Minggu, 08 Juli 2012

PENDEKATAN SISTEM DALAM PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL


BAB I
PENDAHULUAN

Makalah ini berjudul pendekatan system dalam pengembangan isntruksional. Kata-kata judul ini sebenarnya agak asing, tapi disini kami coba memuat segala materi yang berhubungan dengan itu. Jadi materi yang di bahas adalah:
A.    Pengertian Sistem Instruksional
B.     Pendekatan Sistem Instruksional
C.    Pendekatan Pengembangan Instruksional
Kami menggunakan metode Research Library, dengan cara mengutip dari buku-buku dan pemakalah simpulkan menjadi berbentuk makalah.
Pembahasan kami bertujuan agar:
A.    Kita sama-sama memahami arti dari instruksional
B.     Mengetahui macam-macam pendekatan



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sistem Instruksional
Istilah system diartikan sebagai suatu konsep yang abstrak. Definisi secara sederhana menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan[1].
Sistem asal katanya “system” yang diterjemahkan oleh Wong dan Raulerson diartikan sebagai suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungang saling mempengaruhi. Contohnya system tata surya, system perencanaan, sisitem kekerabatan.
Sedangkan “Instruction” yang diterjemahkan menjadi “pembelajaran atau pengajaran” dan “bahan instruksi” dalam arti perintah, oleh Saylor Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum atau dalam pengertian lebih khusus “instruction” merujuk pada “proses belajar mengajar”. Jadi “sistem instruksional” digunakan untuk menunjukkan suatu “proses belajar mengajar” atau “proses pengajaran” atau lebih tepat lagi “proses pembelajaran” [2].
B.     Pendekatan Sistem Instruksional
Perlu kita ketahui pendekatan itu lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik.
Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan perencanaan pengajaran suatu Negara sangat tergantung kepada kebijaksanaan pemerintah yang sedang dilaksankan. Karenanya wajar kalau di setiap Negara terjadi perbedaan dalam pendekatan perencanaannya.
Seandainya suatu Negara menginginkan agar dalam dua tahun lagi semua anak berumur 7-12 tahun harus bersekolah atau wajib belajar, maka pendekaatan perencanaan pengajaran akan berbeda seandainya yang diutamakan adalah penyediaan tenaga kerja tingkat menengah dalam jumlah banyak dan dlaam waktu yang realtif singkat. Atau mungkin saja kaulitas pendidikan formal yang diutamakan dan bukan kuantitasnya.
Ini berarti bahwa sector pendidikan harus menyediakan lembaga-lembaga pendidikan serta fasilitas untuk menampung seluruh kelompok umur yang ingin memperoleh pendidikan. Karena perbedaan-perbedaan dalam tujuan itu menyebabkan timbulnya bermacam-macam pendekatan dalam perencanaan pendidikan. Seluruh pendekatan yang ada dapat disederhanakan dalam tiga kategori, yaitu:
1.      Pendekatan Permintaan Masyarakat
Pendekatan ini adalah suatu pendekatan yang bersifat tradisional dalam pengembangan pendidikan. Pendekatan ini didasarkan kepada tujuan untuk memenuhi tuntutan atau permintaan seluruh individu terhadap pendidikan pada tempat dan waktu tertentu dalam situasi perekonomian sosial, politik, dam kebudayaan yang ada pada waktu itu.
2.      Pendekatan Ketenagakerjaan
Pendekatan ini untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja. Dalam keadaan seperti ini kebanyakan Negara mengharapkan supaya pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan tenaga kerja yang terampil untuk pembangunan dalam sector pertanian, perdagangan, indutri dan lain sebagainya dan juga untuk calon pimpinan yang cerdas dalam profesinya. Untuk itu perencana pendidikan harus membuat perkiraan jumlah dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan nasional. Dalam hal ini perencana pendidikan dapat meyakinkan bahwa penyedia fasilitas dan pengarahan arus murid benar-benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga kerja perlu ditetapkan atau dibuat terlebih dahulu sesuai dengan kepentingan dan kondisi Negara yang bersanagkutan. Salah satu metode misalnya bukan hanya begara hany sekedar meperkirakan kebutuhan saja tetapi perlu meneliti berbagai fungsi tenaga yng terlatih yang diperlukan Negara atas  dasar perbandingan atau rasio yang seimbang (misalnya perbandingan antra insinyur dengan teknisi ahli, teknisi madya, dan pembantu pelaksana). Seperti yang umum dilakukan oleh Negara-negara lain yang sudah taraf pembangunan yang serupa.  Metode lain ialah menggunakan “model matematis” dalam menetukan jenis tenaga kerja terdidik yang dibutuhkan oleh Negara berdasarkan kecenderungan pertumbuhan ekonominya.
Adapun langkah-langkah daari pendekatan ketenagakerjaan ialah:
a)      Membuaat proyeksi kebutuhan tenga kerja bagi pembangunan
b)      Merinci tujuan pendidikan antara lain: mempersiapkan tenaga kerja untuk pembangunan di segala bidang
c)      Memproyeksikan output pendidikan
d)     Menyusun program atau proyek untuk memenuhi output kebutuhhan
e)      Menyusun kegaitan rencana pembiayaan yang dituangkan dalam pembiayaan
3.      Pendekatan Efesiensi Investasi atau Pendekatan Nilai Imbalan
Dalam pendekatan ini dipertimbangkan penetuan besarnya investasi dalam dunia pendidikan sesuai dengan hasil, keuntungan atau efektifitas yang akan diperolehnya. Dalam hal ini bukan hanya biaya keseluruhan pendidikan tetapi juga biaya sesuatu jenjang dan jenis pendididikan selalu dibandingkan dengan nilai hasil, misalnya kenaikan pendapatan atau kenaikan produktifitas dari orang-orang yang memperoleh pendidikan. Tugasa perencanaan adalah menghindarkan investasi (di setiap jenis jenjang pendidikan) yang tidak memberikan hasil sepadan. Pendekatan seperti ini mempunyai harapn bahwa kegiatan pendidikan yang tidak produktif dapat ditiadakan melalui proses pendekatan melalui pendekatan efesiensi investasi atau imbalan ini.
Perencanaan pengajaran di Indonesia tidak hanya menggnakan salah satu dari pendekatan-pendekatan tadi melainkan menerapkan beberapa pendekatan, dan kadang-kadang ketiga pendekatan sekaligus. Perencanaan pengajran tidak diharuskan supaya terikat pada salah satu pendekatan, akan tetapi semua pendekatan yang ada dapat dijadikan pedoman dalam menjabarkan tujuan nasional pendidikan.
Setiap jenis dan jenjang pendidikan mungkin memerlukan pendekatan yang berlainan. Karena itu adalah penting bagi setiap perencana untuk mengtahui ruang lingkup dan keterbatasan-keterbatasan setiap pendekatan tadi.
C.    Pendekatan Pengembangan Instruksional
Kita sudah ketahui instruksional itu adalah proses belajar mengajar, dan oleh Saylor Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum. Maka dalam hal ini cara pendekatan system dalam mengembangkan instruksional menurut kami selain melalui ketiga  kategori pendekatan Sistem Instruksional diatas, yaitu dengan memakai pendekatan pengembangan di bagian kurikulum pendidikan tersebut. Jadi kita juga perlu tahu bagaimana pendekatan pengembangan melalui kurukulum. Adapun pendekatan pengembangan kurikulum itu ialah:
1.      Pendekatan Berorientasi pada Bahan Pelajaran
Dalam pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran, yang harus diperhatikan ialah mengenai bahan yang akan diberikan atau diajarkan kepada peserta didik. Maka dalam pengembangan kurikulum yang akan diterapkan di kelas itu haruslah mengacu pada bahan pelajaran.
Pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran ini mempunyai   kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah :
a)      Bahwa bahan, ajaran lebih fleksibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan.
b)      Tujuan-tujuan yang jelas itu akan memberikan arah dalam upaya penetapan bahan, metode, strategi belajar mengajar dabn evaluasi yang akan digunakannya.
c)      Hasil evaluasi yang terarah dan terpadu tersebut sangat banyak membantu dalam mengadakan perbaikan dan penyempurnaan yang diperlukan.
Sedangkan kelemahannya adalah :
a)      Tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian.
b)      Kurang adanya pegangan dalam dalam menetukan metode yang cocok untuk menyajikan bahan pelajaran kepada para murid.[3]
2.      Pendekatan Berorientasi pada Tujuan
Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Berdasarkan tujuan ini kemudian ditetapkanlah materi pengajaran, dan kegiatan belajar-mengajar. Sama halnya dengan pendekatan pada bahan pelajaran, pendekatan ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
a)      Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum
b)      Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula di dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
c)      Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilain terhadap hasil yang dicapai.
d)     Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum di dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Meskipun pendekatan ini memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan pendekatan yang berorientasi pada bahan, namun pendekatan ini juga memiliki kelemahan, yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Apalagi jika tujuan tersebut harus dirumuskan lebih khusus, jelas, operasional dan dapat diukur. Untuk merealisasikan maksud tersebut, pihak guru dituntut memiliki keahlian, pengalaman dan keterampilan dalam perumusan tujuan khusus pengajaran. Jika tidak demikian maka akan terwujud rumusan tujuan khusus yang bersifat dangkal dan mekanistik.


BAB III
PENUTUP
Sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan instruksional diterjemahkan menjadi “pembelajaran atau pengajaran” dan “bahan instruksi” dalam arti perintah, oleh Saylor Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum atau dalam pengertian lebih khusus “instruction” merujuk pada “proses belajar mengajar”. Jadi “sistem instruksional” digunakan untuk menunjukkan suatu “proses belajar mengajar” atau “proses pengajaran” atau lebih tepat lagi “proses pembelajaran”.
Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan perencanaan pengajaran suatu Negara sangat tergantung kepada kebijaksanaan pemerintah yang sedang dilaksankan. Karenanya wajar kalau di setiap Negara terjadi perbedaan dalam pendekatan perencanaannya. Seluruh pendekatan sistem instruksional yang ada dapat disederhanakan dalam tiga kategori, yaitu:
1.      Pendekatan Permintaan Masyarakat
2.      Pendekatan Ketenagakerjaan
3.      Pendekatan Efesiensi Investasi atau Pendekatan Nilai Imbalan
Selain melalui ketiga  kategori pendekatan Sistem Instruksional diatas, maka untuk mengembangkan instruksional dengan cara melalui memahami pendekatan pengembangan kurikulum, maksudnya memahami kurikulum pendidikan tersebut. Adapun pendekatan pengembangan kurikulum yaitu:
1.      Pendekatan Berorientasi pada Bahan Pelajaran
2.      Pendekatan Berorientasi pada Tujuan




DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2006, Ct. ke-5,
Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2005), Ct. ke-4,
H. lafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum



[1]Prof. Dr. Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2006, Ct. ke-5, h. 1
[2]Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2005), Ct. ke-4, h. 51
[3] H. lafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum, ,. h. 15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar