Minggu, 08 Juli 2012

Inteligensi


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Inteligensi atau kecerdasan, merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia. Inteligensi ini diperoleh manusia sejak lahir, dan sejak itulah potensi inteligensi ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan kwalitas perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang, maka fungsinya akan semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi kwalitas penyesuaian dirinya dengan lingkungannya.
Kemampuan inteligensi dalam fungsinya yang disebutkan yang disebutkan terakhir bukanlah kemampuan genetis yang dibawa sejak lahir, melainkan merupakan kemampuan hasil pembentukan atau perkembangan yang dicapai oleh individu. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan apa yang dimaksud dengan inteligensi itu, apakah kemapuan anak ada kaitannya dengan inteligensi, bagaimana inteligensi tingkat tingkat tinggi dan tingkat rendah, serta factor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan atau perkembangan inteligensi dan masih banyak hal yang berhubungan dengan inteligensi yang akna dibahas dalam paper ini.
B.     Rumuasan masalah
Adapun hal-hal yang saya ulas dalam paper ini adalah
1.      Pengertian Inteligensi.
2.      Hubungan inteligensi dengan kemampuan anak.
3.      Inteligensi tingkat tinggi dan inteligensi tingkat rendah.
4.      Factor-faktor pembentukan atau perkembangan inteligensi.
5.      Inteligensi teori dan inteligensi praktis.
6.      Pengkuran dan jenis-jenis test inteligensi.
7.      Ciri-ciri tingkah laku yang inteligensi.
8.      Teori-teori tentang inteligensi.


C.    Metode penulisan
Metode yang digunakan yaitu :
1.      Metode library research, yaitu hanya dengan membaca buku-buku dan mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan masalah yang saya bahas..
2.      Metode emperis, yaitu hanya berkisar pada pengetahuan yang telah didapat ataupun berdasarkan pengalaman.
D.    Tujuan penulisan
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan.
2.      Untuk lebih memahami dan mengerti lebih dalam lagi hal-hal yang berkaitan dengan inteligensi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Inteligensi.
Banyak definisi yang dinyatakan oleh para ahli psikolog tentang pengertian inteligensi, yaitu :
1.      JP. Chaplin
Menyatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memahami dan beradaptasi terhadap satuan yang baru dengan cepat dan efektif (The ability to meet and adpt to novel situations quickly and effectively). Kemampuan untuk memahami konsep abstrak dengan efektif (The ability to uhlize abstrak concept effectively). Kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya (The ability to grasp relations hips and to learn)[1].
2.      Menurut W. Stem
Inteligensi adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam situasi baru.
3.      Menurut Vaan Hoes
Inteligensi merupakan kecerdasan jiwa super dan “Cites” mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan inteligensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dengan lingkungan atau belajar dari lingkungan. Maksudnya manusia itu hidup dan berinteraksi di dalam lingkungannya yang kompleks. Untuk itu manusia memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya demi kelesatarian hidupnya. Hidupnya bukan hanya untuk pertumbuhan-pertumbuhan, tetapi juga guna perkembangan pribadinya. Karena itu manusia itu harus belajar dari pengalaman[2].
4.      Menurut Garrett
Inteligensi itu setidaknya harus mencakup kemampuan-kemampuan yang dipeerlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memrlukan pengertian dan menggunakan symbol-simbol. Maksudnya adalah manusia itu hidup dengan senantiasa menghadapi permasalahan setiap permasalahan harus dipecahkan agar manusia memperoleh keseimbangan dalam hidupnya. Untuk itu diperlukan kemampuan-kemampuan pemecahannya dengan menggunakan pengerian dan symbol-simbol.
5.      Menurut Bischof
Inteligensi yaitu kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah. Dan inteligensi menurut Hiedentich adalah inteligensi itu menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa-apa yang telah dipelajari dan usaha penyesuaian terhadap situasi –situasi yang kurang dikenalnya atau dalam pemecahan masalah-masalah. Manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru serta permasalah. Hal ini memerlukan kemampuan individu yang belajar itu untuk menyesuaiakan diri serta memecahkan setiap permasalahn yang dihadapinya[3].
Inteligensi menunjukkan kepada bagaimana cara bertingkah laku, cara seseorang bertindak, yaitu cepat atau lambatnya seseorang di dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Inteligensi juga bukan suatu benda atau kekuatan yang dimiliki sedikit atau banyak. Inteligensi berkenaan dengan fungsi-mental yang kompleks yang dimanifestasikan dalam tingkah laku. Inteligensi meliputi aspek-aspek kemampuan yaitu: Bagaimana seseorang memperhatikan, mengamati, mengingat, memikirkan, menghafal serta bentuk-bentuk kegiatan mental lainnya.
Berikut ini definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli psikolog tentang inteligensi, yaitu ;
1.      Woodworth dan Marquis
“Intelligent behavior consist in seeing a problem clearly and completely in making use of past experience to solve the problem and is not accepting a solutions without checking book to make sure that the problem is really solved”.
2.      Leona E. Tyler
“Intelligence is understanding or reasoning, taking effective actions in new situation and acquiring and utilizing appropriate informations”. Selanjutnya ia juga mengatakan “Adaptybility to new circuntances some abstractness and complexity, some facility in the use of symbols”.


3.      Alfred Binet
Ia dikenal sebagai pelopor dalam menyusun test inteligensi mengemukakan pendapatnya mengenai inteligensi sebagai berikut :
Inteligensi itu mempunyai tiga aspek kemampuan yaitu :
a). “Direction”, kemampuan untuk memusatkan kepada suatu masalah yang harus dipecahkan.
b). “Adaptation”, kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinya atau fleksibel di dalam menghadapi masalah.
c). “Criticism”, kemampuan untuk mengadakan keritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri.
4.      George D. Stodard
Mengartikan Inteligensi adalah kecakapan dalam menyatakan tingkah laku yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a). Mempunyai tingkat kesukaran
b). Kompleks
c). Abstrak
d). Ekonomis
e). Memilki nilai-nilai social
f). Memiliki daya adaptasi dengan tujuan
g). Menunjukkan kemurnian (original)
5.      Edward Thorndike
Sebagai seorang tokoh psikologi koneksionisme mengemukakan bahwa :
“Intelligence is demonstrable in ability of the individual to make responses from the stand point of truth or fact”, inteligensi adalah kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat (baik) terhadap stimulus yang diterimanya”[4].
“Inteligensi” atau “keceraadasan” merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau kata keterangan. Seseorang menunjukkan ninteligensinya ketika ia bertindak atau berbuat dalam suatu situasi secara intelligent atau cerdas atau bodoh; inteligensi seseorang dapat dilihat dalam caranya orang tersebut berbuat atau bertindak.
Selanjutnya Woodworth mengemuakan bahwa inteligensi itu erat hubungannya dengan “intelek” atau “pengetahuan”, tetapi bukan berarti inteligensi ini merupakan kwantitas pengetahuan atau intelek yang dimiliki seseorang, melainkan inteligensi berkenaan dengan kwalitas intelek atau “intelek yang praktis” yang berfaedah dapat digunakan kapan saja diperlukan. Karena itu inteligensi dapat dikatakan intelek yang siap digunakan. Inteligensi merupakan kemampuan intelektual yang berdaya guna untuk bertindak atau berbuat dalam suatu situasi dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas, misalnya dalam menulis surat, mencatat, mengarang, menerima dan menyerap pelajaran, mempelajari suatu buku, menghadapi ujian, memcahkan masalah, dan sebagainya dimana daladm berbuat atau bertindak atau memecahkannya tampak “inteligen” atau “bodoh”. Jadi orang yang inteligen adalah orang yang mampu berbuat atau bertindak dengan bijaksana (cepat, tepat dan berhasil).
Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan inteligensi itu sebaiknya kita ambil  beberapa definisi sebagai berikut :
1. Menurut David C. Edward:
“Intelligence is a general capacity of behave in an adaptable and acceptable manner”.
2. Menurut Robert E. Silverman:
“Intelligence-terms used to describe a person’s general abilities in a number of different areas, including both verbal and motor skills”.
3. Menurut Dennis Coon:
“Intelligence is a global capacity of individual toact purpose-fully, to think rationally and to deal eeffectively with the environment”.
4. Menurut Super and Cites:
“Intelligence has frequently been defined as the ability to adjust to the environment or to learn from experience”.
Dari apa yang diekmukakan oleh para ahli tersebut dia atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Inteligensi adalah kemampuan umum mental individu yang tampak dalam caranya bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan suatu tugas.
2.      Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental individu yang ditunjukkan melalui kwalitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak atau berbuat atau memecahkan masalah yang dihadapi.
3.      Makin tinggi taraf kemampaun inteligensi seseorang akan makin cepat, makin tepat dan makin berhasil penuh dalam bertindak atau berbuat atau memecahkan masalah; sebaliknya mekin rendah kemampuan inteligensi seseorang akan makin tidak dapat beruat apa-apa, apalagi untuk memecahkan masalah, mengurus kebutuhan diri yang rutin sehari-hari pun tak mampu.
4.      Inteligensi bagi manusia berfungsi untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap lingkungan yang dihadapi. Karena itu kemampuan inteligensi mencakup berbagai lapangan, baik kemampuan verbal (berfikir, pidato, pengetahuan, kesenian dan sebagainya) maupun kecakapan yang berkaitan dengan gerak (melukis, menari, memahat, tinju, mengendarai kendaraan dan sebagainya). Pada tingkat inteligensi tinggi hanya menonjol pada suatu bidang kemampuan atau keterampilan tertentu.
B.     Hubungan inteligensi dengan kemampuan anak.
Sebagaimana telah diuraika diatas bahwa inteligensi adalah kemampuan umum mental individu yang tampak dalam caranya bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan tugas.
Atau dengan kata lain inteligensi itu merupakan kemampuan untuk mental manusia untuk berbuat atau bertindak atau untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas yang taraf kwalitas kemampuannya itu diukur dengan kecepatan, ketepatan dan keberhasilan dalam pelaksanaannya.
Inteligensi sebagai suatu kemampuan bukan hanya dapat diwujudkan setelah manusia menjadi dewasa atau setelah potensi inteligensi berkembang saja, tetapi kemampuan inteligensi tersebut juga dapat difungsikan pada taraf kehiduapn atau perkembangan yang lebih dini yaitu pada masa kanak-kanak, semenjak bayi mengalami proses perkembangan.
Dengan demikian inteligensi sebagai kemampuan mentalitas individu dapat berupa sebagai kemampuan potensi atau bawaan yang akan mempengaruhi tempo pertumbuhan atau perkembangan anak, dan sebagai kemampuan real/acquired sebagai hasil perkembangan akan merupakan kemampuan nyata untuk berbuat atau bertindak atau memecahkan masalah atau dalam melaksanakan tugas yang dihadapi. Baik kemampuan inteligensi yang potensial maupun yang real semuanya akan berfungsi sebagai kemampaun individu yang actual untuk menyesuaikan diri dengan segala situasi atau masalah yang dihadapi oleh individu.
Dalam proses perkembangan dan kehidupan anak sehari-hari tampak adanya perbedaan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas-aktifitas dan dalam menyelesaikan masalah-masalah. Pada umumnya anak-anak yang memilki inteligensi yang tinggi akan mampu dengan cepat dan berhasil dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas; tetapi sebaliknya anak-anak yang kurang atau rendah inteligensinya pada umunya kurang mampu sehingga lambat atau sulit dan kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas. Inteligensi sangat erat kaitannyan dengan kemampuan mental anak (bukan kemampuan psikomotorik). Tingkat inteligensi si anak akan mempengaruhi tingkat kemampuan anak dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas. Tingkat inteligensi anak juga akan mempengaruhi temp[o dan taraf kwalitas penyelesaian masalah atau tugas.
Oleh karena itu di sekolah inteligensi anak juga akan mempengaruhi tempo belajar dan kwalitas prestasi hasil belajar mereka. Cepat lambatnya tempo belajar siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran dipengaruhi tingkat inteligensinya, demikian pula tinggi rendahnya prestasi hasil belajar yang dicapai siswa juga sangat tergantung kepada taraf inteligensinya. Tetapi meskipun demikian bukan berati kwawlitas hasil belajar sepenuhnya ditentukan oleh factor intligensi; dalam kaitan ini kedudukan inteligensi memang mepunyai posisi yang strategis sebagai motor mental yang akan menggerakkan proses atau aktifitas potensi-potensi mental dalam berpikir atau memecahkan masalahnya, tetapi dalam proses mental tersebut juga masih perlu ditunjamg oleh factor-faktor lainnya[5].
C.     Inteligensi tingkat tinggi dan inteligensi tingkat rendah.
Salah satu segi perbedaan individual pada manusia adalah segi perbedaan individu dalam inteligensi. Adanya perbedaan taraf inteligensi (IQ) pada manusia itu dapat ditentukan melalui hasil test inteligensi. Secara curva normal digambarkan kondisi umum IQ manusia itu bertingkat-tingkat yang dibedakan daya tingkat inteligensi inteligensi tinggi sampai tingkat inteligensi yang rendah yang secara lengkapnya perbedaan tingkat inteligensi tersebut menurut pembagian atau penggolongan Wood atau Worth dan Marqu adalah sebagai berikut:
Interval class
Classification
IQ



140 – ke atas
Luar biasa, genius
120 – 139 sangat cerdas,
Very superior
110 – 119 cerdas,
Superior
90 – 109 normal,
Average
80 – 89 bodoh,
Dull average
70 – 79 batas potensi,
Border line
50 – 69 debil,
Moron
30 – 49 ammbisil
Embicile
Di bawah 30 idiot

Adanya perbedaan IQ atau tingkatan inteligensi pada manusia itu berarti menunjukkan adanya perbedaan  kemampuan diantara manusia. Tetapi perbedaan kemampuan atau inteligensi ini jangan dijadikan frustasi, oleh karena itu harus diterima dan disadari agar dapat diadaptasi dan disyukuri sehingga dapat mempunyai arti bagi kehidupannya nanti.
Selanjutnya bagaimana sifat kemampuan atau karakteristik tingkat inteligensi tinggi dan tingkat inteligensi rendah dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Tingkat Rendah atau Mentally Retarded
Inteligensi tingkat rendah terdapat pada orang-orang yang memilki inteligensi dibawah normal atau orang yang termasuk lemah pikiran yaitu orang yang daya pikirnya lemah, terlalu bodoh, tidak sanggup untuk mengurus hidupnya sendiri ; ada tiga tingkatan:
a.       Idot
Yaitu orang yang kekurangan atau kelemahan mental atau pikirannya paling banyak (IQ = 30 ke bawah.


b.      Embicile
Yaitu orang yang kelemahan mental atau pikirannya tidak seberapa (cukupan). (IQ = 50 ke bawah).
c.       Debil
Yaitu orang yang sedikit kekurangan atau kelemahan mentalnya. Debil atau moron ini jumalah atau populasinya lebih banyak daripada yang embicile dan idiot. (IQ = 70).
Di atas golongan debil ini terdapat orang-orang yang inteligensinya tidak tergolong lemah pikirannya tetapi hany kurang normal atau disebut kurang kurang pembawaan. (IQ = 90 ke bawah).
Karakteristik inteligensi rendah atau lemah pikiran diatas adalah sebagai berikut:
a.       Idot
-          Mereka tdak mampu menghindari diri dari bahaya sehari-hari; pikirannya tidak mampu memahami atau mengingat bahaya dan sebagainya.
-          Mereka tidak dapat mandi dan berpakaian sendiri, mereka tidak dapat makan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya sendiri.
-          Mereka tidak berbicara, dapat berbicara hanya beberapa saja (perkataan yang bersuku satu seperti “mam”).
b.      Embicile
-          Dapat menghindari bahaya sehar-hari; dapat bericara sedikit.
-          Tidak dapat belajar membaca; tidak dapat belajar bermacam-macam pekerjaan-pekerjaan yang berfaedah.
-          Yang paling rendah tidak dapat mengerjakan pekerjaan apapun.
-          Yan paling tinggi dapat belajar mengerjakan kerajinan tangan di bawah pengawasan.
Dan yang tertinggi dapat mandi dan berpakaian sendiri, tetapi mereka tidak dapat melakukan tugas-tugas kecil sederhana sekalipun apabila tidak diawasi.
c.       Debil atau Moron
-          Dapat makan dan berpakaian sendiri seperti orang normal.
-          Dapat membersihkan tempat tidurnya; dapat disuruh melakukan pekerjaan sederhana (dapat melakukan pekerjaan rutin sehari-hari tanpa pengawasan terus menerus).
-          Debil tingkat tinggi dapat mengasuh bayi, memelihara ternak atau gembala; bekerja sebagai tukang kayu, bekerja dengan mesin, dengan latihan yang baik.
-          Melalui pendidikan khusus yang baik, mereka dapat bekerja di masyarakat tetapi memang perlu pengawasan dari seseorang yang mengerti jiwa mereka, tanpa bantuan pengawasan orang tersebut, mereka akan begitu saja memboroskan uangnya, menghabiskan waktunya, kalau gadis mudah jadi pealcur.
-          Pada umunya debiltidak sanggup menghadapi situasi atau keadaan atau persoalan yang baru atau masalah yang ruwet dengan baik seperti orang normal.
-          Perlu mendapatkan pendidikan khusus.
2.      Tingkat Tinggi atau Sangat Cerdas atau Genius
Yang termasuk inteligensi tingkat tinggi ini ialah orang-orang yang sangat cerdas atau berbakat istimewa atau genius. Mereka memiliki IQ 140 ke atas. Mereka ini dikarunia kesanggupan-kesanggupan yang dapat  mencapai prestasi yang mengagumkan atau gemilang sehingga mereka termashur karena keistimewaannya dilapangan tertentu seperti music, sastra, ilmu pengetahuan atau science, teknologi. Sport, atau dibidang pemerintahan dan sebagainya.
Berdasarkan riwayat hidup orang-orang besar yang genius tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a.       Pada masa kanak-kanak mereka sangat cerdas ayau kepandaiannya luar biasa.
b.      Disamping kecerdasannya yang luar biasa, juga sifat-sifat pribadi merek sangat menonjol, sangat menunjang prestasi yang akan dicapainya. Sifat-sifat tersebut  misalnya: ketekunan, keuletan dalam berusaha untuk mencapai sesuatu, mempunyai kepercayaan atau keyakinan diri yang besar, kokoh wataknya, ambisi ingin lebih dari orang lain dan cintanya yang sangat besar pada pekerjaan yang dipilihya.

D.    Factor-faktor pembentukan atau perkembangan inteligensi.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi pembentukan atau perkembangan inteligensi seseorang, yaitu:
1.      Pembawaan
Ialah kesanggupan atau potensi yang dibawa sejak lahir yang merupakan bahan dasar untuk perkembangan. Setiap anak lahir dengan membawa potensi inteligensinya masing-masing, dan perkembangan inteligensi si anak akan dipengaruhi oleh kondisi inteligensi bawaannya masing-masing.
2.      Kematangan
Ialah kesiapan suatu fungsi atau potensi untuk dikembangkan. Perkembangan inteligensi akan berlangsung dengan baik apabila fungsi atau potensi inteligensi secara fisik atau psikologis sudah ada kematangan. Tanpa adanya factor kematangan tersebut perkembangan inteligensi tidak akan terjadi.
3.      Pembentukan
Ialah segala factor luara yang akan mempengaruhi perkembangan inteligensi. Factor luar yang bersifat lebih efisien dan efektif pengaruhnya dalam pembentukan atau perkembangan inteligensi ialah factor pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Faktor luar lainnya yang dapat mempengaruhi secara tidak sengaja dan kurang efisien ialah pengaruh lingkungan atau alam sekitar.
4.      Minat
Ialah sikap senag kepada suatu hal. Minat ini akan berfungsi sebagai pendorong orang untuk berbuat atau berusaha dalam mencapai sesuatu tujuan. Minat ini sebagai factor psikologis akan mempengaruhi proses pembenrukan atau perkembangan. Dalam proses perkembangan atau pembentukan inteligensi seseorang juga akan dipengaruhi oleh minatnya kepada bidang apa minatnya itu ditujukan maka kepada bidang itulah inteligensinya akan dikembanghkan. Karena itu meskipun seseorang itu lahir genius, tetapi ia tidak akan menjadi genius dalam segala bidang, karena kegeniusannya dikembangkan hanya pada bidang tertentu yang diminatinya.
5.      Kebebasan
Ialah kondisi psikologis yang akan mempengaaruhi sikap, performance atau aktifitas seseorang dalam berbuat atau mencapai tujuan dalam mewujudkan  dirinya. Orang yang mempunyai kebebasan tidak merasa ada beban atau tekanan untuk beruat atau mencapai sesuatu, ia dapat dengan bebas memilih atau menentukan kebutuhan, cara atautujuan yang sesuai dengan apa yang diminatinya. Oleh karena itu factor kebebasan inilah kemungkinannya yang dapat mengantarkan orang kepada keberhasilan dalam mengembangkan atau mewujudkan dirinya dalam segala bidang termasuk dalam perkembangan atau pembentukan inteligensinya.
Semua factor yang disebutkan diatas bertalian erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi proses perkembangan atau pembentukan inteligensi seseorang. Dengan demikian pembentukan inteligensi seseorang itu bersifat totalitas yang proses perwujudannya tidak dapat terlepas dari unsur-unsur pembawaan, kematangan, minat, pembentukan dan kebebasan.
Pendapat-pendapat mengenai pengembangan inteligens, yaitu:
Menurut Binet, W. Stern, Bobertag bahwa inteligensi itu tidak dapat dikembangkan (tetap).
Menurut Prof. Kohnstam, bahwa inteligensi itu dapat dikembangkan. Adapun pengembangan ini hanya segi kualitasnya yang dipenuhi dengan :
a.       Pengembangan itu hanya sampai pada batas kemampuan saja.
b.      Terbatas pada segi peningkatan mutu inteligensi.
c.       Cara-cara berfikir secara metodis.
Intuisi adalah bentuk berfikir yang prosesnya setengah tidak disadari, hasilnya timbul secara spontan yang mengandung kebenaran, dan prosesnya tidak melalui proses berpikir (tingkat-tingkat berfikir).
E.     Inteligensi teori dan inteligensi praktis.
Sebagaimana telah diuraikan dia atas bahwa potensi inteligensi dapat dikembangkan menjadi kemampuan inteligensi nyata di berbagai lapangan sesuai dengan minatnya masing-masing. Karena pembentukan inteligensi itu dipengaruhi oleh factor minat.
Inteligensi yang telah berkembang itu dapat mancakup: lapangan kemampuan verbal (berfikir, pidato, pengetahuan dan sebagainya) dan lapangan yang berkaitan dengan gerak (melukis, menari, bertinju, mengendarai kendaraan dan sebaginya).
Mengapa arah atau hasil pengembangan inteligensi tersebut dapat mencakup kemampuan verbal dan kemampuan yang berkaitan dengan gerak. Hal ini kemungkinannya disebabkannya karena menurut Selz yang dikutip oleh DR. Kartini Kartono, bahwa prestasi inteligensi itu dapat dididik atau dikembangkan menjadi inteligensi teoritis dan inteligensi praktis.
Inteligensi teoritis ialah kemampuan untuk menggunakan skemata-skemata berfikir dan abstraksi-abstraksi, juga kemampuan berfikir logis dibidang ilmu pengetahuan dalam penyesuaian diri dengan situasi baru. Sedangkan inteligensi prkatis adalah inteligensi atau kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan atau karya, kegiatan praktis dan bidang keterampilan teknis.
Dengan demikian pengembangan inteligensi dalam lapangan verbal didasarkan pada perkembangan inteligensi teoritis, sedangkan kemampuan inteligensi dalam lapangan gerak dikembangkan berdasarkan perkembangan inteligensi praktis[6].
F.      Pengkuran dan jenis-jenis test inteligensi.
Demikianlah definisi-definisi inteligensi yang dikemukakan oleh beberapa psikolog. Bahwa masing-masing individu itu berbeda dalam inteligensinya. Oleh karena itu ada perbedaan inteligensi dari masing-masing individu, maka kemampuannya di dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya juga tidak sama. Mengenai adanya perbedaan ini ada dua pendapat, pertama perbedaan inteligensi antara individu yang satu dengan yang lainnya itu bersifat kwalitatif, sedang pendapat yang kedua perbedaan itu bersifat kwalitatif jadi semata-mata karena perbedaan materi yang diterimanya atau perbedaan dalam proses belajarnya. Kedua pendapat tersebut sama-sama mengakui bahwa individu satu dengan yang lainnya itu berbeda-beda inteligensinya.
Persoalan yang timbul sekarang, bagaimana kita dapat mengetahui inteligensi itu? Mengenai hal ini para ahli mengadakan pengukuran inteligensi yaitu dengan test inteligensi. Adapun faedah atau kegunaan daripada hasil pengukuran atau test inteligensi itu selain dibutuhkan dalam pergaulan sehari-hari juga diperlukan untuk berbagai jenis kebutuhan, misalnya:


a.       Bagi staf sekolah.
Staf sekolah terutama guru memerlukan hasil-hasil pengukuran inteligensi murid-muridnya terutama untuk  bahan pembimbing dalam pelajaran.
b.      Untuk Canselor (penyuluh);
Para penyuluh memerlukan hasil pengukuran inteligensi, sebab banyak hambatan yang diderita anak , yang salah satu sebabnya terletak dalam inteligensi.
c.       Untuk keperluan seleksi dan penempatan.
Dalam dunia pendidikan, untuk menyeleksi calon murid atau mahasiswa yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan. Dalam bidang pekerjaan atau jabatan hasil pengukuran inteligensi berguna untuk memilih untuk memilih pegawai yang memiliki kecakapan dan sesuai dengan kebutuhan dari instansi yang membutuhkannya. (the right man in the right job).
d.      Psikiater.
Juga memerlukan  pengukuran inteligensi ini untuk mengadakan penilitian dari kelainan-kelainan psikis individu (pasiennya)[7].
1.      Jenis-jenis Inteligensi.
Dalam test inteligensi dimaksudkan untuk mengetahui inteligensi individu yang ditest (testee). Orang yang dapat dipandang sebagai Bapak (pelopor) test inteligensi ini ialah:
Alfreb Binet, seorang ahli psikologi Perancis. Test asli disusun oleh Binet pada tahu 1905. Yaitu pada waktu ia menerima tugas dari Menteri Pendidikan Perancis untuk meneliti sebab-sebab dan latar belakang kegagalan murid-murid sekolah (drop out). Test inteligensi dari Binet ini telah mengalami beberapa kali revisi dan penyempurnaan oleh para ahli psikologi yang hidup sesudah Binet.
Revisi pertama dilakukan  oleh Goddard pada tahu 1911 dan pada tahun 1916 direvisi oelh Terman yang terkenal dengan sebutan Standford Binet Revison. Kemudian direvisi lagi oleh Terman dan Maril pada tahun 1937 dan terakhir pada tahun 1960.
Test inteligensi dari Binet diperuntunkan bagi usia mulai 2 (dua) sampai 15 (lima belas) tahun, untu tiap tahun disediakan sub test. Tiap diberi nilai 2 (dua) bula (6 sub test satu tahun). Megetahui “mental age” seseorang yaitu pada usia tets mana individu dapat menyelesaikan ke 6 sub test dengan baik. Kemudian baru ditambah dengan usia psikis yang dapat dikerjakan dengan baik pada sub test untuk usia  selanjutnya sampai ia tidak dapat mengerjakan sub-sub test yang lainnya sama sekali.
Contoh: Seorang anak yang berumur 8 (delapan) tahun (umur kalender = chronological age = CA) diberi 6 sub test untuk umur 8 tahun, selesai denga baik hanya dengan 2 sub test. Jadi akan mendapat score = 2 x 2 bulan = 4 bulan. Kemudian diberi sub test untuk usia 7 tahun umpamanya selesai semuanya, 7 tahun ini merupakan umur psikis basal. Kemudian diberi lagi 6 sub test untuk usia 9 tahun ternayat selesai 1 (score = 2 bulan). Jadi umur psikis (mental age) atau MA snsk itu adalah 7 tahun + 4 bulan + 2 bulan = 90 bulan. Untuk menetukan satuan inteligensi seseorang (I.Q.) Binet mengadakan perbandingan antara umur psikis dengan umur kronologis yaitu : I. Q = x 100 dan untuk contoh tersebut di atas, I. Q. =  x 100 = 94. Jadi I.Q. anak itu adalah 94. Penggunaan angka 100 hanyalah untuk memperoleh angka yang bulat saja[8].
Test inteligensi itu ada beberapa macam :
a). Test Weschler
Test ini disusun oelh David Weschler pada tahun 1939 yang meliputi test verbal (verbal) dan test perbuatan (Perfoermance Scale). Test ini ada yang diperuntunkan bagi anak, (WISC = Weschler Intelligence Scale  for Children) dan ada pula yang digunakan bagi orang dewasa (WAIS = Weschler Adult Intelligence Scale). Test Weschler ini berbeda dengan test Binet. Test Binet diadakan perbandingan antara MA dan CA sedangkan Weschler test IQ itu hanya semata-mata hasil dari mental age saja. Binet berkeyakinan bahwa inteligensi mencapai perkembangan tertinggi pada umur 15 tahun, hingga IQ yang berumur 15 tahun lebih tetap dobandingkan dengan umur di bawah 15 tahun.
b). Test inteligensi kelompok
Di samping ada test individual seperti halnya test Binet dan Weschler ada lagi test yang lain yaitu test kelompok. Test kelompok ini antara lain adalah test Army Alpha dan Army Beta. Kedua test ini dipergunakan tertutama pada masa Perang Dunia I, yaitu untuk memilih para calon yang dikenakan wajib militer untuk perang dunia tersebut. Army Alpha,  diperuntkkan bagi mereka yang pandai baca tulis bahasa Inggris. Setelah Perang Dunia I selesai, kedua test ini mendapatkan revisi dan banyak digunakan dalam bidang perusahaan dan industry untuk memilih calon pegawai. Test kelompok inteligensi yang lainnya antara lain Otis self administering test of mental ability. Army General Clsddification test, Thurstones primery mental Abilities dan lain-lain.
2.      Penyebaran Inteligensi.
Pada umumnya penyebaran IQ itu berkisar antara di atas 0 smmpai dengan di bawah 200, sekalipun secara teoritis tersebar antara 0 s/d 200 tapi prosentase tertinggi terletak di tengah-tengah sedang di atas tengah-tengah  dan di bawah tengah-tengah prosentasenya hamper sama. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dalam hal ini dapat kita lihat pada table di bawah:
Gambar berikut ini adalah standard Stanford – Binet. Distribusi IQ dari 2904 anak-anak dan pemuda uaia antara 2 – 18 tahun.

kosong
I.Q.
Diartikan
Persentase setiap kelompok I.Q.
140 – ke atas
Sangat superior
1 %
120 – 139
Superior
11 %
110 – 119
High Average (di atas normal)
18 %
90 – 109
Average (normal)
46 %
80 – 89
Low average (di bawah normal)
15 %
70 – 79
Borderline (batas bawah normal)
6 %
70 – ke bawah
Mentally retarder or deffedtive (lemah mental)
3 %

Jumlah
100 %

TABEL PENYEBARAN INTELIGENSI
(IQ = Intelligence Quoetient)
I.Q.
Klasifikasi
Prosentase
140 – ke atas
Genius
0,25
130 – 139
Sangat cerdas
0,75
120 – 139
Cerdas
6,00
110 – 119
Di atas normal
13,00
90 – 109
Normal/rata-rata
60,00
80 – 89
Di bawah normal
13,00
70 – 79
Bodoh/dull
6,00
50 – 69
Terbelakang/moron
0,75
49 ke bawah
Terbelakang/embicil/idiot
0,25
Beberapa cirri dari tiap-tiap tingkat inteligensi :
Individu yang terbelakang (feeble meinded = mentally deficient = mentally defective). Tingkat ini kurang lebih dari 1 prosendari penduduk pada umumnya dan masih dapat dogolongkan ke dalam tingkat-tingkat: Idiot, Embisil, Moron, atau debil, debil ini adalah tingkat yang tertinggi di antara orang terbelakang.
Ciri-ciri umum dari orang yang terbelakng ini adalah:
1.      Tidak dapat mengurus dan memenuhi kbuthannya sendiri
2.      Kelambatan mental sejak lahir
3.      Kelambatan dalam kematangan
4.      Pada dasarnya tidak dapat diobati
a). Idiot (IQ. 0 – 29)
Tingkat ini merupakan kelompok individu terbelakng yang peling rendah. Ia tak dapat berbicara, hanya mampu mengucapkan beberapa kata saja tak mampu mengurus diri sendiri, maka, minum, berpakaian harus ditolong orang lain. Sehingga ia tidak dapat diberi tugas rutin sekalipun sangat sederhana. Beberapa idiot dapat belajar berjalan, tapi pada umumnya mereka tidak mampu dan harus tetap tinggal berbaring selama hidupnya. Fisiknya lemah tidak tahan terhadap penyakit dan tidak tahu terhadap bahaya. Idiot tidak bisa dididik oleh karena itu juga idiot kebanyakan umurnya pendek.

b). Embicile (IQ. 30 – 40)
Embicile dapat belajar berbahasa dapat mengurus dirinya sendiri dapat diberi tugas-tugas yang sederhana atau ringan mislanya mencuci pakaiannya sendiri, mengepel lantai dan sebagainya, tetapi dengan pengawasan yang teliti serta memerlukan kesabaran, IQ nya lebih tinggi setingkat bila dibanding dengan idiot yaiyu berkisar antara 30 – 40. Kecerdasannya kira-kira sama dengan anak yang normal yang berumur 3 – 7 tahun, tapi tidak dapat dididik di sekolah bagi anak-anak normal.
c). Moron atau Debil (mentally handicapped, mentally retarded. IQ 50 – 69)
Moron atau debil sampai pada tingkat tertentu dapat belajar membaca menulis dan berhitung dalam perhitungan-perhitungan yang sederhana. Dengan latihan-latihan yang baik dan belajar yang tekun ia dapat memperoleh keterampilan-keterampilan ringan dan jabatan yang sederhana. Banyak diantara anak-anak debil terdapat di sekolah normal atau sekolah luar biasa. Terutama di masyarakat kurang maju, mereka bersatu di sekolah biasa dengan anak-anak yang normal.
d). Idiot Savant
Ini merupakan kelompk tersendiri dari individu-individu terbelakang. Kecakapan pada umumnya hampir sama dengan kelompok embicile, tetapi mempunyai sesuatu kecakapan tertentu yang melebihi kecerdasannya misalnya dalam bidang music, seklipun ia tidak bisa membaca atau mempealjari teori-teori dari not music.
e). Bodoh (Dull/borderline. IQ. 70 – 79)
Individu yang termasuk kelompok bodoh ini kecerdasannya di bawah kelompok normal dan di atas kelompok terbelakang. Kelompok ini dapat memelihara dirinya sendiri an dengan susah payah mereka dapat mengerjakan sejumlah kecil pekerjaan atau pelajaran sekolah, lanjutan pertama, tetapi jarang  atau sukar untuk menyelesaikan kelas terakhir di SLTP.
f). Normal rendah (below average, IQ. 80 – 89)
Kelompok ini agak lambat dalam hal belajar. Sekalipun demikian mereka dapat menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SLTP tetapi agak sulit untuk menyelesaikan pendidikan SLTA.


g). Normal sedang (IQ. 90 – 110)
Kelompok ini merupakan kelompok yang terbesar prosentasenya di antara penduduk. Mereka mempunyai IQ yang sedang atau normal atau rata-rata.
h). Normal Tinggi (IQ. 110 – 119)
Kelompok ini termasuk kelompok noranl yang berbeda pada tingkat tertinggi.
i). Cerdas (Superior, IQ. 120 – 129)
Kelompok ini pada umumnya mampu menyelesaikan pendidikan akademi. Dan apabila bersatu dengan kelompok normal, orang cerdas ini biasanya merupakan “rapid learner” atau “giverted” yaitu pemimpin dalam kelasnya.
j). Sangat cerdas (Very superior, IQ. 130 – 139)
Ciri-ciri daripada kelompok cerdas ini antara lain : lebih cakap dalam membaca, berhitung, perbendaharaan bahasanya luas, cepat memahami pengertian yang abstrak dan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibanding dengan orang-orang yang termasuk kelompok cerdas, demikian pula kesehatan dan ketahanannya lebih baik daripada orang-orang normal.
k). Genius (Maha cerdas, IQ. 140 ke atas)
Kelompok ini mempunyai kecerdasan yang luar biasa walaupun tidak sekolah mampu menemukan dan memecahkan sesuatu masalah. Jumlahnya sangat sedikit, tetapi terdapat pada semua ras dan bangsa, semua jenis kelamin serta dalam semua tingkatan ekonomi. Contoh orang-orang genius antara lain : Einsten, Stuart Mill, Edison dan lain-lain.
G.    Ciri-ciri tingkah laku yang inteligensi.
Beberapa ciri tingkah laku yang inteligen ialah
1.      Purposeful behavior.
Artinya, bahwa tingkah laku yang inteligen, selalu tearah pada tujuan atau mempunyai tujuan yang jelas.
2.      Organized behavior.
Merupakan tingkah laku yang terkoordinir, semua tenaga dan alat-alat yang diperlukan dalam suatu pemecahan masalah berada dalam suatu koordinasi. Tidak acak-acakan.

3.      Physical well toned behavior.
Artinya memilki sikap jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan tangkas atau lincah.
4.      Adaptable behavior.
Artinya tingkah laku yang luas fleksibel tidak statis dan kaku tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuain atau perubahan terhadap situasi yang baru.
5.      Success oriented behavior.
Merupakan tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, gairah dan penuh kepercayaan akan sukses atau optimis.
6.      Clearly motivated behavior.
Adalah tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7.      Rapid behavior.
Ialah tingkah laku yang efisien dan efektif dan cepat atau menggunakan waktu yang singkat.
8.      Broad behavior.
Tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan yang luas meliputi siakp dasar serta jiwa yang terbuka.
Macam-macam tes inteligensi, yaitu:
1.      Tes Binet Simon yang diperbaiki oleh Rubertag ini untuk menyelidiki inteligensi anak diantara umur 3 s/d 15 tahun, sehingga dari hasil itu dapat mengetahui IQ seorang anak (Inteligensi Quotient) anak.
2.      Brightness test atau test Mosselon yaitu test three words (tes 3 kata).
3.      Telegram test; yaitu di suruh membuat berita dalam bentuk telegram.
4.      Definitie; disuruh mendefinisikan sesuatu.
5.      Wiggly test; yaitu menyusun kembali balok-balok kecil yang semula tersusun menjadi satu.
6.      Stenquest test; disuruh mengamati sesuatu benda sebaik-baiknya, lalu dirusak kemudian disuruh membentuk kembali.
7.      Absurdity test; yaitu disuruh menncari keanehan yang terdapat dalam suatu bentuk cerita.
8.      Medallion test; yaitu disuruh menyelesaikan gambar yang belum jadi atau barus sebagian.
9.      Educational test (scholastic test); yaitu tes yang biasanya diberikan di sekolah-sekolah.
Dari macam-macam tes tersebut dapat di ambil sebuah contoh tes inteligensi buatan Simon dan Binet yang telah diperbaiki oleh Rubertag.
Berdasarkan hasil tes  ini Binet Simon menggolongkan inteligensi menjadi:
a.       Pandai                 :    Superior          > 120
                               Gifted             > 130
                               Genius             > 140
b.      Normal                :    90 - 110
c.       Bodoh                 :    Debil
                               Embisil
                               Ediot
Binet Simon mengadakan penyelidikan inteligensi anak umur 3 s/d 15 tahun. Contoh : Kita ingin mencari IQ anak umur 7 tahun yaitu dengan rumus:
IQ = MA/CA x 100
10
-
-
-
-
-
-
-
0
9
-
x
-
-
-
-
-
1/7
8
x
x
x
-
-
-
-
3/7
7
x
x
x
x
-
x
-
5/7
6
x
x
x
x
x
x
-
6/7
5
x
X
x
x
x
x
x
7/7








22/7
Keterangan :
MA   :    Mental Age  = umur kecerdasan.
CA    :    Calender Age atau Cronologis Age ortinga umur kalender.
 
IQ = x 100 =   x 100 =   x 1000 =  = 33
Jadi anak ini termasuk embisil yang berat.
Caranya :
1.      Kita suguhkan soal-soal yang sesuai tingkat umur.
2.      Tiap pertanyaan atau soal kita nilai betul atau salahnya.
3.      Kita tentukan jumlah soal untuk tungkat umur.
4.      Kita jumlahkan nilai tiap kelompok soal.
5.      Kita berikan soal-s0al untuk umur di bawahnya, sehingga semua soal terjawab.
6.      Pada kelompok soal tingkat umur yang sudah terjawb kita hentikan.
7.      Kita beri pertanyaan dari soal untuk umur di atasnya sehingga anak tersebut tidak dapat menjawab semua pertanyaan, baru berhenti.
8.      Nilai jawaban yang betul kita jumlahkan, itulah umur kecerdasan (MA).
9.      Hasil angka akhir itulah IQ anak.
Hal tersebut kita sesuaikan dengan daftar angka IQ anak , atas pedoman Binet Simon.
Gefsted atau jenius di atas 140
Normal       =   90m -110                                                        Debil          =    60 - 79
Cerdas        =   120                                                                 Embisil       =    40 - 55
Superior      =   130                                                                 Ediot kuarng dari 30/25
Angka-angka tersebut di atas tidak menunjukkan garis batas yang mutlak.
Kelemahan dalam penyelidikan inteligensi dengan tes ini ialah:
a.       Terlalu bersifat verbal (bahasa) sehingga menyebabkan kesulitan bagi tstee.
b.      Terlalu bersifat ujian, hingga terjadi kurang ketelitian.
c.       Testee ini dari golongan anak-anak tertentu dan digunakan untuk umum.
d.      Pertanyaan tiap umur kurang valid.
Dengan hasil pedoman tes inteligensi dapat di manfaatkan.
1.      Jangan dianggap hasil tes inteligensi ini merupakan satu-satunya alat untuk mengetahui pribadi anak.
2.      Tes ini harsu dilihat sebagai satu star, bukan suatu finish[9].


H.    Teori-teori tentang inteligensi
1.      Teori “Uni – factor”.
Tahun 1911 Wilhelmstren, memperkenalkan suatu teori tentang inteligensi yang disebut “uni-faktor theory”. Teori ini dikenal pula sebagai teori kapasitas umum. Dan menurut teori ini inteligensi itu merupakan kapasitas atau kemampuan umum, reaksi atau tindakan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau memecahkan suatu masalah adalah bersifat umum pula. Kapasitas umum itu timbul akibat pertumbuhan fisiologis atau pun akibat belajar.
Kapasiats umum (general capacity) yang ditimbulkan itu lazim di kemukakan dengan kode “G”.
2.      Teori “Two factors”.
Tahun 1904 yaitu sebelum Stern, seorang ahli matematika bernama Charles Spearman, mengajuakn sebuah teori tentang inteligensi. Teori Spearman itu terkenal dengan seebutan “Two kinds of factors Theory”. Spearman mengembangkan teori inteligensi berdasarkan suatu factor mental umum yamg diberi kode “g” serta factor-faktor yang diberi tanda “s”. factor “g” mewakili kekuatan mental umum yang berfungsi dalam setiap tingkah laku mental individu, sedangkan factor-faktor “s” menentukan tindakan-tindakan mental untuk mengatasi permasalahan.
Orang yang inteligensinya mempunyai factor “g” luas, memilki kapasitas untuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan. Dia dapat mempealjari berbagai macam pelajaran seperti matematika, bahasa, sains, sejarah, dan lain-lain dengan menggunakan berbagai symbol abstrak. Orang yang memilki factor “g” sedang atau rata-rata ia mempunyai kemampuan sedang untuk mempelajari bidang-bidang  studi. Luasnya factor “g” ditentukan oleh kerjanya otak secara unit atau keseluruhan factor “s” di dasarkan pada gagasan, bahwa fungsi otak tergantung kepada ada dantidaknya struktur atau koneksi yang tepat bagi situasi atau masalah tertentu yang khusus. Dengan demikian, luasnya factor “s” mencerminkan kerja khususu dari otak, bukan karena struktur khusus otak.
Factor “s” lebih bergantung kepada organisasi neurologis yang berhubungan dengan kemampaun-kemampuan khusus.

3.      Teori “Multi – factors”.
Teori inteligensi murni factor dikembangkan oleh E.L Thorndike. Teori ini tidak berhubungan dengan konsep general ability atau factor “g”. Menurut teori ini, inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu ketika seseorang dapat menyebutkan sebuah kata, menghapal sajak, menjumlahkan bilangan, atau melakukan pekerjaan itu. Berarti bahwa ia dapat melakukan itu karena terbentuknya koneksi-koneksi di dalam system saraf akibat belajar atau latihan. Manusia diperkirakan memilki 13 milyar urat saraf sehingga memungkin adanya hubungan neural yang banyak sekali. Jadi, inteligensi menurut teori ini adalah jumlah koneksi actual dan potensial di dalam system saraf.
4.      Teori “Sampling”.
Untuk menjelaskan tentang inteligensi Godfrey. H. Thomson pada tahun 1916 mengajukan sebuah teorinya yang disebut teori sampling. Kemudian teori ini disempurnakan lagi poada tahun 1935 dan 1948. Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan berbagai bidang-bidang pengalaman. Berbagai bidang pengalaman itu terkuasai oleh pikiran manusia tetapi tidak semuanya . masing-masing bidang hanya terkuasai sebagian-sebgai saja dan ini mencerminkan kemampuan mental manusia – inteligensi beroperasi dengan terbatas pada sampel dari berbagai kemampuan atau pengalaman dunia nyata. Sebagai gambaran, contohnya saja dunia nayta terdapat kemampuan atau bidang-bidang pengalaman A B C, inteligensi bergerak dengan sampel, misalnya sebagian A dan sebagian B atau dapat pula sebagian dari bidang-bidang A, B, C.
5.      Teori “Primary – mental – abilities”.
LL. Thurstone telah berusaha menjelaskan tentang organisasi inteligensi yang abstrak, ia dengan menggunakan tes-tes mental serta teknik-teknik statistic khusus membagi inteligensi menjadi 7 kemampuan primer, yaitu:
a.       Kemampuan numerical atau matematis.
b.      Kemampuan verbal atau berbahasa.
c.       Kemampuan abstrak berupa visualisasi atau berfikir.
d.      Kemampuan membuat keputusan, baik induktif maupun deduktif.
e.       Kemampuan mengenal atau mengamati.
f.       Kemampuan mengingat.
Menurut “Primary – mental – abilities” ini, inteligensi merupakan penjelamaan dari ke tujuh kemampuan pribadi di atas. Masing-masing dari ke tujuh kemampuan primer itu adalah independen serta menjadikan fungsi-fungsi pikiran yang berbeda atau berdiri sendiri. Para ahki lalu menyoroti teori ini sebagai teori yang mengandung kelemahan menganggap adanya pemisahan fungsi atau kemampuan pada mental individu. Menurut mereka, setiap kemampuan individu adalah saling berhubungan secara integrative.
Carl Witherington, dalam bukunya “Educational Psychology” mendefinisikan inteligensi sebagai berikut:
“……….. excellence of performance as manifested in efficient activity atau inteligensi adalah kesempurnaan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan atau kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.       Facilityin the use of numbers atau fasilitas dalam menggunakan bilangan dan angka.
b.      Language efficiency, efesiensi penggunaan bahasa.
c.       Speed of percepstion, atau kecepatan pengamatan.
d.      Facility in memorizing, atau fasilitas dalam mengingat.
e.       Facility in comprehending relationship, fasilitas dalam memahami hubungan.
f.       Imagination, menghayal atau mencipta.



BAB III
PENUTUP
SIMPULAN :
Inteligensi adalah kemampuan umum mental individu yang tampak dalam caranya bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan masalah atau dalam melaksanakan tugas. Bagi manusia inteligensi ini berfungsi untuk menyesuaikan diri secara mental denga lingkunga yang dihadapi.
Baik inteligensi potensial atau bawaan maupaun inteligensi real atau telah dikembangkan yang di miliki si anak merupakan kemampuan bagi dirinya untuk bertumbuh, berkembang, untuk belajar, atau untuk berbuat, bertindak atau untuk memecahkan masalah atau untuk melaksanakan tugas yang dihadapi. Kemampuan inteligensi anak terrsebut akan mempengaruhi tempo dan kwalitas penyelesaian masalah atau tugas yang dilaksanakan.
Ada perbedaan individual dari segi inteligensi, ada yang tingkat tinggi, cukup dan tingkat rendah. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan kemampuan atau kesanggupannya dalam hidup, bekerja berkarya dan berusaha. Makin tinggi inteligensi akan makin tinggi pula kemampuan untuk berkarya dan berusaha, tetapi sebaliknya makin kurang atau rendah inteligensinya akan makin kurang kesanggupannya dan yang paling rendah akan semakin tidak sanggup sama sekali untuk berbuat bahkan untuk hidup mandiri sekalipun. Adanya perbedaan individu dalam hal inteligensi yang dimiliki setiap orang, bukan hanya disebabkan Karena factor pembawaan atau factor lingkungan saja tetapi juga ada pengaruh factor-faktor lainnya. Jadi jelasnya factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan atau pembentukan inteligensi seseorang itu adalah : factor Pembawaan, factor Kematangan, factor Minat, factor Pembentukan, dan factor kebebasan. Semua factor itu secara totalitas akan mempengaruhi perwujudan inteligensi seseorang.
Inteligensi Teoritis ialah kemampuan inteligensi untuk menggunakan skemata-skemata berfikir dan abstraksi-abstraksi serat kemampuan berfikir logis dibidang ilmu pengetahuan dalam penyesuain diri dengan situasi-situasi baru; inteligensi inilah yang menjadi dasar pengembangan kemampuan inteligensi nyata di lapangan verbal. Sedangkan yang dimaksud dengan inteligensi Praktis ialah kemampuan inteligensi yang berkaitan dengan pekerjaan atau karya, kegiatan praktis dan bidang keterampilan; inteligensi ini menjadi dasar pengembangan kemampuan inteligensi yang berkaitan dengan lapangan gerak.



DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmad dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta;Rineka Cipta Cipta, 1991), h. 34-36
E. Usman Effendi dkk, Pengantar Psikologi, (Bandung; Angkasa, 1985), h. 88-89
Muhammad Daryono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta;Rineka Cipta, 1997), h. 182-183
M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta;PT Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 115-118
Syaifah Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Banjarmasin;Rineka Cipta, 2000).


[1]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Banjarmasin;Rineka Cipta, 2000)
[2]Abu Ahmad dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta;Rineka Cipta Cipta, 1991), h. 32
[3]Muhammad Daryono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta;Rineka Cipta, 1997), h. 182-183
[4]E. Usman Effendi dkk, Pengantar Psikologi, (Bandung; Angkasa, 1985), h. 88-89
[5]M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta;PT Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 115-118
[6]Abu Ahmad dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta;Rineka Cipta Cipta, 1991), h. 118-125
[7]E. Usman Effendi dkk, Pengantar Psikologi, (Bandung; Angkasa, 1985), h. 91
[8]Ibid, h. 92
[9]Abu Ahmad dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta;Rineka Cipta Cipta, 1991), h. 34-36