BAB I
SEJARAH SHORINJI KEMPO
A. MUNCULNYA
ALIRAN SHAOLIN
Di
dataran Tiongkok dahulu ada empat partai silat terbesar, yaitu Siauw Liem
Pay, Bu Tong Pay, Go Bi Pay dan Kun Lun Pay. Bagi teman-teman
yang gemar membaca serial silat yang ditulis oleh Kho Ping Ho tentu tidak asing
lagi dengan nama-nama ini.
Kungfu Siauw
Liem Pay diajarkan di biara-biara Siauw Liem (Shaolin), biara
Buddha aliran Zen, atau disebut Zen Buddhisme. Biara dalam bahasa
Tiongkok disebut Sie atau Shi, sehingga biara Siauw Liem (Shaolin)
disebut Siauw Liem Sie (Shaolinshi).
Pendiri
aliran kungfu Siauw Liem yang sangat legendaris ini adalah
Boddhidharma atau Ponitorm, yang di Cina dikenal dengan nama Tatmo Chowsu dan
di Jepang dikenal dengan nama Daruma atau Dharma Taishi. Ia adalah seorang
pendeta Buddha terkenal yang juga merupakan putra Raja India Selatan.
Boddhidharma yang berasal dari Baromon India ini meninggalkan kemewahan istana
dan mengembara ke Cina sekitar tahun 540 Masehi untuk menyebarkan dan
membetulkan agama Budha yang dianggapnya menyimpang selama ini di Kerajaan
Liang dibawah Kaisar Wu.
Karena berbeda
pandangan dengan Kaisar Wu mengenai agama Budha, ia diusir dan kemudian
mengasingkan diri di sebuah kuil yang sudah rusak di pegunungan Sung di bagian
selatan Loyang, ibukota Kerajaan Wei. Kuil ini sudah dibangun bertahun-tahun
sebelumnya di sebuah lokasi kebakaran hutan. Saat dibangun, para pekerja kebun
menanam beberapa pohon jenis baru. Karenanya kuil tersebut diberi nama Shaolin
(bahasa Mandarin) atau Si Lim (bahasa Kanton) yang artinya hutan baru. Di
situlah ia melanjutkan pengajarannya dalam agama Budha dan menjadi cikal bakal
sekte Zen. Awalnya Boddhidharma ditolak oleh para pendeta di kuil itu. Ia lalu
memutuskan untuk bermeditasi (zazen) di gua dekat biara. Setelah sekitar 9
tahun bersemedi, para pendeta kemudian menerimanya.
Boddhidharma
melihat kondisi fisik dan kesehatan para pendeta pada waktu itu kurang baik.
Karena kondisi seperti itu, para pendeta sampai tidak bisa melakukan meditasi.
Boddhidharma pun melatih mereka supaya kondisi kesehatan kembali prima. Selain
itu, bertambah banyaknya murid-murid di biara Siauw Liem membuat beberapa orang
tidak senang sehingga muncul beberapa gangguan, termasuk gangguan dari para
penyamun. Latihan olahraga sekaligus ilmu beladiri yang dia ajarkan disusun
dari ilmu beladiri dari Hindustan yang dia kuasai digabung dengan kungfu Cina
purba yang diatur dengan ilmu pernafasan Kamfahama Yoga Dahtayana.
Dia pun
memberikan Buku Kekuatan Fisik kepada murid-muridnya, suatu buku petunjuk
mengenai latihan fisik. Buku ini mengajarkan teknik pukulan yang dinamakan 18
Arhat, yang kemudian menjadi terkenal sebagai Shaolin Chuan.
Ketika para pendeta biara Siauw Liem mempergunakan teknik beladiri ini saat menolong masyarakat, orang-orang sangat kagum dengan kelihaian para pendeta dalam memainkan teknik beladiri baru ini. Maka orang-orang menyebutnya sebagai ilmu beladiri dari biara Siauw Liem, dalam bahasa mereka disebut Siauw Liem Sie Kungfu atau Shaolinshi Kungfu.
Ketika para pendeta biara Siauw Liem mempergunakan teknik beladiri ini saat menolong masyarakat, orang-orang sangat kagum dengan kelihaian para pendeta dalam memainkan teknik beladiri baru ini. Maka orang-orang menyebutnya sebagai ilmu beladiri dari biara Siauw Liem, dalam bahasa mereka disebut Siauw Liem Sie Kungfu atau Shaolinshi Kungfu.
Shaolin dan
Shorinji Kempo
So Doshin, lahir tahun 1911 di sebuah
desa yang terletak di bukit di atas kota Okayama, Jepang. Pada usia 17 tahun
dia ditugaskan oleh pemerintah Jepang untuk menjadi agen khusus di Cina. Dalam
suatu catatan sejarah, So Doshin saat itu merupakan anggota pasukan ekspedisi tentara
Jepang yang dikirim ke Manchuria, wilayah Cina timur laut, pada tahun 1928.
Tugas-tugasnya menyebabkan dia bertemu dengan beberapa orang yang berada di
tempat persembunyian, sehingga dia dapat mempelajari ilmu beladiri Cina dari
para guru yang bersembunyi akibat Perang Boxer.
Setelah berlatih secara intensif di
bawah asuhan Wen Tay Sun yang merupakan Mahaguru (Sihang) ke-20 di biara Siauw
Liem (Shaolin), maka So Dosin dijadikan Mahaguru ke-21 di perguruan Giwamonken
Shaolin Utara.
Dari berbagai teknik beladiri yang
dipelajarinya di Cina, dan tambahkan dengan ilmu beladiri yang dipelajari
sebelumnya dari Jepang, dia menciptakan ilmu beladiri sendiri yang diberi nama
Shorinji Kempo, yang sebenarnya merupakan pelafalan Siauw Liem Sie (Shaolinshi)
Kungfu oleh orang Jepang.
Tahun 1946 So Doshin kembali ke Jepang.
Dia melihat masyarakat Jepang mengalami depresi mental dan kehilangan rasa
percaya diri akibat kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Sebagai bentuk rasa
nasionalisme, So Doshin mulai memberikan pendidikan kepada masyarakat. Ketika
dia merasa bahwa hanya dengan kata-kata saja tidak berhasil, maka So Doshin
membuka dojo untuk membangun kembali karakter dan moral masyarakat dengan
menggunakan teknik Shorinji Kempo untuk menarik minat murid baru dan sebagai
sarana untuk mengajarkan filosofi Zen Buddhisme.
B. BIOGRAFI DHOSIN SO
Nakanao
Michiomi – Kaiso
Dilahirkan di suatu desa yang terletak di suatu lereng
gunung kecil di daerah administrasi Okuyama tahun, 1911. Anak sulung dari tiga
bersaudara, ayahnya adalah seorang pegawai biasa. Michiomi kecil ditinggal
ayahnya ketika berumur delapan tahun. Sehingga ia harus mengasuh dua adik
perempuannya ketika ditinggal ibunya untuk bekerja menggantikan ayahnya.
Akhirnya dua saudaranya di asuh oleh keluarga dari ibu, sedangkan Michiomi
pergi ke Manchuria untuk tinggal bersama kakek dari ayahnya. Kakek Michio
adalah anggota Kokyuryukai (Perkumpulan rahasia Ular Naga Hitam). Dan ia juga
seorang yang ahli dalam seni beladiri (budo). Selama 7 tahun kakeknya
mengajarkan permainan pedang dan seni permainan tombak, serta perkelahian tanpa
senjata, Jujutsu.
Bulan mei tahun 1926 Ibu Nakano Michiomi meninggal
dunia, dan iapun kembali ke Jepang. Dan pada tahun yang sama salah satu
saudarinya juga menyusul ibunya, setahun kemudian, 1927, saudara satunya lagi
juga meninggal dunia. Bukan suatu kebetulan juga ketika akan kembali ke Cina kakeknya
juga meninggal ditahun yang sama. Kini Michiomi tinggal sebatang kara, dan
iapun pergi ke Tokyo, yang pada waktu itu terjadi depresi ekonomi setelah PD I.
Perekonomian tidak teratur dan angka pengangguran tinggi.
Agen
Intelegent
Di usai ke 17 tahun, Januari 1928, Michiomi
mendaftarkan diri masuk angkatan perang. Dan ditempatkan di Manchuria sebagai
Special Expeditionary Force, agen pasukan khusus. Ditugaskan pada sekolah
Taoist yang dikepalai oleh Chen Liang. Seorang anggota rahasia Perkumpulan Zaijia
Li, dan kepala perkumpulan Bunga Teratai Putih (Byakuren dalam bahasa
Jepang), sekolah tinju Shaolin Utara ( Shorin). Sebagai murid Chen,
Michiomi mempelajari kempo (Quan Fa – Tinju), dan juga pertama kali
Michiomi berkenalan dengan pengajaran Budha. Pengaruh Budha (Chan-Zen)
sangat kental dengan beladiri cina. Manchuria juga yang mengorganisir waktu itu
perkumpulan rahasia. Tahun 1931 Nakano Michiomi terkena tipus dan dikembalikan
ke Jepang. Bergabung dengan Kesatuan Angkatan Udara I. Ketika latihan terbang
malam, ia terkena seranga jantung, dan harus mendapatkan perawatan hingga 6
bulan. Para dokter memperkirakan waktu hidupnya 1 sampai 3 tahun.
Bulan Oktober 1931, Michiomi kembali ke Manchuria dan
Chen, ditugaskan sebagai agen intelijen. Karena ia berpikir tidak punya umur
panjang, Michiomi memilih untuk melakukan berbagai macam misi. Chen bertanya
padanya, mengapa ia menginginkan kematian lebih cepat. Michiomi menceritakan
apa yang telah dikatakan dokter kepadanya waktu itu. Chen berkata kepada dia,
siapa yang memutuskan hidupmu hanya Cuma setahun? Nasib adalah sesuatu yang
Gaib, di luar ken adalah kematian. Kamu tidak akan mati dengan seketika, kamu
harus berjuang untuk hidup dengan segala usaha. Aku akan merawatmu mulai hari
ini. Michionmi menjalani perawatan dengan pijatan dan teknik akupressur, dalam
bahasa jepang disebut Kemyaku iho. Dan dalam istilah ShorinjiKempo
sekarang disebut dengan Seiho (seitai jutsu).
Dalam melaksanakan misinya, Michiomi menyamar sebagai
gelandangan, menemani Chen. Pada tahun 1932, mereka berada di Beijing, di mana
gurunya Chen, Wen Taizong tinggal di sana. Wen waktu itu adalah guru besar dari
sekolah Shaolin Utara “Yihemen Quan” , atau Giwamon Ken dalam
bahasa Jepang. Pada waktu masih mudah, Wen adalah seorang biarawan kuil
Shaolin, dan akhirnya menjadi guru besar menggantikan Huang Longbai. Lalu Wen
memperkenalkan Michiomi pada Huang, dan akhirnya mengijinkan menjadi muridnya
secara langsung. Huang mengajarkan Michiomi 36 macam kuncian dan teknik gulat
naga, yang disebut Longxi Zhuji. Ia juga mempelajari teknik lemparan Wa
Hua Quan (Goka Ken, Tinju Lima Bunga), yang akhirnya menjadi dasar
prinsip lembut dan keras menjadi satu (Goju Ittai). Setelah mempelajari
beladiri dari kakeknya, kemudian menguasai apa yang telah diajarkan Chen,
Michiomi menerima semua pelajaran dengan cepat. Wen berpikir telah menemukan
seorang yang cukup cakap. Di musim gugur 1936, Wen dan Michiomi menghidiri
upacara di kuil Shaolin, Michiomi di angkat menjadi Guru Besar ke 21 dari
Yihemen Quan. Wen menamai di “Doshin So”, yang berarti Yang Membantu Jalan
Menuju Religius. Dan nama tersebut dipakai sepanjang sisa hidupnya.
Sejak kali pertama bergabung di kuil Shaolin, Doshin amat
terkesan dengan lukisan di dinding yang melukiskan Orang India dan Biarawan
Cina berlatih dengan menyenangkan dan dilakukan bersama-sama. Metode ini
berlawanan dengan pelatihan yang selama ini
dia lakukan, dan ia mengembangkan gagasan, dimana untuk berlatih harus ada
kerja sama dengan pasangannya, untuk kepentingan berdua. Dalam bahasa jepang,
konsep ini dinyatakan sebagai “otagai renshu” (berlatih untuk satu sama
lain), atau “jita kyuraku” (menikmati dengan orang lain).
Soviet
menyerbu Manchuria
Agustus 1945, Soviet menyerbu Manchuria. Angkatan
perang Jepang melarikan diri, dan meninggalkan anak-anak dan para wanita di
Manchuria. Doshin So merasakan perilaku yang kurang berkenan untuk ikut
meninggalkan Manchuria. Akhirnya ia mengalami dua masa pendudukan di Manchuria,
yaitu masa Jepang dan masa Soviet. Ia melihat perilaku dari pemenang perang
waktu itu, bagaimana cara supaya bisa mempertahankan kedudukannya, tak lain
dengan menekan kaum yang lemah. Dan ia pun melihat bagaimana keberanian
seseorang untuk melindungi yang lemah dengan bahkan mengorbankan diri mereka.
Doshin So mengembangkan pemahamannya, bahwa kualitas seseorang bukan dari
kebangsaan mereka tetapi berasal dari individu sendiri.
Ia berkata, ” Di masa damai, orang-orang dapat
menyembunyikan karakter mereka asli mereka, mereka dapat menghias karakter
masing masing, tetapi ketika kekacauan datang, akan terlihat karakter aslinya,
tidak lagi terpengaruh oleh hukum yang ada. Aku mempelajari hal ini dari pengalaman dan penderitaan. Jika kita
ingin mencapai kedamaian, tidak ada jalan/cara lain kecuali menegakkan
kesadaran hukum yang kuat kuat untuk semua, tidak memihak siapapun. Aku merasakan hal ini ketika berada di Manchuria.
Sehingga jika aku dapat kembali ke Jepang, aku akan membuka sekolah swasta
untuk membangun ikatan dan jiwa keberanian, serta kepercayaan di hati orang
orang muda”.
Kaiso Ke
Jepang
Setelah peperangan seselai, orang-orang yang berada di
Cina pulang ke Jepang. So Doshin tetap tinggal di Shenyang bersama
teman-temannya di masyarakat Cina. Hubungan dengan orang-orang tersebut
memungkinkan dia kembali ke Jepang lebih cepat. Teman-teman di Cina mencoba untuk membujuk agar tetap
tinggal di dalam Negeri China, dengan alasan Jepang telah dihancurkan Sekutu.
Kepada teman-temannya Doshin So mengatakan bahwa mungkin Jepang telah hilang,
tetapi ia belum pernah hilang, dan masih sebagai orang Jepang. Ia ingin kembali
ke Jepang untuk membantu, membangun kembali Jepang. So Doshin mendarat pada
Sasebo, daerah di Nagasaki pada tahun 1946. Sepanjang perjalanan pulang tidak
jarang ia menggunakan teknik kempo untuk menghindari gangguan dari penumpang
yang lain.
Akhirnya Doshin ke kota kelahiran ibunya. Dan menginap
di kemenakannya di Osaka. Ia memulai hidup baru dengan menjalankan bisnis
produk bahan kimia bersama temannya dari Cina. Dari sini Doshin dapat bertahan
hidup dan mendapatkan kenyamanan. Pada waktu yang sama, Doshin melihat
penderitaan yang diakibatkan oleh perang, inflasi, kemiskinan, pengangguran,
memicu orang melanggar hukum dan orang tidak mau mendengarkan suara hati untuk
orang lain. Ia ditawari beberapa lahan di Tadotsu, suatu daerah pedesaan dan
pelabuhan di pulau Shikoku, Daerah administrasi Kagawa. Dan akhirnya Tadotsu
telah menjadi Mecca untuk Shorinji Kempo.
Mendirikan
Shorinji Kempo
Doshin So memulai dengan membangun aula kecil, dan
memberi pengajaran dan filosofi pada Oktober 1947. Pada awalnya ia tidak begitu
diterima, karena dianggap orang asing di daerah tersebut, dan juga pengajaran
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang sudah ada. Yang datang untuk
mendengarkan hanya sedikit, tapi yang kembali lagi lebih sedikit lagi.
Ketika So Doshin sedang mempertimbangkan bagaimana
cara yang tepat untuk mengajarkan filosofinya, dalam suatu mimpinya ia bertemu
dengan Bodhidharma, berjenggot dan berpakaian seperti biarawan budha, berjalan
dengan cepat dihadapan So Doshin, ia berusaha berbicara pada Bodhidharma tetapi
tidak dapat mendengarnya, Bodhidharma hanya menunjukkan satu arah dari
tangannya, So Doshin berusaha memahami mimpinya. Akhirnya ia memutuskan untuk
memberikan pengajaran Zen Budhisme, seperti ketika ia belajar di Kuil Shaolin.
Yang kemudian ia gabungkan dengan filosofi yang pernah ia terima. Bukan pengajaran yang berhubungan dengan peperangan
untuk memenangkan lawan, tetapi lebih kepada pelatihan jasmani dan peningkatan
rohani untuk kemajuan bersama. Doshin akhirnya mengorganisir kembali sistem
teknik yang telah ia pelajari sebelumnya dan menyelaraskan dengan pemahamannya
akan Zen Budhisme.
Kota Tadotsu sedang dalam kekacauan, banyak penjahat
dan pasar gelap setelah perang berakhir. So Doshin mengajarkan teknik kempo
kepada muridnya dengan cepat. Dan bersama muridnya turun ke jalan untuk
menantang penjahat yang ada di jalanan, karena ia berpikir, dengan pengguanaan
teknik yang dikuasai untuk kebaikan hal itu adalah benar. Bersama dengan polisi
setempat Doshin So berhasil mengamankan kota.
Untuk memastikan muridnya tidak kembali turun ke
jalan, mereka harus bekerja terlebih dahulu. So Doshin mengajarkan teknik
Beladiri dengan melatih fisik dalam format Zen. Akhirnya makin banyak murid
baru yang bergabung dengan pelatihan tersebut.. Di tahun 1950, Doshin So
membentuk perkumpulan yang bersifat religius, tahun 1951, resmi menjadi
organisasi “Kongo Zen Sohonzan Shorinji”. Dan membentuk sekolah untuk
melatih Shorinji Kempo untuk membentuk pemimpin masa depan waktu itu, yang
bernama sekolah Zenrin Gakuen (akademi hutan zen), sebagai awal dari Nihon
Shorinji Budo Senmon Gakko (Akademi Shorinji Kempo Jepang), yang sering
disebut juga Busen (Budo Senmon).
Dua tahun (1953)
kemudian dia mendirikan Japan Shorinji Kempo Federation.
Sebagian dari diri kalian adalah untuk orang lain,
adalah satu pengajaran didalam Busen. Masing-masing individu harus
berusaha hidup layak. Semboyan Shorinji Kempo dan Kongo Zen yang dikenal sampai
hari ini ” Pikir separuh untuk kebahagiaan milik mu, setengah untuk kebahagiaan
dari yang lain” ( Nakaba wa jiko Nakaba wa jiko shiawase wo, nakaba wa hito
nakaba wa hito shiawase wo). Selama tahun 1950an sering mengadakan
demonstrasi publik untuk publik, seperti embu taikai, sehingga
mempercepat pertumbuhan organisasi.
Tahun 1960, Doshin So muncul di televisi nasional, sehingga semakin
meningkatkan ketenaran Shorinji Kempo pada publik. Di 1963 membentuk ”
Shadan Hojin Nihon Shorinji Kempo Renmei” di kuil Tadotsu, untuk
mempelajari Buddhism yang dipelajari selama di kuil Shaolin Kuil, yaitu
mempelajari penyelesaian suatu sengketa dengan cara penengahan lewan pengajaran
Budha dan mempelajari teknik Beladiri.
Tahun 1974 ia membentuk World Shorinji
Kempo Organization (WSKO). Selama 33 tahun So Doshin mengabdikan hidupnya
membina pemuda pemudi untuk menjadi manusia yang tangguh melalui pendidikan
fisik dan filosofi. Pada
bulan April 1980, So Doshin berkunjung ke biara Siauw Liem (Shaolin) dan
disambut oleh para pendeta di sana. Sebuah monumen berupa patung dirinya hingga
saat ini masih berdiri di halaman biara. Tanggal 12 Mei 1980 So Doshin
meninggal dunia. Presiden WSKO digantikan oleh So Yuki, putrinya yang saat itu
berusia 22 tahun. Dia telah menyusun sistem yang digunakan oleh polisi dan agen
militer di Jepang. Shorinji Kempo bukan hanya dijadikan sebagai suatu ilmu
beladiri dan pendidikan agama, tetapi juga sebagai lembaga yang berjuang untuk
menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Sejak akhir tahun 1959, pemerintah
Jepang menerima mahasiwa dan pemuda Indonesia untuk belajar dan latihan sebagai
salah satu bentuk pembayaran pampasan perang. Sejak itu secara bergelombang
dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia
mendapat kesempatan belajar di Jepang. Tidak sedikit di antara mereka itu
memanfaatkan waktu senggang dan liburannya untuk belajar serta memperdalam seni
beladiri seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.
Sepulangnya di tanah air, mereka bukan
saja menggondol ijazah sesuai dengan bidang studinya tetapi juga memperoleh
tambahan berupa penguasaan seni bela diri seperti tersebut di atas. Pada tahun
1964, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan mahasiswa Indonesia untuk
menyambut tamu-tamu dari tanah airnya, seorang pemuda yang bernama Utin Sahras mendemonstrasikan
kebolehannya bermain Kempo. Ia datang di Jepang pada tahun 1960 dan tinggal di
Tokyo sebagai Trainee Pampasan.
Apa yang didemonstrasikannya itu menarik
minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, diantaranya Indra Kartasasmita
dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya. Mereka lalu datang ke
pusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri itu
dari Sihangnya. Untuk meneruskan warisan seni bela diri itu seperti apa yang
mereka peroleh di Jepang, ketiga pemuda itu, yaitu Utin Sahras (almarhum),
Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita, bertekad melahirkan dan membentuk
suatu wadah yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia), dan
resmi dibentuk pada tanggal 2 Februari 1966. Kini PERKEMI telah melahirkan
ribuan kenshi yang tersebar diseluruh Indonesia.
Selain itu merupakan salah satu
organisasi induk yang bernaung di bawah KONI Pusat, PERKEMI juga menjadi
anggota penuh dari Federasi Kempo se-Dunia atau WSKO (World Shorinji Kempo
Organization), yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang. Sejak
tahun 1966 sampai tahun 1976, PB. PERKEMI mengadakan pemilihan pengurus setiap
dua tahun sekali. Tapi sejak tahun 1976 sampai sekarang masa bakti pengurus
berlangsung selama empat tahun. Sejak didirikannya pada tanggal 2 Februari
1996, PB. PERKEMI telah banyak melakukan kegiatan yang sifatnya lokal, nasional
dan internasional. Tahun 1970 telah diselenggarakan Kejauraan Nasional Kempo
yang pertama di Jakarta, dan sampai sekarang masih terus berlanjut. Begitu juga
dengan Kejuaraan antar Perguruan Tinggi, dimana diadakan pertama kalinya pada
tahun 1971 yang sampai sekarang berjalan terus setiap dua tahun sekali. Selain
itu sejak PON IX / 1977 di Jakarta, Kempo termasuk salah satu cabang olahraga
yang dipertandingkan.
BAB II
AJARAN
SHORINJI KEMPO
A. Shorinji
Kempo dan Doktrin
Kempo, olahraga beladiri sejati yang
kurang promosi, adalah sebuah kalimat dalam judul tulisan olahraga salah satu
media cetak nasional ( Kompas, Rabu, 19 Januari 2005 ) sangat menggelitik untuk
dikaji, karena memang masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang paham
terhadap beladiri kempo. Ketidakpopuleran kempo tidak terlepas dari filosofi
yang dianutnya, sebagai ilmu beladiri semata yang sarat dengan welas asih.
Namun ketidakpopuleran tersebut tidak berarti kempo sulit dipahami.
Kasih sayang tanpa kekuatan adalah
kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman. Begitulah bunyi
doktrin shorinji kempo, sebuah doktrin yang menjadi ruh sekaligus inti ajaran
bagi para kenshi yang mendalami seni beladiri shorinji kempo. Seni beladiri
yang bercorak defensif, dilarang menyerang sebelum diserang.
Kendati jurus-jurusnya bisa mematikan
lawan, shorinji kempo selalu menekankan, perangilah dirimu sebelum memerangi
orang lain. Kempo adalah keseimbangan antara kekuatan dan moral. Jika tidak
seimbang, hanya kekuatan saja kenshi akan jadi preman, tetapi jika hanya moral
saja akan menjadi suatu kelemahan. Oleh karena itu belajar kempo harus
memadukan keduanya untuk dikuasai. Secara teknis, gerakan kempo sarat dengan
filosofi beladiri yang harus dipahami dengan cermat dan hal ini akan sangat
membantu memudahkan mempelajarinya.
Shorinji Kempo dilandasi prinsip BUDO,
yaitu secara harfiah menghentikan pertarungan, dalam arti sebenarnya adalah
sebuah seni beladiri dimaksudkan bukan untuk berkelahi, berperang atau membunuh
manusia, tetapi dimaksudkan untuk menghentikan konflik
antar manusia dan membentuk sebuah budaya damai, dalam hal ini Budo memerankan
peran moral yang lebih baik dalam masyarakat dan bukan sebagai alat pemusnah.
Dalam hal ini tujuan berlatih kempo merupakan modal dasar pembangunan moral
dalam lingkungan.
Karena seni bela diri kempo waktu itu
menjadi sebagian dari latihan bagi para calon Bikshu, dengan sendirinya ilmu
itu harus mempunyai dasar falsafah yang kuat. Dengan dilandasi agama Budha,
yaitu membunuh dan menyakiti, maka semua KENSHI (pemain Kempo) dilarang
menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini menjadi doktrin Kempo,
bahwa "perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain".
Berdasarkan doktrin ini mempengaruhi pula susunan beladiri ini, sehingga
gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru
kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut
keadaan serangan lawan.
Dharma selalu mengajarkan bahwa
disamping dilarang menyerang juga tidak selalu setiap serangan dibalas dengan
kekerasan. Sehingga dalam ilmu Kempo itu lahirlah apa yang berbentuk mengelak
saja. Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan bila
terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan, berupa
tendangan, sikutan, pukulan dan sebagainya. Bentuk yang pertama dikenal sebagai
JUHO dan yang berikutnya sebagai GOHO.
Setiap kenshi diharuskan menguasai
teknik GOHO (keras) dan JUHO (lunak), artinya tidak dibenarkan apabila hanya
mementingkan pukulan dan tendangan saja dengan melupakan bantingan dan
lipatan-lipatan.
Dalam ilmu beladiri Kempo
terdapat 6 dasar falsafah, yaitu: ken zen ichi nio, syu shu ko ju, fusatsu
fugai, kumite shutai, go ju ittai, dan riki ai funi.
a.
KEN ZEN
ICHI NIO
Ken : Berkelahi
Zen : Bersemedi
Ichi : Satu
Nio
: Badan
Dalam hal ini diartikan bahwa Shorinji Kempo bersemedi dan berkelahi
dilakukan dalam satu badan.
b.
SYU SHU KO
JU
Syu : Yang diutamakan
Shu : Bertahan
Ko : Menyerang
Ju : Disesuaikan
Di dalam ilmu beladiri Shorinji Kempo lebih diutamakan bertahan daripada
menyerang, serangannya pun disesuaikan dengan keadaan lawan.
c.
FUSATSU
FUGAI
Fu : Tidak/tanpa
Satsu : membunuh
Gai : Menyakiti/merugikan
Di dalam ilmu beladiri Shorinji Kempo harus diusahakan untuk mengalahkan
lawan tanpa membunuh serta menyakiti atau merugikan lawan.
d.
KUMITE
SHUTAI
Kumite : Berpasangan
Shutai : Diutamakan
Di dalam ilmu beladiri Shorinji Kempo diharuskan berlatih secara
berpasangan.
e.
GO JU ITTAI
Go : Kasar
Ju : Lemah
Ittai : Bersama-sama
Di dalam latihan beladiri Shorinji Kempo bahwa mengerjakan pelajaran
yang diberikan gerakan kasar dan lemah selalu dikerjakan bersama-sama.
f.
RIKI AI
FUNI (Penyatuan Kekuatan dan Rasa Welas Asih / Kasih Sayang)
Seperti kita ketahui bahwa falsafah atau ajaran/doktrin Shorinji Kempo
adalah:
“ Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman dan kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan”.
“ Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman dan kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan”.
Kekuatan, digambarkan oleh arah maji yang berputar ke kanan. Kasih
sayang digambarkan oleh arah manji yang berputar ke kiri yang terletak di dada
kiri. Di balik kasih sayang ini (artinya dari sebelah dalam dogi (seragam
latihan), terdapat manji yang berputar ke kanan yang artinya kekuatan. Doktrin
terpadu antara kuat dan kasih, istilah ini di dalam istilah Jepang disebut
sebagai Riki Ai Fu Ni.
C. Janji dan Ikrar Kenshi
JANJI
Kami Berjanji :
·
Akan tetap
bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, menghormati atasan, tidak meremehkan
bawahan, saling mengasihi, saling menolong demi kelangsungan Kempo.
·
Akan taat kepada
pimpinan, mengikuti latihan tanpa keraguan sebagai insan yang murni
·
Akan mengamalkan
Kempo bagi masyarakat banyak dan tidak hanya untuk kepentingan pribadi.
Demi tahan air, demi persaudaraan, demi kemanusiaan.
IKRAR
Kami Putera Indonesia,
·
Pencinta tanah
air, bertekad mempertinggi martabat bangsa.
·
Pembela
kebenaran dan keadilan, berperikemanusiaan, bersopan santun, senantiasa
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.
Demi tahan air, demi persaudaraan, demi kemanusiaan
D. Lima Syarat/Unsur Serangan (Atemi No Go
Yosho)
Betapapun
kerasnya pukulan, tendangan, atau atemi lainnya tidak akan efektif tanpa
memenuhi seluruh lima sayarat/unsur serangan. Adapun kelima unsur tersebut
yaitu:
1. KYU SHO (titik kelemahan)
Di dalam tubuh manusia ini
terdapat banyak sekali titik kel;emahan. Penting sekali bagi kita untuk
menghafal dan dengan sekejap dapat menemukan letaknya titik kelemahan tersebut,
terlebih-lebih terhadap badan yang sedang bergerak. Secara umum titik kelemahan
yang dikenal untuk permainan Kempo ada 138 tempat. Oleh karena itu, menjadi
syarat utama untuk dengan sempurna memasukkan serangan kita ke titik kelemahan
tersebut.
2. MA AI (jarak sasaran)
Penting untuk diingat dan dirasa penentuan jarak
jangkau antara lawan dan kita. Jarak di sini bukannya agar dapat mengenai
sasaran saja, tetapi sasaran tersebut harus kena pada saat pukulan/tendangan
kita mencapai titik optimumnya, dengan keadaan kuda-kuda (gamae) yang
terkuat. Oleh karena itu setelah jarak yang cukup, maka harus diperhitungkan
agar gerak pundak, pinggul, dan sebagainya agar serangan bisa dilakukan secara
optimal.
3. KAKU DO (sudut sasaran)
Untuk lebih mengefektifkan serangan maka tidak
semua titik kelemahan dapat dimatikan dengan serangan yang sama. Serangan ke Sui-Getsu
misalnya hanya efektif pada sudut 10 sampai 15 derajat. Demikian juga titik
kelemahan lain, akan berbeda pula sudut serangannya.
4. SHYOKU DO (kecepatan)
Dalam melaksanakan serangan semakin cepat
serangan itu mendarat, maka akan semakin baik. Hal ini bukan berarti bahwa
serangan itu harus dilakukan terburu-buru, melainkan kecepatan menuju sasaran.
Betapa kerasnya otot-otot kita akan terkalahkan oleh speed serangan yang
mengenai titik kelemahan. Sarung tinju yang berisi spons yang kenyal dan lembek
itupun jika dilancarkan dengan kecepatan tinggi dapat menghasilkan knock
out. Sebagai contoh lipatan kertas koran jika disabetkan dengan kecepatan
tinggi dapat memutuskan sumpit. Memukul benda-benda keras bukan hanya melukai
kulit luar saja tetapi sesuai dengan jaringan-jaringan syaraf yang juga rusak,
maka akan membawa akibat kelainan-kelainan internal tubuh lawan.
5. KYO JITSU (kebulatan tekad)
Kebulatan tekad/hati di sini mencakup kebulatan
mental dan pisik, artinya kita siap lahir batin untuk melancarkan serangan
dengan segala konsekuensinya. Sebenarnya ketika melakukan atemi itu
bukan hanya untuk menyerang tenaga lawan, tetapi juga mental lawan. Kyu
Jitsu pisik diperlihatkan dalam sikap kuda-kuda (gamae) kita.
Kyu Jitsu mental misalnya ketika kita
“lengah” atau “kendor” semangat kita, maka saat beberapa detik itu dapat
mengakibatkan kecelakaan fatal bagi kita. Begitu pula pada saat melakukan
serangan pada keadaan tidak siap tersebut dapat membuat pukulan/tendangan
menjadi tidak berisi atau terbaca lawan, sehingga tenaga yang dikeluarkan
menjadi sia-sia.
Demikianlah jika seorang kenshi ingin
mendapatkan serangan yang efektif, bertenaga, dan mantap maka tidak boleh ada
satu syarat pun tertinggal. Tidak ada cara lain untuk menyempurnakan refleks,
kecepatan, pengenalan titik kelemahan, dan sebagainya, selain berlatih keras
dan penuh variasi gerajan di Dojo dengan dilengkapi alat-alat/fasilitas
untuk mempraktekkan serangan dengan sesungguhnya.
E. MANFAAT LATIHAN
Apabila
seorang kenshi berlatih dengantekun dan benar, maka dia akan merasakan
manfaat-manfaat yang didapat di dalam latihan, yaitu:
1. Kepercayaan Diri Bertambah
Tanpa Harus bertindak over acting atau sok
jagoan, seorang kenshi akan tetap waspada dan percaya bahwa dia dapat
melindungi dirinya atau orang lain di sekitarnya dalam batas yang wajar,
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Kuat Fisik dan Mental
Dengan latihan yang tekun dan terus menerus, kondisi
fisik kiata akan bertambah baik dan kuat. Fungsi otot, denyut jantung serta
pernafasan yang terlatih akan banyak pengaruhnya bagi kesehatan. Dengan
disiplin yang diterapkan pelatih, mental kenshi pun akan bertambah baik.
Diharapkan sikap-sikap kesatria dan kasih sayang sesama manusia yang diajarkan
Shorinji Kempo akan melekat dalam sanubari setiap kenshi baik di dalam maupun
di luar latihan.
3. Menguasai Diri
Teknik-teknik yang diajarkan di dalam Shorinji kempo
sangat berbahaya bahkan bisa mematikan. Oleh karena itu setiap kenshi dituntut
untuk bisa mengendalikan diri dan mengontrol emosi baik ketika berlatih maupun
berhadapan dengan lawan.
4. Beladiri
Hanya di dalam keadaan terpaksa dan tidak ada pilihan
lain seorang kenshi diperbolehkan mempergunakan teknik-teknik Kempo yang
dipelajarinya, yakni untuk membela diri.
F.
Sumber:
Buku Pelajaran DAN I edisi I. Jakarta : PB.PERKEMI. 1990
Buku Pelajaran KYU II edisi I. Jakarta : PB.PERKEMI.1990
Buku Pelajaran KYU III edisi I. Jakarta : PB.PERKEMI.1990
catatan file ini saya peroleh dari sinpei saya. terimakasih banyak dan mohon maaffff sebesar-besarnya
Izin share isinya tuk belajar y? Ossh ...
BalasHapus