kita sebelum di adakan pembaharuan pendidikan, perbedaan antara sekolah umum dan  kejuruan begitu mencolok, sehingga menimbulkan kekurangan-kekurangan antara lain:
1.      Murid-murid dari sekolah umum yang telah mendapatkan vak-vak umum sebagai persiapan untuk masuk perguruan tinggi, bila mereka gagal melanjutkan studinya, maka akan mengalami kesulitan bila terjun kemasyarakat karena kurang adanya vak-vak praktis pada waktu sekolah umum.
2.      Murid-murid dari sekolah kejuruan yang terlalu banyak mendapatkan vak-vak praktis sebagai persiapan pembentukan tenaga ahli tingkat rendah dan menengah, kurang mendapatkan kesempatan untuk ketingkat yang lebih tinggi karena kurangnya vak umum yang diterima di sekolah kejuruan.
Dalam pembaharuan pendidikan sekolah lanjutan maka kekurangan-kekurangan tersebut berusaha diatasi dengan berpedoman pada dua prinsip yaitu: Prinsip Keterampilan dan Prinsip Progesi.



c.       Ditinjau dari jenjangnya:
Maksud dari jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Maka jenjang-jenjang tersebut adalah:


-          Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar ada dua tahap yaitu Pra Dasar contohnya Taman kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan pra sekolah yang mempunyai masa program belajar paling lama tiga tahun, menjelang anak berumur 7 tahun dan merupakan pra sekolah ( 1 – 6 tahun ) amat menentukan perkembangan lebih lanjut. Dan selanjutnya Sekolah Dasar atau sering disebut SD  merupakan sebagai satu kesatuan dilaksanakan dalam masa program belajar selama 6 tahun. Jenjang ini merupakan unit terminal yang mempunyai kesinambungan dengan terminal lainnya.

-          Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah Umum diselenggarakan dengan masa program 3 tahun. Sekolah Menengah Umum terdiri dari SMP dan SMA, khusus SMA menginjak tahun ke-2 diadakan penjurusan. Sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan dengan masa pembelajaran 3 tahun, jenjang ini pun terdiri SMKP dan SMKA, tapi sekarang istilah itu kurang kami dengar yang kebanyakan  sekarang adalah SMK itu pun sudah tingkat atas saja.

-          Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi mempunyai tujuan majemuk, dalam rangka kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam, dan menampung calon mahasiswa yang minat dan kemampuannya berbeda-beda karena itu perguruan tinggi di Indonesia di susun dalam struktur multi strata. Setiap Universitas atau Perguruan Tinggi, Akademik, membuka program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan di masyarakat dengan lama studi yang berbeda-beda .
Di Indonesia dikenal beberapa Perguruan Tinggi dalam beberapa bentuk sebagai berikut:
-          Program Diploma/Akta (non gelar)
-          Akademi (Sarjana Muda)
-          Sekolah Tinggi (Sarjana Muda/Sarjana)
-          Universitas dengan berbagai Fakultas (program gelar)
-          Institut dengan berbagai Fakultas atau Departemen (program gelar)

3.      Lembaga Masyarakat
Masyarakat dapat diartikan sebagai satu bentuk tata-kehidupan social dengan tata-nilai dan tata-budaya sendiri.  Dalam arti ini masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan medan kehidupan manusia yang majemuk (plural: suku, agama, kegiatan-kerja, tingkat pendidikan, tingkat sosial-ekonomi dsb).
Masyarakat dalam arti organisasi kehidupan bersama, yang secara makro ialah tata-pemerintahan. Masyarakat dalam makna ini ialah  lembaga atau perwujudan subjek pengelola dan kepemimpinan bersama (berdasarkan asas demokrasi).
Akan tetapi dalam prakteknya lembaga pendidikan di Indonesia dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1.      Lembaga pendidikan jalur sekolah:
·         Lembaga pendidikan prasekolah.
·         Lembaga pendidikan dasar.
·         Lembaga pendidikan menengah.
·         Lembaga pendidikan tinggi.

2.      Lembaga pendidikan jalur luar sekolah:
·         Lembaga pendidikan keluarga.
·         Lembaga pendidikan dimasyarakat[4].




C.    SIFAT DAN FUNGSI LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN
1.      Lembaga Pendidikan di dalam keluarga
Merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama di alami oleh anak dan pendidikan ini juga bersifat kodrat.
-          Lembaga Pendidikan Tertua
Dalam sejarah perkembangan lembaga pendidikan, dijelaskan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling tua. Dapat di katakan lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan sejak adanya manusia di mana orang tua ayah serta ibu sebagai pendidiknya dan anak sebagai terdidiknya, karena pendidikan itu sejak adanya manusia.

-          Lembaga Bersifat Informal
Di dalam keluarga pendidikan di lakukan secara informal yaitu pendidikan yang tidak mempunyai bentuk program yang jelas dan yang resmi, misalnya jika kita perhatikan pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga maka tidak kita jumpai adanya kurikulum dan daftar jam pelajaran yang tertulis secara resmi dalam bentuk yang tertentu dan jelas.

-          Lembaga Pendidikan Pertama dan Utama
Di dalam keluarga anak pertama-tama menerima pendidikan, dan pendidikan yang diperoleh dalam kelurga ini merupakan pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak.
Pola kehidupan di dalam keluarga memberi corak pola kepribadian anak yang hidup di dalam keluarga tadi. Dalam hubungan hal ini Ki Hadjar Dewantoro mengatakan bahwa:
“Alam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan yang terpenting, oleh karena sejak timbulnya adat kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga itu selalu mempengaruhi pertumbuhannya budi pekerti tiap-tiap manusia”.
-          Bersifat Kodrat
Keluarga adalah lembaga pendidikan bersifat kodrat karena terdapatnya hubungan darah antara pendidik dan anak didiknya. Karena sifatnya ini maka wewenang pendidik dalam keluarga juga bersifat kodrat, dan wewenang yang wajar ini tak dapat di ganggu gugat, kecuali jika keluarga tersebut tidak mampu melaksanakan tugasnya tadi.
Karena ikatan yang bersifat kodrat ini pula maka terdapat hubungan yang erat antara pendidik dan anak didik.
Selain itu berfungsi sebagai:
-Pengalaman pertama masa kanak-kanak.
Lembaga pendidikan keluarga memberi pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Para ahli ilmu jiwa dalam misalnya Freud dan Adler sangat menekankan pentingnya penghidupan keluarga, sebab pengalaman masa kanak-kanak yang menyakitkan walaupun sudah jauh terpendam di masa silam, tapi dapat mengganggu keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu selanjutnya.
-Menjamin kehidupan emosionil anak.
Melalui pendidikan keluarga ini kehidupan emosionil atau kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat di penuhi atau dapat berkembang dengan baik, hal ini di sebabkan karena adanya hubungan darah antara pendidikan dan anak didik, karena orang tua hanya menghadapi sedikit anak didik dan karena hanya menghadapi sedikit anak didik dan karena hubungan tadi di dasarkan atas rasa cinta kasih sayang murni.
-Menanamkan dasar pendidikan moril.
Walaupun keluarga memberikan seluruh aspek perkembangan pribadi anak, tetapi di dalam keluargalah terutama tertanam dasar-dasar pendidikan moril, di mana pendidikan moril ini terutama tidak di berikan dengan penerangan atau ceramah atau kuliah, tetapi melalui contoh-contoh yang konkrit dalam perbuatan hidup sehari-hari.

- Memberikan dasar pendidikan social.
Kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong menolong  gotong royong secara kekeluargaan, misalnya menolong saudara sakit, bersama-sama menjaga keterbitan, kedamaian, kebersihan dan keserasian dalam segala hal, kesemuanya tadi memumupuk berkembangnya benih-benih kesadaran sosial pada anak.


2.      Lembaga Pendidikan di sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, timbul sesudah keluarga sifatnya formal tidak kodrati.

-Tumbuh sesudah keluarga
Di dalam sejarah pendidikan di kemukakan bahwa sejak jaman pendidikan China kuno dan Yunani kuno telah di jumpai adanya sekolah sebagai lembaga pendidikan. Perkataan “sekolah” berasal dari perkataan Yunani “schola” yang artinya waktu nganggur atau waktu senggang. Bangsa Yunani kuno mempunyai kebiasaan menggunakan waktu senggangnya untuk berdiskusi guna menambah ilmu dan kecerdasan akal. Lambat laun usaha tersebut di selenggarakan secara teratur dan berencana (secara formal), sehingga akhirnya timbullah sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk menambah ilmu pengetahuan dan kecerdasan akal.

-Lembaga pendidikan formal
Sekolah merupakan pendidikan formal sebab mempunyai bentuk ( form ) yang jelas dalam arti memiliki program yang telah di rencanakan dengan teratur dan di tetapkan dengan resmi, misal di sekolah rencana pelajaran, jam pelajaran dan peraturan lain yang menggambarkan bentuk dari program sekolah secara keseluruhan.

-Lembaga pendidikan yang tidak bersifat kodrat
Sekolah didiriakn bukan atas dasar hubungan darah antara guru dan murid tetapi berdasarkan hubungan yang bersifat kedinasan. Juga murid tidak secara kodrat harus mengikuti pendidikan sekolah tertentu, karena itu sekolah merupakan pendidikan yang tidak bersifat kodrat. Sudah tentu hubungan antara pendidikan dan anak-anak didik sekolah tidak seakrab hubungan di dalam keluarga, sebab di antara guru dan murid tidak ada ikatan yang berdasarkan hubungan darah dan juga karena guru terlalu banyak menghadapi murid.




Fungsi-fungsinya:
-Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan
Walaupun tidak dapat di sangkal kebenarannya bahwa sekolah itu bertugas mengembangkan pribadi anak secara menyeluruh, tapi fungsinya yang penting ialah menyampaikan pengetahuan melaksanakan pendidikan kecerdasan.
Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat kita samakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moril. Walaupun keluarga dan perkumpulan pemuda juga membantu kecerdasan anak, tapi sumbangannya ini tidak dapat menyamai peranan sekolah dalam mengembangkan kecerdasan anak.
-Specialisasi
Salah satu ciri makin meningkatnya kemajuan masyarakat ialah makin bertambahnya defferensiasi dalam tugas kemasyarakatan sosial dan lembaga sosial yang melaksanakan tugas tadi. Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya di dalam pendidikan dan pengajaran.

-Effisiensi
Dengan adanya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di bidang pendidikan dan pengajaran maka pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih effisiensi sebab;
1.      Andaikata tidak ada sekolah, dan pekerjaan mendidik harus di pikul oleh keluarga maka hal ini tidak efisien karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaanya. Dan banyak orang tua tak mampu melaksanakan pendidikan tadi.
2.      Karena pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu dan sistematis.
3.      Di sekolah dapat di didik sejumlah besar anak sekaligus.

-Sosialisasi
Sekolah mempunyai peranan yang penting juga di dalam proses sosialisasi yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial. Makhluk yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap masyarakat.

-Konservatori dan transmisi kulturil
Sekolah mempunyai fungsi memelihara warisan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi kepada generasi muda. Fungsi sekolah ialah menyerahkan atau menyampakan  norma-norma kebudayaan pada anak.
-Transisi dari rumah kemasyarakat
Dari kehidupan anak di rumah yang serba menggantungkan diri pada orang tua, maka memasuki sekolah di mana ia mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum kemasyarakat.
Dikarenakan kekurangan informasi maka hanya itu saja yang dapat kami sebutkan dan jelaskan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Lembaga Pendidikan adalah badan atau wadah yang mempunyai tujuan tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan. Dan Lembaga-lembaga pendidikan itu meliputi:
-          Lembaga Keluarga
Merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama di alami oleh anak dan pendidikan ini juga bersifat kodrat.
-          Lembaga Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, timbul sesudah keluarga sifatnya formal tidak kodrati.
-          Lembaga Masyarakat


DAFTAR PUSTAKA

1.      TIM DOSEN FIP-IKIP MALANG
DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN, CETAKAN II dan III


2.      Drs. SUWARNO
PENGANTAR UMUM PENDIDIKAN


3.      Drs. H. FUAD IHSAN
DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN


4.      Prof. Dr. MADE PIDARTA
LANDASAN KEPENDIDIKAN STIMULUS ILMU PENDIDIKAN BERCORAK INDONESIA


5.      Drs. AMIR DAIEN INDRA KUSUMA
PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN USAHA NASIONAL



NAMA ANGGOTA KELOMPOK III
PARAF
SUSILAWATI

TIA YUNITA

WARDHATUL GINA

WARNIDAH

BADRYANTONI

BAHRIANNOR

M. INDRA KASMITA




[1] Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1997), cet. I, hlm. 1.
[2] Tim Dosen FIB-IKIP MALANG, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, (Malang:Usaha Nasional, cet. III, hlm. 14.
[3] Drs. H. Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 1997), cet. I, hlm. 20.
[4] Prof. Dr. Made Pidarta, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Rineka Cipta, 1997), cet. I, hlm 19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar