BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini
berjudul pendekatan system dalam pengembangan isntruksional. Kata-kata judul
ini sebenarnya agak asing, tapi disini kami coba memuat segala materi yang
berhubungan dengan itu. Jadi materi yang di bahas adalah:
A. Pengertian
Sistem Instruksional
B. Pendekatan
Sistem Instruksional
C. Pendekatan
Pengembangan Instruksional
Kami menggunakan
metode Research Library,
dengan cara mengutip dari buku-buku dan pemakalah simpulkan menjadi berbentuk
makalah.
Pembahasan kami bertujuan agar:
A.
Kita sama-sama
memahami arti dari instruksional
B.
Mengetahui
macam-macam pendekatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sistem Instruksional
Istilah system
diartikan sebagai suatu konsep yang abstrak. Definisi secara sederhana
menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang
saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan[1].
Sistem asal
katanya “system” yang diterjemahkan oleh Wong dan Raulerson diartikan
sebagai suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh
beberapa bentuk hubungang saling mempengaruhi. Contohnya system tata surya,
system perencanaan, sisitem kekerabatan.
Sedangkan “Instruction”
yang diterjemahkan menjadi “pembelajaran atau pengajaran” dan “bahan instruksi”
dalam arti perintah, oleh Saylor Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan
kurikulum atau dalam pengertian lebih khusus “instruction” merujuk pada “proses
belajar mengajar”. Jadi “sistem instruksional” digunakan untuk menunjukkan suatu
“proses belajar mengajar” atau “proses pengajaran” atau lebih tepat lagi “proses
pembelajaran” [2].
B. Pendekatan
Sistem Instruksional
Perlu kita
ketahui pendekatan
itu lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja
dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang
dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil
kerja yang lebih baik.
Pendekatan yang
dipakai dalam penyusunan perencanaan pengajaran suatu Negara sangat tergantung
kepada kebijaksanaan pemerintah yang sedang dilaksankan. Karenanya wajar kalau
di setiap Negara terjadi perbedaan dalam pendekatan perencanaannya.
Seandainya suatu
Negara menginginkan agar dalam dua tahun lagi semua anak berumur 7-12 tahun
harus bersekolah atau wajib belajar, maka pendekaatan perencanaan pengajaran
akan berbeda seandainya yang diutamakan adalah penyediaan tenaga kerja tingkat
menengah dalam jumlah banyak dan dlaam waktu yang realtif singkat. Atau mungkin
saja kaulitas pendidikan formal yang diutamakan dan bukan kuantitasnya.
Ini berarti
bahwa sector pendidikan harus menyediakan lembaga-lembaga pendidikan serta
fasilitas untuk menampung seluruh kelompok umur yang ingin memperoleh
pendidikan. Karena perbedaan-perbedaan dalam tujuan itu menyebabkan timbulnya
bermacam-macam pendekatan dalam perencanaan pendidikan. Seluruh pendekatan yang
ada dapat disederhanakan dalam tiga kategori, yaitu:
1. Pendekatan
Permintaan Masyarakat
Pendekatan ini
adalah suatu pendekatan yang bersifat tradisional dalam pengembangan
pendidikan. Pendekatan ini didasarkan kepada tujuan untuk memenuhi tuntutan
atau permintaan seluruh individu terhadap pendidikan pada tempat dan waktu
tertentu dalam situasi perekonomian sosial, politik, dam kebudayaan yang ada
pada waktu itu.
2. Pendekatan
Ketenagakerjaan
Pendekatan ini
untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja. Dalam keadaan seperti ini
kebanyakan Negara mengharapkan supaya pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan
tenaga kerja yang terampil untuk pembangunan dalam sector pertanian,
perdagangan, indutri dan lain sebagainya dan juga untuk calon pimpinan yang
cerdas dalam profesinya. Untuk itu perencana pendidikan harus membuat perkiraan
jumlah dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan nasional.
Dalam hal ini perencana pendidikan dapat meyakinkan bahwa penyedia fasilitas
dan pengarahan arus murid benar-benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan
tenaga kerja perlu ditetapkan atau dibuat terlebih dahulu sesuai dengan
kepentingan dan kondisi Negara yang bersanagkutan. Salah satu metode misalnya
bukan hanya begara hany sekedar meperkirakan kebutuhan saja tetapi perlu
meneliti berbagai fungsi tenaga yng terlatih yang diperlukan Negara atas dasar perbandingan atau rasio yang seimbang
(misalnya perbandingan antra insinyur dengan teknisi ahli, teknisi madya, dan
pembantu pelaksana). Seperti yang umum dilakukan oleh Negara-negara lain yang
sudah taraf pembangunan yang serupa. Metode lain ialah menggunakan “model
matematis” dalam menetukan jenis tenaga kerja terdidik yang dibutuhkan oleh
Negara berdasarkan kecenderungan pertumbuhan ekonominya.
Adapun
langkah-langkah daari pendekatan ketenagakerjaan ialah:
a) Membuaat
proyeksi kebutuhan tenga kerja bagi pembangunan
b) Merinci
tujuan pendidikan antara lain: mempersiapkan tenaga kerja untuk pembangunan di
segala bidang
c) Memproyeksikan
output pendidikan
d) Menyusun
program atau proyek untuk memenuhi output kebutuhhan
e) Menyusun
kegaitan rencana pembiayaan yang dituangkan dalam pembiayaan
3. Pendekatan
Efesiensi Investasi atau Pendekatan Nilai Imbalan
Dalam pendekatan
ini dipertimbangkan penetuan besarnya investasi dalam dunia pendidikan sesuai
dengan hasil, keuntungan atau efektifitas yang akan diperolehnya. Dalam hal ini
bukan hanya biaya keseluruhan pendidikan tetapi juga biaya sesuatu jenjang dan
jenis pendididikan selalu dibandingkan dengan nilai hasil, misalnya kenaikan
pendapatan atau kenaikan produktifitas dari orang-orang yang memperoleh
pendidikan. Tugasa perencanaan adalah menghindarkan investasi (di setiap jenis
jenjang pendidikan) yang tidak memberikan hasil sepadan. Pendekatan seperti ini
mempunyai harapn bahwa kegiatan pendidikan yang tidak produktif dapat
ditiadakan melalui proses pendekatan melalui pendekatan efesiensi investasi
atau imbalan ini.
Perencanaan
pengajaran di Indonesia tidak hanya menggnakan salah satu dari
pendekatan-pendekatan tadi melainkan menerapkan beberapa pendekatan, dan
kadang-kadang ketiga pendekatan sekaligus. Perencanaan pengajran tidak
diharuskan supaya terikat pada salah satu pendekatan, akan tetapi semua
pendekatan yang ada dapat dijadikan pedoman dalam menjabarkan tujuan nasional
pendidikan.
Setiap jenis dan
jenjang pendidikan mungkin memerlukan pendekatan yang berlainan. Karena itu
adalah penting bagi setiap perencana untuk mengtahui ruang lingkup dan
keterbatasan-keterbatasan setiap pendekatan tadi.
C. Pendekatan
Pengembangan Instruksional
Kita sudah
ketahui instruksional itu adalah proses belajar mengajar, dan oleh Saylor
Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum. Maka dalam hal ini
cara pendekatan system dalam mengembangkan instruksional menurut kami selain
melalui ketiga kategori pendekatan
Sistem Instruksional diatas, yaitu dengan memakai pendekatan pengembangan di bagian
kurikulum pendidikan tersebut. Jadi kita juga perlu tahu bagaimana pendekatan
pengembangan melalui kurukulum. Adapun pendekatan pengembangan kurikulum itu
ialah:
1. Pendekatan
Berorientasi pada Bahan Pelajaran
Dalam
pendekatan yang berorientasi pada bahan pelajaran, yang harus diperhatikan
ialah mengenai bahan yang akan diberikan atau diajarkan kepada peserta didik.
Maka dalam pengembangan kurikulum yang akan diterapkan di kelas itu haruslah
mengacu pada bahan pelajaran.
Pendekatan
yang berorientasi pada bahan pelajaran ini mempunyai kelemahan dan kelebihan.
Kelebihan
pendekatan yang berorientasi pada bahan adalah :
a) Bahwa
bahan, ajaran lebih fleksibel dan bebas dalam menyusunnya, sebab tidak ada
ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan
tujuan.
b) Tujuan-tujuan
yang jelas itu akan memberikan arah dalam upaya penetapan bahan, metode,
strategi belajar mengajar dabn evaluasi yang akan digunakannya.
c) Hasil
evaluasi yang terarah dan terpadu tersebut sangat banyak membantu dalam
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan yang diperlukan.
Sedangkan
kelemahannya adalah :
a) Tujuan
pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode
yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan penilaian.
b) Kurang
adanya pegangan dalam dalam menetukan metode yang cocok untuk menyajikan bahan
pelajaran kepada para murid.[3]
2. Pendekatan
Berorientasi pada Tujuan
Pendekatan
ini menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi
sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar. Berdasarkan tujuan ini kemudian ditetapkanlah materi pengajaran, dan
kegiatan belajar-mengajar. Sama halnya dengan pendekatan pada bahan pelajaran,
pendekatan ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan
dari pendekatan ini adalah:
a) Tujuan
yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum
b) Tujuan
yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula di dalam menetapkan materi
pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.
c) Tujuan-tujuan
yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilain terhadap
hasil yang dicapai.
d) Hasil
penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum di dalam
mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Meskipun
pendekatan ini memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan pendekatan
yang berorientasi pada bahan, namun pendekatan ini juga memiliki kelemahan,
yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Apalagi jika
tujuan tersebut harus dirumuskan lebih khusus, jelas, operasional dan dapat
diukur. Untuk merealisasikan maksud tersebut, pihak guru dituntut memiliki
keahlian, pengalaman dan keterampilan dalam perumusan tujuan khusus pengajaran.
Jika tidak demikian maka akan terwujud rumusan tujuan khusus yang bersifat
dangkal dan mekanistik.
BAB III
PENUTUP
Sistem adalah
seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan. Sedangkan instruksional diterjemahkan menjadi “pembelajaran atau
pengajaran” dan “bahan instruksi” dalam arti perintah, oleh Saylor Alexander
(1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum atau dalam pengertian lebih
khusus “instruction” merujuk pada “proses belajar mengajar”. Jadi “sistem
instruksional” digunakan untuk menunjukkan suatu “proses belajar mengajar” atau
“proses pengajaran” atau lebih tepat lagi “proses pembelajaran”.
Pendekatan yang dipakai
dalam penyusunan perencanaan pengajaran suatu Negara sangat tergantung kepada
kebijaksanaan pemerintah yang sedang dilaksankan. Karenanya wajar kalau di
setiap Negara terjadi perbedaan dalam pendekatan perencanaannya. Seluruh pendekatan
sistem instruksional yang ada dapat disederhanakan dalam tiga kategori,
yaitu:
1. Pendekatan
Permintaan Masyarakat
2. Pendekatan
Ketenagakerjaan
3. Pendekatan
Efesiensi Investasi atau Pendekatan Nilai Imbalan
Selain melalui
ketiga kategori pendekatan Sistem
Instruksional diatas, maka untuk mengembangkan instruksional dengan cara
melalui memahami pendekatan pengembangan kurikulum, maksudnya memahami
kurikulum pendidikan tersebut. Adapun pendekatan pengembangan kurikulum yaitu:
1. Pendekatan
Berorientasi pada Bahan Pelajaran
2. Pendekatan
Berorientasi pada Tujuan
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Oemar Hamalik, Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2006,
Ct. ke-5,
Drs. Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2005), Ct. ke-4,
H. lafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar