Sabtu, 07 Juli 2012

Materi Shorinji Kempo


BAB I
SEJARAH SHORINJI KEMPO


A.  MUNCULNYA ALIRAN SHAOLIN

          Di dataran Tiongkok dahulu ada empat partai silat terbesar, yaitu Siauw Liem Pay, Bu Tong Pay, Go Bi Pay dan Kun Lun Pay. Bagi teman-teman yang gemar membaca serial silat yang ditulis oleh Kho Ping Ho tentu tidak asing lagi dengan nama-nama ini.
          Kungfu Siauw Liem Pay diajarkan di biara-biara Siauw Liem (Shaolin), biara Buddha aliran Zen, atau disebut Zen Buddhisme. Biara dalam bahasa Tiongkok disebut Sie atau Shi, sehingga biara Siauw Liem (Shaolin) disebut Siauw Liem Sie (Shaolinshi).
          Pendiri aliran kungfu Siauw Liem yang sangat legendaris ini adalah Boddhidharma atau Ponitorm, yang di Cina dikenal dengan nama Tatmo Chowsu dan di Jepang dikenal dengan nama Daruma atau Dharma Taishi. Ia adalah seorang pendeta Buddha terkenal yang juga merupakan putra Raja India Selatan. Boddhidharma yang berasal dari Baromon India ini meninggalkan kemewahan istana dan mengembara ke Cina sekitar tahun 540 Masehi untuk menyebarkan dan membetulkan agama Budha yang dianggapnya menyimpang selama ini di Kerajaan Liang dibawah Kaisar Wu.
          Karena berbeda pandangan dengan Kaisar Wu mengenai agama Budha, ia diusir dan kemudian mengasingkan diri di sebuah kuil yang sudah rusak di pegunungan Sung di bagian selatan Loyang, ibukota Kerajaan Wei. Kuil ini sudah dibangun bertahun-tahun sebelumnya di sebuah lokasi kebakaran hutan. Saat dibangun, para pekerja kebun menanam beberapa pohon jenis baru. Karenanya kuil tersebut diberi nama Shaolin (bahasa Mandarin) atau Si Lim (bahasa Kanton) yang artinya hutan baru. Di situlah ia melanjutkan pengajarannya dalam agama Budha dan menjadi cikal bakal sekte Zen. Awalnya Boddhidharma ditolak oleh para pendeta di kuil itu. Ia lalu memutuskan untuk bermeditasi (zazen) di gua dekat biara. Setelah sekitar 9 tahun bersemedi, para pendeta kemudian menerimanya.
          Boddhidharma melihat kondisi fisik dan kesehatan para pendeta pada waktu itu kurang baik. Karena kondisi seperti itu, para pendeta sampai tidak bisa melakukan meditasi. Boddhidharma pun melatih mereka supaya kondisi kesehatan kembali prima. Selain itu, bertambah banyaknya murid-murid di biara Siauw Liem membuat beberapa orang tidak senang sehingga muncul beberapa gangguan, termasuk gangguan dari para penyamun. Latihan olahraga sekaligus ilmu beladiri yang dia ajarkan disusun dari ilmu beladiri dari Hindustan yang dia kuasai digabung dengan kungfu Cina purba yang diatur dengan ilmu pernafasan Kamfahama Yoga Dahtayana.
          Dia pun memberikan Buku Kekuatan Fisik kepada murid-muridnya, suatu buku petunjuk mengenai latihan fisik. Buku ini mengajarkan teknik pukulan yang dinamakan 18 Arhat, yang kemudian menjadi terkenal sebagai Shaolin Chuan.
Ketika para pendeta biara Siauw Liem mempergunakan teknik beladiri ini saat menolong masyarakat, orang-orang sangat kagum dengan kelihaian para pendeta dalam memainkan teknik beladiri baru ini. Maka orang-orang menyebutnya sebagai ilmu beladiri dari biara Siauw Liem, dalam bahasa mereka disebut Siauw Liem Sie Kungfu atau Shaolinshi Kungfu.

Shaolin dan Shorinji Kempo
So Doshin, lahir tahun 1911 di sebuah desa yang terletak di bukit di atas kota Okayama, Jepang. Pada usia 17 tahun dia ditugaskan oleh pemerintah Jepang untuk menjadi agen khusus di Cina. Dalam suatu catatan sejarah, So Doshin saat itu merupakan anggota pasukan ekspedisi tentara Jepang yang dikirim ke Manchuria, wilayah Cina timur laut, pada tahun 1928. Tugas-tugasnya menyebabkan dia bertemu dengan beberapa orang yang berada di tempat persembunyian, sehingga dia dapat mempelajari ilmu beladiri Cina dari para guru yang bersembunyi akibat Perang Boxer.
Setelah berlatih secara intensif di bawah asuhan Wen Tay Sun yang merupakan Mahaguru (Sihang) ke-20 di biara Siauw Liem (Shaolin), maka So Dosin dijadikan Mahaguru ke-21 di perguruan Giwamonken Shaolin Utara.
Dari berbagai teknik beladiri yang dipelajarinya di Cina, dan tambahkan dengan ilmu beladiri yang dipelajari sebelumnya dari Jepang, dia menciptakan ilmu beladiri sendiri yang diberi nama Shorinji Kempo, yang sebenarnya merupakan pelafalan Siauw Liem Sie (Shaolinshi) Kungfu oleh orang Jepang.
Tahun 1946 So Doshin kembali ke Jepang. Dia melihat masyarakat Jepang mengalami depresi mental dan kehilangan rasa percaya diri akibat kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Sebagai bentuk rasa nasionalisme, So Doshin mulai memberikan pendidikan kepada masyarakat. Ketika dia merasa bahwa hanya dengan kata-kata saja tidak berhasil, maka So Doshin membuka dojo untuk membangun kembali karakter dan moral masyarakat dengan menggunakan teknik Shorinji Kempo untuk menarik minat murid baru dan sebagai sarana untuk mengajarkan filosofi Zen Buddhisme.
B.  BIOGRAFI DHOSIN SO
Nakanao Michiomi – Kaiso
Gambar 1.1 Dhosin So          Dilahirkan di suatu desa yang terletak di suatu lereng gunung kecil di daerah administrasi Okuyama tahun, 1911. Anak sulung dari tiga bersaudara, ayahnya adalah seorang pegawai biasa. Michiomi kecil ditinggal ayahnya ketika berumur delapan tahun. Sehingga ia harus mengasuh dua adik perempuannya ketika ditinggal ibunya untuk bekerja menggantikan ayahnya. Akhirnya dua saudaranya di asuh oleh keluarga dari ibu, sedangkan Michiomi pergi ke Manchuria untuk tinggal bersama kakek dari ayahnya. Kakek Michio adalah anggota Kokyuryukai (Perkumpulan rahasia Ular Naga Hitam). Dan ia juga seorang yang ahli dalam seni beladiri (budo). Selama 7 tahun kakeknya mengajarkan permainan pedang dan seni permainan tombak, serta perkelahian tanpa senjata, Jujutsu.
          Bulan mei tahun 1926 Ibu Nakano Michiomi meninggal dunia, dan iapun kembali ke Jepang. Dan pada tahun yang sama salah satu saudarinya juga menyusul ibunya, setahun kemudian, 1927, saudara satunya lagi juga meninggal dunia. Bukan suatu kebetulan juga ketika akan kembali ke Cina kakeknya juga meninggal ditahun yang sama. Kini Michiomi tinggal sebatang kara, dan iapun pergi ke Tokyo, yang pada waktu itu terjadi depresi ekonomi setelah PD I. Perekonomian tidak teratur dan angka pengangguran tinggi.

Agen Intelegent
          Di usai ke 17 tahun, Januari 1928, Michiomi mendaftarkan diri masuk angkatan perang. Dan ditempatkan di Manchuria sebagai Special Expeditionary Force, agen pasukan khusus. Ditugaskan pada sekolah Taoist yang dikepalai oleh Chen Liang. Seorang anggota rahasia Perkumpulan Zaijia Li, dan kepala perkumpulan Bunga Teratai Putih (Byakuren dalam bahasa Jepang), sekolah tinju Shaolin Utara ( Shorin). Sebagai murid Chen, Michiomi mempelajari kempo (Quan Fa – Tinju), dan juga pertama kali Michiomi berkenalan dengan pengajaran Budha. Pengaruh Budha (Chan-Zen) sangat kental dengan beladiri cina. Manchuria juga yang mengorganisir waktu itu perkumpulan rahasia. Tahun 1931 Nakano Michiomi terkena tipus dan dikembalikan ke Jepang. Bergabung dengan Kesatuan Angkatan Udara I. Ketika latihan terbang malam, ia terkena seranga jantung, dan harus mendapatkan perawatan hingga 6 bulan. Para dokter memperkirakan waktu hidupnya 1 sampai 3 tahun.
          Bulan Oktober 1931, Michiomi kembali ke Manchuria dan Chen, ditugaskan sebagai agen intelijen. Karena ia berpikir tidak punya umur panjang, Michiomi memilih untuk melakukan berbagai macam misi. Chen bertanya padanya, mengapa ia menginginkan kematian lebih cepat. Michiomi menceritakan apa yang telah dikatakan dokter kepadanya waktu itu. Chen berkata kepada dia, siapa yang memutuskan hidupmu hanya Cuma setahun? Nasib adalah sesuatu yang Gaib, di luar ken adalah kematian. Kamu tidak akan mati dengan seketika, kamu harus berjuang untuk hidup dengan segala usaha. Aku akan merawatmu mulai hari ini. Michionmi menjalani perawatan dengan pijatan dan teknik akupressur, dalam bahasa jepang disebut Kemyaku iho. Dan dalam istilah ShorinjiKempo sekarang disebut dengan Seiho (seitai jutsu).
          Dalam melaksanakan misinya, Michiomi menyamar sebagai gelandangan, menemani Chen. Pada tahun 1932, mereka berada di Beijing, di mana gurunya Chen, Wen Taizong tinggal di sana. Wen waktu itu adalah guru besar dari sekolah Shaolin Utara “Yihemen Quan” , atau Giwamon Ken dalam bahasa Jepang. Pada waktu masih mudah, Wen adalah seorang biarawan kuil Shaolin, dan akhirnya menjadi guru besar menggantikan Huang Longbai. Lalu Wen memperkenalkan Michiomi pada Huang, dan akhirnya mengijinkan menjadi muridnya secara langsung. Huang mengajarkan Michiomi 36 macam kuncian dan teknik gulat naga, yang disebut Longxi Zhuji. Ia juga mempelajari teknik lemparan Wa Hua Quan (Goka Ken, Tinju Lima Bunga), yang akhirnya menjadi dasar prinsip lembut dan keras menjadi satu (Goju Ittai). Setelah mempelajari beladiri dari kakeknya, kemudian menguasai apa yang telah diajarkan Chen, Michiomi menerima semua pelajaran dengan cepat. Wen berpikir telah menemukan seorang yang cukup cakap. Di musim gugur 1936, Wen dan Michiomi menghidiri upacara di kuil Shaolin, Michiomi di angkat menjadi Guru Besar ke 21 dari Yihemen Quan. Wen menamai di “Doshin So”, yang berarti Yang Membantu Jalan Menuju Religius. Dan nama tersebut dipakai sepanjang sisa hidupnya.
          Sejak kali pertama bergabung di kuil Shaolin, Doshin amat terkesan dengan lukisan di dinding yang melukiskan Orang India dan Biarawan Cina berlatih dengan menyenangkan dan dilakukan bersama-sama. Metode ini berlawanan dengan pelatihan yang selama ini dia lakukan, dan ia mengembangkan gagasan, dimana untuk berlatih harus ada kerja sama dengan pasangannya, untuk kepentingan berdua. Dalam bahasa jepang, konsep ini dinyatakan sebagai “otagai renshu” (berlatih untuk satu sama lain), atau “jita kyuraku” (menikmati dengan orang lain).

Soviet menyerbu Manchuria
          Agustus 1945, Soviet menyerbu Manchuria. Angkatan perang Jepang melarikan diri, dan meninggalkan anak-anak dan para wanita di Manchuria. Doshin So merasakan perilaku yang kurang berkenan untuk ikut meninggalkan Manchuria. Akhirnya ia mengalami dua masa pendudukan di Manchuria, yaitu masa Jepang dan masa Soviet. Ia melihat perilaku dari pemenang perang waktu itu, bagaimana cara supaya bisa mempertahankan kedudukannya, tak lain dengan menekan kaum yang lemah. Dan ia pun melihat bagaimana keberanian seseorang untuk melindungi yang lemah dengan bahkan mengorbankan diri mereka. Doshin So mengembangkan pemahamannya, bahwa kualitas seseorang bukan dari kebangsaan mereka tetapi berasal dari individu sendiri.
          Ia berkata, ” Di masa damai, orang-orang dapat menyembunyikan karakter mereka asli mereka, mereka dapat menghias karakter masing masing, tetapi ketika kekacauan datang, akan terlihat karakter aslinya, tidak lagi terpengaruh oleh hukum yang ada. Aku mempelajari hal ini dari pengalaman dan penderitaan. Jika kita ingin mencapai kedamaian, tidak ada jalan/cara lain kecuali menegakkan kesadaran hukum yang kuat kuat untuk semua, tidak memihak siapapun. Aku merasakan hal ini ketika berada di Manchuria. Sehingga jika aku dapat kembali ke Jepang, aku akan membuka sekolah swasta untuk membangun ikatan dan jiwa keberanian, serta kepercayaan di hati orang orang muda”.

Kaiso Ke Jepang
          Setelah peperangan seselai, orang-orang yang berada di Cina pulang ke Jepang. So Doshin tetap tinggal di Shenyang bersama teman-temannya di masyarakat Cina. Hubungan dengan orang-orang tersebut memungkinkan dia kembali ke Jepang lebih cepat. Teman-teman di Cina mencoba untuk membujuk agar tetap tinggal di dalam Negeri China, dengan alasan Jepang telah dihancurkan Sekutu. Kepada teman-temannya Doshin So mengatakan bahwa mungkin Jepang telah hilang, tetapi ia belum pernah hilang, dan masih sebagai orang Jepang. Ia ingin kembali ke Jepang untuk membantu, membangun kembali Jepang. So Doshin mendarat pada Sasebo, daerah di Nagasaki pada tahun 1946. Sepanjang perjalanan pulang tidak jarang ia menggunakan teknik kempo untuk menghindari gangguan dari penumpang yang lain.
          Akhirnya Doshin ke kota kelahiran ibunya. Dan menginap di kemenakannya di Osaka. Ia memulai hidup baru dengan menjalankan bisnis produk bahan kimia bersama temannya dari Cina. Dari sini Doshin dapat bertahan hidup dan mendapatkan kenyamanan. Pada waktu yang sama, Doshin melihat penderitaan yang diakibatkan oleh perang, inflasi, kemiskinan, pengangguran, memicu orang melanggar hukum dan orang tidak mau mendengarkan suara hati untuk orang lain. Ia ditawari beberapa lahan di Tadotsu, suatu daerah pedesaan dan pelabuhan di pulau Shikoku, Daerah administrasi Kagawa. Dan akhirnya Tadotsu telah menjadi Mecca untuk Shorinji Kempo.

Mendirikan Shorinji Kempo
          Doshin So memulai dengan membangun aula kecil, dan memberi pengajaran dan filosofi pada Oktober 1947. Pada awalnya ia tidak begitu diterima, karena dianggap orang asing di daerah tersebut, dan juga pengajaran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang sudah ada. Yang datang untuk mendengarkan hanya sedikit, tapi yang kembali lagi lebih sedikit lagi.
          Ketika So Doshin sedang mempertimbangkan bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkan filosofinya, dalam suatu mimpinya ia bertemu dengan Bodhidharma, berjenggot dan berpakaian seperti biarawan budha, berjalan dengan cepat dihadapan So Doshin, ia berusaha berbicara pada Bodhidharma tetapi tidak dapat mendengarnya, Bodhidharma hanya menunjukkan satu arah dari tangannya, So Doshin berusaha memahami mimpinya. Akhirnya ia memutuskan untuk memberikan pengajaran Zen Budhisme, seperti ketika ia belajar di Kuil Shaolin. Yang kemudian ia gabungkan dengan filosofi yang pernah ia terima. Bukan pengajaran yang berhubungan dengan peperangan untuk memenangkan lawan, tetapi lebih kepada pelatihan jasmani dan peningkatan rohani untuk kemajuan bersama. Doshin akhirnya mengorganisir kembali sistem teknik yang telah ia pelajari sebelumnya dan menyelaraskan dengan pemahamannya akan Zen Budhisme.
          Kota Tadotsu sedang dalam kekacauan, banyak penjahat dan pasar gelap setelah perang berakhir. So Doshin mengajarkan teknik kempo kepada muridnya dengan cepat. Dan bersama muridnya turun ke jalan untuk menantang penjahat yang ada di jalanan, karena ia berpikir, dengan pengguanaan teknik yang dikuasai untuk kebaikan hal itu adalah benar. Bersama dengan polisi setempat Doshin So berhasil mengamankan kota.
          Untuk memastikan muridnya tidak kembali turun ke jalan, mereka harus bekerja terlebih dahulu. So Doshin mengajarkan teknik Beladiri dengan melatih fisik dalam format Zen. Akhirnya makin banyak murid baru yang bergabung dengan pelatihan tersebut.. Di tahun 1950, Doshin So membentuk perkumpulan yang bersifat religius, tahun 1951, resmi menjadi organisasi “Kongo Zen Sohonzan Shorinji”. Dan membentuk sekolah untuk melatih Shorinji Kempo untuk membentuk pemimpin masa depan waktu itu, yang bernama sekolah Zenrin Gakuen (akademi hutan zen), sebagai awal dari Nihon Shorinji Budo Senmon Gakko (Akademi Shorinji Kempo Jepang), yang sering disebut juga Busen (Budo Senmon). Dua tahun (1953) kemudian dia mendirikan Japan Shorinji Kempo Federation.
          Sebagian dari diri kalian adalah untuk orang lain, adalah satu pengajaran didalam Busen. Masing-masing individu harus berusaha hidup layak. Semboyan Shorinji Kempo dan Kongo Zen yang dikenal sampai hari ini ” Pikir separuh untuk kebahagiaan milik mu, setengah untuk kebahagiaan dari yang lain” ( Nakaba wa jiko Nakaba wa jiko shiawase wo, nakaba wa hito nakaba wa hito shiawase wo). Selama tahun 1950an sering mengadakan demonstrasi publik untuk publik, seperti embu taikai, sehingga mempercepat pertumbuhan organisasi.
          Tahun 1960, Doshin So muncul di televisi nasional, sehingga semakin meningkatkan ketenaran Shorinji Kempo pada publik. Di 1963 membentuk ” Shadan Hojin Nihon Shorinji Kempo Renmei” di kuil Tadotsu, untuk mempelajari Buddhism yang dipelajari selama di kuil Shaolin Kuil, yaitu mempelajari penyelesaian suatu sengketa dengan cara penengahan lewan pengajaran Budha dan mempelajari teknik Beladiri.
Tahun 1974 ia membentuk World Shorinji Kempo Organization (WSKO). Selama 33 tahun So Doshin mengabdikan hidupnya membina pemuda pemudi untuk menjadi manusia yang tangguh melalui pendidikan fisik dan filosofi. Pada bulan April 1980, So Doshin berkunjung ke biara Siauw Liem (Shaolin) dan disambut oleh para pendeta di sana. Sebuah monumen berupa patung dirinya hingga saat ini masih berdiri di halaman biara. Tanggal 12 Mei 1980 So Doshin meninggal dunia. Presiden WSKO digantikan oleh So Yuki, putrinya yang saat itu berusia 22 tahun. Dia telah menyusun sistem yang digunakan oleh polisi dan agen militer di Jepang. Shorinji Kempo bukan hanya dijadikan sebagai suatu ilmu beladiri dan pendidikan agama, tetapi juga sebagai lembaga yang berjuang untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

C.  SEJARAH SHORINJI KEMPO DI INDONESIA
Sejak akhir tahun 1959, pemerintah Jepang menerima mahasiwa dan pemuda Indonesia untuk belajar dan latihan sebagai salah satu bentuk pembayaran pampasan perang. Sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai tahun 1965, ratusan mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan belajar di Jepang. Tidak sedikit di antara mereka itu memanfaatkan waktu senggang dan liburannya untuk belajar serta memperdalam seni beladiri seperti Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.
Sepulangnya di tanah air, mereka bukan saja menggondol ijazah sesuai dengan bidang studinya tetapi juga memperoleh tambahan berupa penguasaan seni bela diri seperti tersebut di atas. Pada tahun 1964, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan mahasiswa Indonesia untuk menyambut tamu-tamu dari tanah airnya, seorang pemuda yang bernama Utin Sahras mendemonstrasikan kebolehannya bermain Kempo. Ia datang di Jepang pada tahun 1960 dan tinggal di Tokyo sebagai Trainee Pampasan.
Apa yang didemonstrasikannya itu menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, diantaranya Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa orang lainnya. Mereka lalu datang ke pusat Shorinji Kempo di kota Tadotsu untuk menimba langsung seni bela diri itu dari Sihangnya. Untuk meneruskan warisan seni bela diri itu seperti apa yang mereka peroleh di Jepang, ketiga pemuda itu, yaitu Utin Sahras (almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita, bertekad melahirkan dan membentuk suatu wadah yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia), dan resmi dibentuk pada tanggal 2 Februari 1966. Kini PERKEMI telah melahirkan ribuan kenshi yang tersebar diseluruh Indonesia.
Selain itu merupakan salah satu organisasi induk yang bernaung di bawah KONI Pusat, PERKEMI juga menjadi anggota penuh dari Federasi Kempo se-Dunia atau WSKO (World Shorinji Kempo Organization), yang berpusat di kuil Shorinji Kempo di kota Tadotsu, Jepang. Sejak tahun 1966 sampai tahun 1976, PB. PERKEMI mengadakan pemilihan pengurus setiap dua tahun sekali. Tapi sejak tahun 1976 sampai sekarang masa bakti pengurus berlangsung selama empat tahun. Sejak didirikannya pada tanggal 2 Februari 1996, PB. PERKEMI telah banyak melakukan kegiatan yang sifatnya lokal, nasional dan internasional. Tahun 1970 telah diselenggarakan Kejauraan Nasional Kempo yang pertama di Jakarta, dan sampai sekarang masih terus berlanjut. Begitu juga dengan Kejuaraan antar Perguruan Tinggi, dimana diadakan pertama kalinya pada tahun 1971 yang sampai sekarang berjalan terus setiap dua tahun sekali. Selain itu sejak PON IX / 1977 di Jakarta, Kempo termasuk salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.



BAB II
 AJARAN SHORINJI KEMPO

A.  Shorinji Kempo dan Doktrin
Kempo, olahraga beladiri sejati yang kurang promosi, adalah sebuah kalimat dalam judul tulisan olahraga salah satu media cetak nasional ( Kompas, Rabu, 19 Januari 2005 ) sangat menggelitik untuk dikaji, karena memang masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang paham terhadap beladiri kempo. Ketidakpopuleran kempo tidak terlepas dari filosofi yang dianutnya, sebagai ilmu beladiri semata yang sarat dengan welas asih. Namun ketidakpopuleran tersebut tidak berarti kempo sulit dipahami.
Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman. Begitulah bunyi doktrin shorinji kempo, sebuah doktrin yang menjadi ruh sekaligus inti ajaran bagi para kenshi yang mendalami seni beladiri shorinji kempo. Seni beladiri yang bercorak defensif, dilarang menyerang sebelum diserang.
Kendati jurus-jurusnya bisa mematikan lawan, shorinji kempo selalu menekankan, perangilah dirimu sebelum memerangi orang lain. Kempo adalah keseimbangan antara kekuatan dan moral. Jika tidak seimbang, hanya kekuatan saja kenshi akan jadi preman, tetapi jika hanya moral saja akan menjadi suatu kelemahan. Oleh karena itu belajar kempo harus memadukan keduanya untuk dikuasai. Secara teknis, gerakan kempo sarat dengan filosofi beladiri yang harus dipahami dengan cermat dan hal ini akan sangat membantu memudahkan mempelajarinya.
Shorinji Kempo dilandasi prinsip BUDO, yaitu secara harfiah menghentikan pertarungan, dalam arti sebenarnya adalah sebuah seni beladiri dimaksudkan bukan untuk berkelahi, berperang atau membunuh manusia, tetapi dimaksudkan untuk menghentikan konflik antar manusia dan membentuk sebuah budaya damai, dalam hal ini Budo memerankan peran moral yang lebih baik dalam masyarakat dan bukan sebagai alat pemusnah. Dalam hal ini tujuan berlatih kempo merupakan modal dasar pembangunan moral dalam lingkungan.


Karena seni bela diri kempo waktu itu menjadi sebagian dari latihan bagi para calon Bikshu, dengan sendirinya ilmu itu harus mempunyai dasar falsafah yang kuat. Dengan dilandasi agama Budha, yaitu membunuh dan menyakiti, maka semua KENSHI (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini menjadi doktrin Kempo, bahwa "perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain". Berdasarkan doktrin ini mempengaruhi pula susunan beladiri ini, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas. Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan.
Dharma selalu mengajarkan bahwa disamping dilarang menyerang juga tidak selalu setiap serangan dibalas dengan kekerasan. Sehingga dalam ilmu Kempo itu lahirlah apa yang berbentuk mengelak saja. Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan bila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan, berupa tendangan, sikutan, pukulan dan sebagainya. Bentuk yang pertama dikenal sebagai JUHO dan yang berikutnya sebagai GOHO.
Setiap kenshi diharuskan menguasai teknik GOHO (keras) dan JUHO (lunak), artinya tidak dibenarkan apabila hanya mementingkan pukulan dan tendangan saja dengan melupakan bantingan dan lipatan-lipatan.
Dalam ilmu beladiri Kempo terdapat 6 dasar falsafah, yaitu: ken zen ichi nio, syu shu ko ju, fusatsu fugai, kumite shutai, go ju ittai, dan riki ai funi.
a.      KEN ZEN ICHI NIO
Ken       : Berkelahi
Zen       : Bersemedi
Ichi       : Satu
Nio        : Badan
Dalam hal ini diartikan bahwa Shorinji Kempo bersemedi dan berkelahi dilakukan dalam satu badan.

b.      SYU SHU KO JU
Syu        : Yang diutamakan
Shu       : Bertahan
Ko         : Menyerang
Ju          : Disesuaikan
Di dalam ilmu beladiri Shorinji Kempo lebih diutamakan bertahan daripada menyerang, serangannya pun disesuaikan dengan keadaan lawan.

c.       FUSATSU FUGAI
Fu         : Tidak/tanpa
Satsu     : membunuh
Gai       : Menyakiti/merugikan
Di dalam ilmu beladiri Shorinji Kempo harus diusahakan untuk mengalahkan lawan tanpa membunuh serta menyakiti atau merugikan lawan.

d.      KUMITE SHUTAI
Kumite  : Berpasangan
Shutai   : Diutamakan
Di dalam ilmu beladiri Shorinji Kempo diharuskan berlatih secara berpasangan.

e.       GO JU ITTAI
Go        : Kasar
Ju          : Lemah
Ittai       : Bersama-sama
Di dalam latihan beladiri Shorinji Kempo bahwa mengerjakan pelajaran yang diberikan gerakan kasar dan lemah selalu dikerjakan bersama-sama.

f.       RIKI AI FUNI (Penyatuan Kekuatan dan Rasa Welas Asih / Kasih Sayang)
Seperti kita ketahui bahwa falsafah atau ajaran/doktrin Shorinji Kempo adalah:
“ Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman dan kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan”.
Kekuatan, digambarkan oleh arah maji yang berputar ke kanan. Kasih sayang digambarkan oleh arah manji yang berputar ke kiri yang terletak di dada kiri. Di balik kasih sayang ini (artinya dari sebelah dalam dogi (seragam latihan), terdapat manji yang berputar ke kanan yang artinya kekuatan. Doktrin terpadu antara kuat dan kasih, istilah ini di dalam istilah Jepang disebut sebagai Riki Ai Fu Ni.


C.  Janji dan Ikrar Kenshi

JANJI
Kami Berjanji :
·         Akan tetap bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, menghormati atasan, tidak meremehkan bawahan, saling mengasihi, saling menolong demi kelangsungan Kempo.
·         Akan taat kepada pimpinan, mengikuti latihan tanpa keraguan sebagai insan yang murni
·         Akan mengamalkan Kempo bagi masyarakat banyak dan tidak hanya untuk kepentingan pribadi.

Demi tahan air, demi persaudaraan, demi kemanusiaan.

IKRAR
Kami Putera Indonesia,
·         Pencinta tanah air, bertekad mempertinggi martabat bangsa.
·         Pembela kebenaran dan keadilan, berperikemanusiaan, bersopan santun, senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.

 Demi tahan air, demi persaudaraan, demi kemanusiaan


D.  Lima  Syarat/Unsur Serangan (Atemi No Go Yosho)

Betapapun kerasnya pukulan, tendangan, atau atemi lainnya tidak akan efektif tanpa memenuhi seluruh lima sayarat/unsur serangan. Adapun kelima unsur tersebut yaitu:
1.      Description: C:\Documents and Settings\BEM-FT\My Documents\My Pictures\aki\titik kelemahan\noo\image.jpgKYU SHO (titik kelemahan)
Gambar 2.1 contoh titik kelemahanDi dalam tubuh manusia ini terdapat banyak sekali titik kel;emahan. Penting sekali bagi kita untuk menghafal dan dengan sekejap dapat menemukan letaknya titik kelemahan tersebut, terlebih-lebih terhadap badan yang sedang bergerak. Secara umum titik kelemahan yang dikenal untuk permainan Kempo ada 138 tempat. Oleh karena itu, menjadi syarat utama untuk dengan sempurna memasukkan serangan kita ke titik kelemahan tersebut.
                                                                                                                          
2.      MA AI (jarak sasaran)
Penting untuk diingat dan dirasa penentuan jarak jangkau antara lawan dan kita. Jarak di sini bukannya agar dapat mengenai sasaran saja, tetapi sasaran tersebut harus kena pada saat pukulan/tendangan kita mencapai titik optimumnya, dengan keadaan kuda-kuda (gamae) yang terkuat. Oleh karena itu setelah jarak yang cukup, maka harus diperhitungkan agar gerak pundak, pinggul, dan sebagainya agar serangan bisa dilakukan secara optimal.
3.      KAKU DO (sudut sasaran)
Untuk lebih mengefektifkan serangan maka tidak semua titik kelemahan dapat dimatikan dengan serangan yang sama. Serangan ke Sui-Getsu misalnya hanya efektif pada sudut 10 sampai 15 derajat. Demikian juga titik kelemahan lain, akan berbeda pula sudut serangannya.
4.      SHYOKU DO (kecepatan)
Dalam melaksanakan serangan semakin cepat serangan itu mendarat, maka akan semakin baik. Hal ini bukan berarti bahwa serangan itu harus dilakukan terburu-buru, melainkan kecepatan menuju sasaran. Betapa kerasnya otot-otot kita akan terkalahkan oleh speed serangan yang mengenai titik kelemahan. Sarung tinju yang berisi spons yang kenyal dan lembek itupun jika dilancarkan dengan kecepatan tinggi dapat menghasilkan knock out. Sebagai contoh lipatan kertas koran jika disabetkan dengan kecepatan tinggi dapat memutuskan sumpit. Memukul benda-benda keras bukan hanya melukai kulit luar saja tetapi sesuai dengan jaringan-jaringan syaraf yang juga rusak, maka akan membawa akibat kelainan-kelainan internal tubuh lawan.
5.      KYO JITSU (kebulatan tekad)
Kebulatan tekad/hati di sini mencakup kebulatan mental dan pisik, artinya kita siap lahir batin untuk melancarkan serangan dengan segala konsekuensinya. Sebenarnya ketika melakukan atemi itu bukan hanya untuk menyerang tenaga lawan, tetapi juga mental lawan. Kyu Jitsu pisik diperlihatkan dalam sikap kuda-kuda (gamae) kita.
Kyu Jitsu mental misalnya ketika kita “lengah” atau “kendor” semangat kita, maka saat beberapa detik itu dapat mengakibatkan kecelakaan fatal bagi kita. Begitu pula pada saat melakukan serangan pada keadaan tidak siap tersebut dapat membuat pukulan/tendangan menjadi tidak berisi atau terbaca lawan, sehingga tenaga yang dikeluarkan menjadi sia-sia.
Demikianlah jika seorang kenshi ingin mendapatkan serangan yang efektif, bertenaga, dan mantap maka tidak boleh ada satu syarat pun tertinggal. Tidak ada cara lain untuk menyempurnakan refleks, kecepatan, pengenalan titik kelemahan, dan sebagainya, selain berlatih keras dan penuh variasi gerajan di Dojo dengan dilengkapi alat-alat/fasilitas untuk mempraktekkan serangan dengan sesungguhnya.

E.  MANFAAT LATIHAN

Apabila seorang kenshi berlatih dengantekun dan benar, maka dia akan merasakan manfaat-manfaat yang didapat di dalam latihan, yaitu:

1.    Kepercayaan Diri Bertambah
Tanpa Harus bertindak over acting atau sok jagoan, seorang kenshi akan tetap waspada dan percaya bahwa dia dapat melindungi dirinya atau orang lain di sekitarnya dalam batas yang wajar, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2.    Kuat Fisik dan Mental
Dengan latihan yang tekun dan terus menerus, kondisi fisik kiata akan bertambah baik dan kuat. Fungsi otot, denyut jantung serta pernafasan yang terlatih akan banyak pengaruhnya bagi kesehatan. Dengan disiplin yang diterapkan pelatih, mental kenshi pun akan bertambah baik. Diharapkan sikap-sikap kesatria dan kasih sayang sesama manusia yang diajarkan Shorinji Kempo akan melekat dalam sanubari setiap kenshi baik di dalam maupun di luar latihan.
3.    Menguasai Diri
Teknik-teknik yang diajarkan di dalam Shorinji kempo sangat berbahaya bahkan bisa mematikan. Oleh karena itu setiap kenshi dituntut untuk bisa mengendalikan diri dan mengontrol emosi baik ketika berlatih maupun berhadapan dengan lawan.
4.    Beladiri
Hanya di dalam keadaan terpaksa dan tidak ada pilihan lain seorang kenshi diperbolehkan mempergunakan teknik-teknik Kempo yang dipelajarinya, yakni untuk membela diri.

F.      
Sumber:
Buku Pelajaran DAN I edisi I. Jakarta : PB.PERKEMI. 1990
Buku Pelajaran KYU II edisi I. Jakarta : PB.PERKEMI.1990
Buku Pelajaran KYU III edisi I. Jakarta : PB.PERKEMI.1990
catatan file ini saya peroleh dari sinpei saya. terimakasih banyak dan mohon maaffff sebesar-besarnya



1 komentar: