BAB
I
PENDAHULUAN
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tenang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya,
proses maupun latar belakangnya, jadi bias juga dikatakan psikologi itu Ilmu
Jiwa. Karena psikologi itu ilmu jiwa maka dalam melakukan penelitian pasti
memerlukan cara, nah cara itu disebut metode.
Metode
penyelidikan dalam psikologi berdasarkan buku “Psikologi Umum karangan Drs. H.
Abu Ahmadi” ada dua yaitu “metode yang bersifat filosofis” yang meliputi
metode intuitif, metode kontemplatif, dan metode filosofis religious. Dan “metode
yang bersifat empiris” yang meliputi metode observasi, metode pengumpulan
data, dan metode eksperimen.
Maka
dalam makalah ini kami hanya akan membahas metode yang bersifat emperis yaitu
metode observasi dengan bagian-bagiannya, metode pengumpulan data dengan
pembagiannya, dan metode eksperimen dengan pembagiannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Metode-metode
penyelidikan dalam psikologi
1. Pengertian metode
Metode
berasal dari kata method. Dalam bahasa Indonesia metode artinya cara yang teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, atau cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan[1].
Didalam
kepustakaan, istilah metode mempunyai pengertian yang sama dengan prosedur,
tata cara, alat, dan teknik. Sedangkan maksud dari metode atau prosedur disini
lebih menekankan pada usaha untuk mendapatkan, mengembangkan, atau menguji
pembuktian atau teori, hipotesis atau dugaan. Sedangkan istilah tata cara, alat
atau teknik lebih menekankan pada usaha untuk mendapatkan, atau membuktikan
fakta atau data. Teknik lebih bersifat operasional, sedangkan metode lebih
bersifat teoritis[2].
2. Metode-metode dalam psikologi
Dalam
psikologi terdapat metode-metode atau cara-cara untuk mempelajari tingkah laku
seseorang, dan metode-metode yang sering digunakan oleh psikologi antaralain
yaitu:
a. Metode Observasi
Metode
observasi adalah metode yang dilakukan melalui pengamatan. Para ahli melakukan
metode ini dengan cara pengamatan serta mencatat kejadian-kejadian untuk
dianalisis, diteliti, dan dicari kesimpulannya. Observasi tidak hanya berarti
melihat dan memandang saja, tetapi mengamati secar teliti, selektif dan
sisitematis, sehingga semua aspek yang berperan dalam situasi tingkah laku
dapat dicatat, dianalisis, dan dihubungkan secara tepat untuk dijadikan suatu
pernyataan, penilaian, kesimpulan, dugaan atau hipotesis. Metode observasi
dalam psikologi banyak dilakukan untuk mempelajari tingkah laku anak-anak,
interaksi social, aktivitas keagamaan, peperangan, aktivitas kejahatan, dan
kejadian-kejadian lain yang tidak dapat dieksperimenkan. Observasi atau
pengamatan terhadap perkembangan hidup seseorang sejak lahir disebut metode
perkembangan (developmental methode). Sedangkan data atau hipotesis yang
dicari melalui riwayat hidup seseorang dengan menanyakan kepada orang itu
sendiri atau orang-orang yang mengenalnya atau melalui catatan-catatan mengenai
orang itu, disebut metode riwayat hidup (case history methode)[3].
Contoh
dari metode observasi itu ialah apabila kita ingin mengamati atau menyelidiki
tingkah laku anak bagaimana ia bermain, berinteraksi dan lainnya. Maka kita
dapat mencatat tingkah lakunya yang kelihatan, hendaknya pekerjaan mencatat itu
dilakukan dengan teliti dan dicatat secepat-cepatnya. Pengamatan ini dapat
ditujukan kepada anak secara terus-menerus, atau beberapa anak secara
bergantian[4].
Metode observasi itu terbagi dua macam yaitu Introspeksi dan Ekstrospeksi.
-
Introspeksi
Introspeksi
adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja memperhatikan atau mempelajari
proses kejiwaan pada diri sendiri atau mempelajari jiwa sendiri. Anak-anak
tidak dapat mempergunakan metode introspeksi. Metode ini membutuhkan latihan
dan pengertian, itulah sebabnya para ahli tidak sependapat untuk menggunakan
metode ini untuk anak-anak.
August
Comte, seorang ahli filsafat bangsa Perancis, mengatakan bahwa introspeksi
tidak objektif, tidak dapat sekaligus digunakan untuk maksud menghayati dan
mempelajari proses kejiwaan yang sedang dialami. Tokoh kedua, Wilian Stern,
seorang bangsa Jerman, mengemukakan bahwa dengan cara introspeksi masih ada
bagian-bagian kejiwaan yang tidak dapat diselidiki atau diketahui, yaitu
bagian-bagian yang berada diluar batas kesadaran di mana hasil yang diperoleh
selalu kurang lengkap.
-
Ekstrospeksi
Pengamatan
yang dilakukan dengan maksud mempelajari kejiwaan orang lain disebut
ekstrospeksi. Hanya pekerjaan kejiwaan pada diri sendiri yang langsung dapat
dipelajari. Pekerjaan kejiwaan pada diri orang lain hanya dapat kita duga.
Hal-hal yang dapat diperhatikan hanya terbatas pada unsur-unsur yang dapat
ditangkap pancaindera.
Dengan
memperhatikan perubahan roman muka dan perbuatan yang dilakukan orang lain,
kemudian kita coba menduga isi hatinya untuk mengetahui apa yang sedang
dipikirkannya. Bila cara memperhatikannya dilakukan lebih teratur dan seksama,
dapat diharapkan akan diperoleh kesimpulan yang mendekati kenyataan. Proses
menarik kesimpulan tersebut disebut analogi. Namun kita perlu hati-hati karena
bisa saja kesimpulan itu keliru, untuk memperkecil kemungkinan keliru manusia
dapat menggunakan kemampuan lain yang disebut kehalusan perasaan. Dengan
kehalusan perasaan kita mampu menetapkan sikap yang tepat dalam pergaulan,
yaitu dengan menyelami isi hati orang lain. Bila kita berusaha memahami gerak-gerik
orang lain, dalam usaha memahami itu dibutuhkan bantuan introspeksi. Sama
maksudnya dengan: untuk melakukan ekstropeksi dibutuhkan bantuan intropeksi[5].
b. Metode Pengumpulan data
Metode
ini ialah metode yang dilakukan dengan mengolah data-data yang didapat dari
kumpulan daftra pertanyaan dan jawaban, bahan-bahan riwayat hidup ataupun
bahan-bahan lain yang berhubungan dengan apa yang diselidiki, lalu dari
data-data yang diperoleh tersebut diklasifikasikan untuk kemudian ditarik
kesimpulan. Untuk mendapatkan data tersebut dapat ditempuh dengan melalui tiga
cara yaitu dengan Interviu, Angket, pengumpulan bahan, biografi, dan otobigrafi
atau auto bigrafi.
-
Interviu
(wawancara)
Wawancara
adalah tanya jawab antara si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Maksudnya
adalah agar orang yang diperiksa itu mengemukakan isi hatinya,
pandangan-pandangannya, pendapatnya, dan lainnya, sehingga pemeriksa dapat
lebih mengenalnya. Wawancara yang baik memerlukan pelatihan yang banyak, karena
sangat sulit membuka pintu hati seseorang dalam waktu singkat yang tersedia
dalam waktu wawancara. Ada beberapa macam wawancara yaitu:
1. Wawancara
bebas, pertanyaan dan jawaban diberikan sebebas-bebasnya oleh pemeriksa maupun
yang diperiksa.
2. Wawancara
terarah, dalam hal ini sudah ada beberapa pokok yang harus diikuti si pemeriksa
dalam mengadakan wawancara.
3. Wawancara
terbuka, pertanyaan-pertanyaan sudah ditentukan sebelumya, tetapi jawaban dapat
diberikan bebas, tidak terkait.
4. Wawncara
tertutup, pertanyaan-pertanyaan sudah ditentukan sebelumnya dan
kemungkinan-kemungkinan jawaban juga sudah ditentukan, sehingga orangorang yang
diperiksa tinggal memilih antara kemungkinan-kemingkinan jawaban itu, misalnya
antara ya dan tidak atau antara sangat setuju, setuju
dan tidak setuju.
-
Angket
Angket
adalah wawancara tertulis. Dalam angket, pertanyaan-pertanyaan sudah disusun
secara tertulis dalam lembar-lembar pertanyaan. Orang yang akan diperiksa
membaca pertanyaan-pertanyaan itu dan memberi jawaban-jawaban tertulis pula
dalam kolom-kolom yang sudah disediakan. Jawaban-jawaban itu selanjutnya
dianalis untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki. Seperti halnya wawancara,
angket pun terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang terbuka dan tertutup. Dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang tertutup, termasuk angket khusus yang dibuat skala
sikap, yang diisinya adalah pertanyaan-pertanyaan tentang suatu hal tertentu
dan diminta menyatakan sikapnya (sangat setuju sampai dengan sangat tidak
setuju) terhadap masing-masing pertanyaan tersebut.
Kelemahan
angket adalah bahwa alat ini tidak mampu menggali ekspresi-ekspresi wajah,
perasaan, dan lain-lain di samping data yang dapat digali pun sangat terbatas.
Sebaliknya angket berdaya jangkau luas dan tidak memerlukan keahlian khusus
dalam mengumpulkan datanya. Denagn demikian, untuk survai-survai yang
membutuhkan data dari sejumlah besar orang, biasanya digunakan angket[6].
-
Pengumpulan
bahan
Metode
ini merupakan juga salah satu metode yang sering juga dipakai untuk memperoleh
keterangan-keterangan psikologis. Metode pengumpulan bahan ialah suatu metode
yang dilaksanakn dengan jalan mengumpulkan bahan-bahan terutama pengumpulan
gambar-gambar yang dibuat oleh anak-anak. Untuk itu, maka dikumpulkan segala
macam permainan yang pakai oleh anak-anak pada usia-usia tertentu, sehingga
dari segala macam alat permainan itu, akhirnya dicoba dibuat satu kesimpulan
tentang permainan-permainan anak pada usia tertentu. Dari situlah akhirnya
dibuat teori-teori tentang permainan, apakah itu Stanley Hall, Herbert Spencer,
Sigmund Freud maupun Adler. Demikian pula pernah seorang ahli psikologi bernama
Charlette Buhler, mengumpulkan bahan-bahan berupa karangan-karangan,
gambar-gambar, syair-syair, dan tulisan-tulisan guna penyelidikan tentang
kejiwaan pada anak-anak. Biasanya “metode pengumpulan bahan” ini
dilakukan dalam rangka untuk mengetahui keadaan jiwa anak. Yang dikumpulkan ialah hasil karyanya subjek.
Baik hasil karya yang kongkret (berbagai hasil pekerjaan tangannya, maupun
hasil karyanya yang abstrak: tulisannya, gambarannya). Dari hasil karya inilah
dapat diketahui kira-kira watak isi hati subjek.
Kelemahan:
a. Si
penyelidik tidak berhadapan secara langsung, kadang-kadang tidak tahu
situasinya pada waktu membuat hasil karya tersebut.
b. Menginterpretasi
gambaran, tulisan dan hasil-hasil karya yang lain dari seseorang tidaklah mudah
dan juga bersifat subyektif[7].
-
Biografi
Jiwa
anak atau seseorang dapat dipahami dengan mempelajari riwayat hidupnya, baik
yang mereka tulis sendiri maupun yang dituliskan orang lain mengenai dirinya;
kedua karya itu dapat mengungkapkan jiwa orang yang memiliki biografi itu.
Riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh orang yang punya riwayat dinamakan
autobiografi. Riwayat hidup yang ditulis orang lain dinamakan biografi. Kedua
riwayat hidup itu menjadi sumber yang berharga untuk mendapatkan bahan-bahan
yang dapat digunakan untuk meneliti kejiwaan anak atau seseorang yang sedang
diteliti[8].
-
Otobiografi
Otobiografi
atau yang sering kita sebut “Autobiografi”, (bahasa Latin: auto artinya
sendiri, bio artinya hidup, dan graphere artinya menulis) ialah tulisan yang
berisi tentang kehidupan diri sendiri yang ditulis oleh orangnya sendiri juga,
dan biasanya ditulis dalam buku harian atau buku diary.
Metode
ini mempunyai beberapa kelemahan dalam pengumpulan data, ialah kembali kepada
subyektifitas. Oleh karena si pengarang tidak selamanya memberikan gambaran
yang sebenarnya.
Sifat
subyektifitas sedikit banyak akan dijumpai dalam metode ini, maka mengatasi
guna mendapatkan gambaran yang lebih obyektif dapat ditempuh dengan menyelediki
biografi dari bermacam-macam penulis, sehingga dengan demikian dapat
mendapatkan bahan yang lebih lengkap[9].
c. Metode Eksperimen
Penelitian
terhadap anak-anak tidak mudah dilakukan. Alasan petama karena anak-naka sangat
sugestibel dan selalu menyenangkan hati sipenanya. Alasan kedua karena sukar
diketahui dengan jelas apa yang dimaksudkan oleh anak. Metode ini dapat
dilaksanakn di laboratorium atau lapangan. Dalam mempelajari suatu aktifitas
atau proses tingkah laku, eksperimen merupakan suatu metode yang ideal untuk
mendapatkan hubungan antarfakta. Bila kita membawa suatu masalah untuk mencari
jawabannya, melalui kondisi tertentu yang diciptakan, berarti kita telah
mengadakan eksperimen. Sering pula dikatakan mengetes hipotesis.
-
Eksperimen
Penggunaan
eksperimen (percobaan) terhadap anak-anak hanya terbatas pada penyelidikan yang
dapat diamati dengan alat indera karena gejala-gejal jiwa yang bersifat
rohaniah masih sangat samar-samar. Wilhem Wundt, seorang ilmuwan bangsa Jerman
(1874), mendirikan laboratorium psikologi yang pertama untuk melakukan
rangkaian percobaan tentang kejiwaan. Suasana di laboratorium itu agak berneda
dengan kehidupan di masyarakat. Walaupun Wundt bermaksud melakukan percobaan
dengan teliti, pada zaman iru tidak semuanya dapat diteliti karena keterbatasan
sarananya, sehingga hanya bagian-bagian yang dapat disaksikan dengan indera
saja yang dapat diketahui. Tentang jalan pikiran dan kemauan seseorang belum
dapat diselidiki karena tidak dapat disaksikan sendiri.
Bentuk-bentuk
perasaan seperti kecewa, putus asa, rindu, dan sebagainya, agak sukar
diciptakan dalam suasana eksperimen, yaitu suasan yang dibuat-buat. Walaupun
eksperimen banyak kelemahannya, eksperimen
tetap bermanfaat digunakan karena, selain kelemahan itu, ia memiliki
kelebihan lain, misalnya dapat diselidiki dengan teliti karena peristiwanya
dapat diulang-ulangi.
-
Menggunakan tes
Metode
testing adalah metode penyelidikan yang menggunakan soal-soal,
pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas lain yang telah di standarsasikan. Alfred
Binet dan Simon, dua orang ilmuwan Perancis, telah memperkenalkan skala
inteligensi untuk pertama kali pada tahun 1905. Skala Binet terdiri dari 54
pertanyaan, masing-masing 5 pertanyaan untuk tingkat usia tertentu; jenjang
pertanyaan yang paling mudah untuk usia 3 tahun, jenjang pertanyaan yang paling
sukar untuk usia 15 tahun. Pengukuran kecerdasan dengan menggunakan tes Binet
Simon diperkenalkan oleh L.M. Terman dalam bukunya, The Measurement of
intelligence, 1916. Kemudian Terman dan M.A. Merrill melakukan penyempurnaan
untuk kedua kalinya pada tahun 1973. Dari hasil penyempurnaan itu mereka
perkenalkan lima tingkat kecerdasan, yaitu sangat bodoh, bodoh, normal, pandai,
dan cerdas.
Anak-nak
sekolah lanjutan sudah dapat diteliti kecerdasannnya dengan menggunakan tes
walaupun sebelum diputuskan hasilnya harus hati-hati dipertimbangkan karena
hanya dapat menghasilkan pendapat yang global terhadap kelompok yang besar;
tidak diperoleh hasil kesimpulan yang teliti, dan hasil yang diperoleh kurang
menggambarkan kecerdasan yang sebenarnya[10].
BAB
III
PENUTUP
Metode
berasal dari kata method. Dalam bahasa Indonesia metode artinya cara yang
teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, atau cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.
Metode
observasi adalah metode yang dilakukan melalui pengamatan.
Para ahli melakukan metode ini dengan cara pengamatan serta mencatat
kejadian-kejadian untuk dianalisis, diteliti, dan dicari kesimpulannya. Yang
bagian-bagiannya yaitu Metode introspeksi adalah pengamatan yang
dilakukan dengan sengaja memperhatikan atau mempelajari proses kejiwaan pada
diri sendiri atau mempelajari jiwa sendiri. Dan Metode ekstrospeksi
ialah pengamatan yang dilakukan dengan maksud mempelajari kejiwaan orang lain.
Metode
pengumpulan data ialah metode yang dilakukan dengan
mengolah data-data yang didapat dari kumpulan daftra pertanyaan dan jawaban,
bahan-bahan riwayat hidup ataupun bahan-bahan lain yang berhubungan dengan apa
yang diselidiki, lalu dari data-data yang diperoleh tersebut diklasifikasikan
untuk kemudian ditarik kesimpulan. Cara untuk mendapatkan data tersebut Intervieu
ialah wawancara, Angket ialah wawancara tertulis, Biografi adalah
riwayat hidup seseorang yang diriwayatkan orang lain dan Otobigrafi ialah
riwayat hidup seseorang yang diriwayatkan dirinya sendiri.
Metode
ekperimen ialah metode percobaan. Dalam metode ini terbagi
dua yaitu Eksperimen yang artinya percobaan dan Tes atau Testing
ialah metode penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan,
atau tugas-tugas lain yang telah di standarsasikan
DAFTAR
PUSTAKA
Kamus
Besar Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
Drs.
H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), Ct.
ke-4
Drs.
Zulkifli, Perkembangan Psikologi, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya,
2006), Ct. ke-6
Drs.
H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta, PT Rineka Citra, 2003), Ct.
ke-3
[1] Kamus Besar Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 580-581
[2] Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi
Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), Ct. ke-4, h. 31
[3] “Ibid”, h. 32
[4] Drs. Zulkifli, Perkembangan
Psikologi, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2006), Ct. ke-6, h. 8
[5] “Ibid”, h. 9-10
[6] Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi
Umum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), Ct. ke-4, h. 35-36
[7] Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi
Umum, (Jakarta, PT Rineka Citra, 2003), Ct. ke-3, h. 16-19
[8] Drs. Zulkifli, Perkembangan
Psikologi, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2006), Ct. ke-6, h. 11-12
[9]Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta, PT
Rineka Citra, 2003), Ct. ke-3, h. 15
[10] “Ibid”, h. 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar