BAB I
PENDAHULUAN
Belajar
merupakan sarana yang kita harus lalui dalam memperoleh sebuah ilmu atau informasi.
Untuk belajar kita harus memerlukan guru, fasilitas pendidikan lainnya dan
kemampuan serta kemauan kita untuk belajar.
Di makalah ini
kami membahas tentang factor-faktor yang mempengaruhi belajar. Kenapa? Karena dalam belajar itu kita mempunyai motivasi-motivasi
atau doktrin-doktrin, sebab-sebab untuk belajar. Nah dalam makalah ini kami
membahas factor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
Adapun rumusan
makalah ini yaitu :
A. Pengertian
Belajar
B. Factor-faktor
yang mempengaruhi belajar
Dalam penyusunan
makalah ini kami menggunakan cara atau metode “Research Library” yaitu mencari
buku-buku yang sesuai dengan pembahasan kami dan juga membanding-bandingkan
buku-buku tersebut.
Kami harapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak karena kami tahu makalah kami
masih jauh dari kesempurnaan dan mempunyai banyak kekurangan. Atas kekurangannya
mohon di maafkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Belajar adalah
usaha atau proses yang dilakukan untuk mengetahui sebuah informasi atau lebih.
Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Atau
belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan tingkah laku yang
ditanyakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau
mengenai sikap dan nilai-nilai, penggunaan, dan
penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan, dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau, lebih luas
lagi, dalam berbagai aspek kehidupan atau berpengalaman yang terorganisasi[1].
B. Factor-faktor
yang mempengaruhi hal belajar
Di dalam
belajar, banyak sekali factor yang mempengaruhi. Dari sekian factor-faktor yang
mempenagruhi belajar yaitu:
1. Factor
Lingkungan
Lingkungan
merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup
dan berinteraksi dalam mata rantai kehiduaon yang disebut ekosistem. Saling
ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotic tidak dapat dihindari. Sama
halnya dalam hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan
alami dan lingkungan social budaya. Keduanya mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap belajar anak didik di sekolah. Maka disini kami akan mengurainya satu
demi satu, yaitu sebagai berikut:
a. Lingkungan
Alami
Lingkungan hidup
adalh lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya.
Pencemaran lingkungan hiudp merupakan malapetaka bagi anak didik yuang hiduop
di dalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu
pernafasan. Udara yang terlalu dingin menyebabkan anak didik kedinginan. Suhu
udara yang terlalu panas menyebabkan anak didik kedinginan. Suhu udara yang
terlalu panas menyebabkna anak didik kepanasan, pengap, dan tidak betah tinggal di dalamnya. Oleh
karena itu, keadaan suhu dan kelembaban udara berpebgaruh terhadap belajar anak
didik di sekolah.
Maka lingkungan
sekolah yang baik itu adalah lingkungan sekolah yang di dalamnya dihiasi dengan
taman atau pepohoinan yang dipelihara dengan baik. Sejumalh kursi danb meja
belajar teratur rapi yang ditempatkan di bawah pohon-pohon tertentu agar anak
didik dapat belajar mandiri diluar kelas dan berinteraksi lingkungan. Kesejuakn
lingkungan membuat anak didik betah tinggal di dalamnya. Begitulah lingkungan sekolah
yang dikehendaki. Bukan lingkungan sekolah yang gersang, pengap, tandus dan panas
yang berkepanjangan. Oleh karena itu, pembangunan sekolah sebaiknya berwawasan
lingkungan, bukan memusuhi lingkungan.
b. Lingkungan
Sosial Budaya
Kita ketahui
bahwa manusisa adalah homo socius, yaitu makhluk yang berkencendungan
untuk hidup bersama satu sam dengan lainnya. Hidup dalam kebersamaan dan saling
membutuhkan akan melahirkan interaksi social. Saling memberi dan slaing
menerima merupakan kegiatan yang selalu ada dal kehidupan social.
Sebagai anggota
masyarakat anak didik tidak dapat melepaskan diri dari ikatan social. System
social yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada
norma-norma social, susila, dan huku m yang berlaku di dalam masyarakat. Sama
halnya disekolah ketika anak didik berada disekolah, maka dia dalam sitem peraturan
sekolah yang bertujuan untuk mengatur dan membentuk perilaku anak didik yang
menunjang keberhasilan belajar disekolah.
Lingkungan
social budaya diluar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem
tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan gedung sekolah
yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas.
Pabrik-pabrik yang didirikan di sekitar sekolah dapat menimbulkan kebisingan di
dalam kelas. Bagaimana anak didik dapat berkonsentrasi dengan baik bila
berbagai gangguanitu selalu terjadi disekitar anak didik. Jangankan berbagaikan
gangguan dari luar hilir mudik di sekitar anak pun dapat menggangu apalagi
bercakap-cakap dan masih banyak yang lainnya. Menginagt pengaruh yang kurang
menguntungkan dari lingkungan pabrik, pasar, dan arus lalu lintas tentu akan
sangat bijaksana bila pembangunan gedung sekolah di tempat yang jauh dari
lingkungan pabrik, pasar, arus lalu lintas, dan sebagainya.
2. Factor
Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan di capai maka
untuk mencapi tujuan tersebut diperlukanlah seperangkan kelengkapan berbagi
jenisnya, yaitu kurikulum yang dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan
program pengajaran. Program sekolah yang menaadi acuan kualitas belajar
mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus bisa memanfaatkan.
a. Kurikulum
Kurikulum adalah
a plan of learning yang merupaka unsur substabsial dalam pendidikan.
Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi
apa yang harus guru sampaikan dalm suatu pertemuan kelas, belum guru programkan
sebelumnya. Jadi kurikulum sangat penting yang merupakan perencanaan sebelum
melaksankan pengajaran.
b. Program
Setiap sekolah
mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi
kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan. Di sekolah tergantung darf baik
tidaknyaprogram pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun
berdasarkan potensi sekolah yang tersedia baik
tenaga, finansial, dan sarana dan prasarana.
c. Sarana
dan Fasilitas
Sarana mempunyai
penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis
dalam bagi berlangsungnya kegaitan belajar mengajar di skeolah. Salah satu
persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung sekolah yang di
dalamnya ada ruang kelas, ruan keapla sekolah, ruang dewan guru, ruang
perpustakaan, raung BP, ruang tata usaha, auditorium, dan halamn sekolah yang
memadai. Semua bertujuan untuk memberikan pelayanan anak didik.
Selain sarana,
fasilitas jug akelengakpan sekolah yang sama sekali tidak diabaikan. Lengkap
tidaknya buku-buku diperpustakan ikut menetukan kualitas suatu sekolah.
Perpustakaan sekolah adalah laboratorium ilmu. Tempat ini harus menjadi
“sahabat karib” anak didik. Di sekolah, kapan dan dimana ada waktu luang anak
didik harus datang ke sana untuk membaca buku atau meminjam buku demi keberhasilan.
d. Guru
Guru merupakan unsur
manuiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalmnya. Kalau
hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, mak tidak akan terjadi kegiatan
belajar mengajardi sekolah. Jangankan ketiadaan guru, kekurangan guru saja
sudah merupakan masalah karena mata pelajaran tertentu pasti kekosongan guru
yang memegangnya[2].
3. Factor
Stimuli Belajar
Yang dimaksud
sengan stimuli belajar disini yaitu segala hal di luar indiividu yang
merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli
dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal
yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar. Berikut ini dikemukakan
beberapa hal yang berhubungan dengan factor-faktor stimuli belajar.
a. Panjangnya
Bahan Pelajaran
b. Kesulitan
Bahan Pelajaran
c. Berartinya
Bahan Pelajaran
d. Berat-Ringannya
Tugas
e. Suasana
Lingkungan Eksternal
4. Factor
Metode Belajar
Metode mengaja
yang dipakai oleh guru sangat memperngaruhi metode belajar yang dipakai oleh si
pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang dipakai guru menimbulkan perhatian
perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Factor-faktor metode belajar
menyangkut hal-hal berikut:
a. Kegaiatan
Berlatih atau Praktek
Seperti halnya
denag bidang medis, kegaitan berlatih dapat diberikan dalam dosis besar atau
dosis kecil. Berlatih dapat diberikan secara marathon (non stop) secara
terdistribusi dengan selingan waktu istirahat. Latiha yang dilakukan secara
marathon dapat melelahkan dan membosankan, sedang latihan yang terdistribusi
menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar.
b. Overlearning
dan Drill
Untuk kegiatan
yang bersifat abstrak misalnya mengahafal atau mengingat, maka overlearning
dilakukan untuk mengurangi kelupaan dalam mengingat keterampilan-keterampilan
yang pernah dipelajari tetapi belum sempat dipraktekkan. Overlearning
yang terlalu lama menjadi tidak efektif bafi kegiatan praktek.
Apabila “overlearning”
berlaku bagi keterampilan motoric seperti main piano atau menjahit, maka “drill”
berlaku bagi kegaitan berlatih abstraksi misalnya berhitung. Mekanisme “drill”
adalah tidak berbeda dengan “overlearning”. Baik “drill” maupun “overlearning”
berguna untuk memantapkan reaksi dalam belajar.
c. Bimbingan
dalam belajar
Bimbingan yang
terlalu banyak diberikan oleh guru atau oranglainb cenderung membuat si pelajar
menjadi tergantung. Bimbingan dapat diberikan dalm batas-batas yang diperlukan
individu. Hal yang penting yaitu perlunya pemberian modal kecakapan pada
individu sehingga yang bersangkutan dapat melaksakan tugas-tugas yang
dibebankan dengan sedikit saja bantuan dari pihak lain.
d. Kondisi-kondisi
Insentif
Insentif adalah
berbeda dengan motivasi. Motivasi berhubungan dengan penumbuhan kondisi
internal berupa motif-motif yang merupakan dorongan internal yang menyebabkan
individu berusaha mencapai tujuan tertentu.
Insentif adalah
objek atau situasi eksternal yang dapat memenuhi motif individu. Indentif
adalah bukan tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan[3].
5. Factor
Fisiologis
Kondisi
fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya
dari orang-orang dalm keadaan kelelahan. Anak-anak kekurangan gizi ternyata
kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas
lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran. Pendapat Noehi Nasution,
dkk (1993:6)
Selain itu,
menurut Noehi, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera
(mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama sebagai alat untuk
melihat dan mendengar. Sebagian besar ytang dipelajari manusia (anak) yang
belajar langsung dengan membaca, melihat contoh, atau model, melakukan
observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru,
mendengarkan ceramah, mendenarkan keterangan orang lain dalm diskusi dan
sebagainya. Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan
formal melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara poenggunaan alat
peraga yang dapat dilihat dan didengar.
Aspek fisiologis
ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas. Pengajaran dengan pola klasikal
perlu memperhatikan tinggi rendahnya tubuh anak didik. Postur tubuh anak didik
yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang anak didik yang bertubuh pendek.
Hal ini dimaskudkan agar pandangan anak didik ke papan tulis tidak terhalang
oleh anak didik yang beertubuh tinggi. Anak anak didik yang berjenis kelamin
sama ditempatkan dikelompok anak didik sejenis. Demikian jug anak didik perempuan,
dikelompokkan pada kelompok sejenis. Pola pengelompokkan yang demikian sangat
baik mdalam pandangan agama. Tetapi yang lebih penting adalah meredam gejola
nafsu birahi untuk anak didik yang sedang meningkat ke usia remaja, di mana mas
ini termasuk pancaroba, penuh ddengan letuapn-letupan emosional yang cenderung
tak terkendali.
6. Factor
Psikologis
Belajar adalah
hakikatnya proses psikologis. Belajar tidak berdiri sendiri, yaitu terdiri dari
factor luar dan factor dalam. Factor dalam adalah factor yang sangat utama
menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski factor luar mendukung, tapi
factor dalam tidak mendukung, mak factor luar itu kurang signifikan. Oleh
karean itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemapuan kognitif
adalah factor-faktor psikoligis yang
utama mempengaruhi proses belajar anak didik. Maka keterangan tentang
lima factor tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
a. Minat
Minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas,
tanpa ada yang menyuruh. Minat apda dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakian kuat atau
dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat[4].
b. Kecerdasan
Inteligensi
atau kecerdasan, merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup
yang hanya dimiliki oleh manusia. Inteligensi ini diperoleh manusia sejak
lahir, dan sejak itulah potensi inteligensi ini mulai berfungsi mempengaruhi
tempo dan kwalitas perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang, maka
fungsinya akan semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi
kwalitas penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. Di bawah ini mengenai
beberapa pendapat tentang pengertian kecerdasan, yaitu:
JP.
Chaplin, menyatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan
untuk memahami dan beradaptasi terhadap satuan yang baru dengan cepat dan
efektif (The ability to meet and adpt to novel situations quickly and
effectively). Kemampuan untuk memahami konsep abstrak dengan efektif (The
ability to uhlize abstrak concept effectively). Kemampuan untuk memahami
hubungan dan mempelajarinya (The ability to grasp relations hips and to learn)[5].
Dan
menurut W. Stem, inteligensi
adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di
dalam situasi baru.
Inteligensi
diakui ikut menentukan keberhasilan belajar seseorang, M. Dalyono secara tegas
mengatakan bahwa seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi)
umumnya mudajh belajar dan hasilnya pun cenderung baik.sebaliknya, orang yang
inteligensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat
berfikri, sehingga prestasinya pun rendah.
c. Bakat
Di damping
inteligensi (kecerdasan), bakat merupakan factor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hamper tidak ada orang yang
membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar
kemungkinan berhasilnya. Akan tetapi, banyak sekali yang menghalangi untuk
tercapainya kondisi seeperti itu. Dalam lingkup perguruan tinggi misalnya,
tidak selalu perguruan tempat seorang belajar menjanjikan studi yang sesuai
dengan bakat orang tersebut. Kemungkinan penghambat lain adalah biaya. Bakat
memang diakui sebagai kemampuan bawaaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau latihan.
d. Motivasi
Menurut Noehi
Nasution (1993:8) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendororng seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk
belajar bertambah. Hal ini dipandnag masuk akal, karena seperti yang
dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1995: 61) bahwa banyak bakat anak tidak
berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang
mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga
tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga.
e. Kemampuan
kognitif
Kognitif
merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak untuk dikuasai. Karena
penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu
pengetahuan. Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk
sampai pada penguasaan kognitif, yaitu persepsi, mengingat dan berfikir.
Persepsi adalah proses yang
menyangkutnya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui perpsepsi
manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
dilakukan melalui indera penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Mengingat adalah suatu aktifitas
kognitif, di mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau
atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa lampau. Sedangkan berfikir
adalah kelansungan tanggapn-tanggap yang disertai dengan sikap pasig dari
subjek yang berfikir[6].
7. Factor
Individual
Faktor-faktor
individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Sebenarnya
sebagian dari factor-faktor individual ini sudah ada yang dijelaskan diatas.
Adapun factor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut:
a. Kematangan
b. Usia
atau umur kronologis
c. Factor
jenis kelamin
d. Pengalaman
sebelumnya
e. Kondisi
kesehatan jasmani
f. Kondisi
kesehatan jasmani
g. Kondisi
kesehatan rohani
h. Motivasi[7]
BAB III
PENUTUP
Di dalam
belajar, banyak sekali factor yang mempengaruhi. Dari sekian factor-faktor yang
mempenagruhi belajar yaitu:
1. Factor
Lingkungan
Adapun
lingkungan terbagi dua, yaitu lingkungan alami dan lingkungan social
budaya.
2. Factor
Instrumental
Adapun factor
instrumental yaitu terdiri dari : kurikulum, program, sarana
dan faslitas, serta guru.
3. Factor
Stimuli Belajar
Adapun
factor-faktor yang meliputi factor stimuli belajar yaitu :
a. Panjangnya
Bahan Pelajaran
b. Kesulitan
Bahan Pelajaran
c. Berartinya
Bahan Pelajaran
d. Berat-Ringannya
Tugas
e. Suasana
Lingkungan Eksternal
4. Factor
Metode Belajar
5. Factor
Fisiologis
6. Factor
Psikologis
7. Factor
Individual
Adapun
factor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut:
a. Kematangan
b. Usia
atau umur kronologis
c. Factor
jenis kelamin
d. Pengalaman
sebelumnya
e. Kondisi
kesehatan jasmani
f. Kondisi
kesehatan jasmani
g. Kondisi
kesehatan rohani
h. Motivasi
DAFTAR PUSTAKA
Drs. A. Farani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses
Belajar Mengajar, (Bandung:CV. Remadja Karya, 1989)
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,
(Jakarta:PT Rineka Cipta,2008), Ct. ke-2
Drs. Wasty Soemanto, M.Pd, Psikologi Pendidikan Landasan
Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1998), Ct. ke-2
Syaiful
Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Banjarmasin;Rineka Cipta, 2000)
Drs. Wasty Soemanto, M.Pd, Psikologi Pendidikan Landasan
Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1998), Ct. ke-4.
[1]Drs. A.
Farani Rusyan, dkk, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung:CV. Remadja Karya, 1989), h. 7
[2]Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT Rineka
Cipta,2008), Ct. ke-2, h. 176-185
[3]Drs.
Wasty Soemanto, M.Pd, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1998), Ct. ke-4, h. 113-118
[4]Drs.
Syaiful Bahri Djamarah,, op. cit, h. 190-195
[5]Syaiful
Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Banjarmasin;Rineka Cipta, 2000)
[6]Drs.
Syaiful Bahri Djamarah,, op. cit, h. 196-202
[7]Drs.
Wasty Soemanto, M.Pd, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1998), Ct. ke-2, h. 113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar