Minggu, 08 Juli 2012

MEMAHAMI DAN MEMBANTU ANAK DIDIK (Psikologi Belajar)


BAB I
PENDAHULUAN
Kita sama-sama mengetahui bahwa di dalam proses pembelajaran yang terdiri dari pengajar dan peserta didik itu merupakan  sebuah interaksi terjadi di dalam proses tersebut. Maka rasa saling memahami di situ sangatlah penting khususnya bagi pengajar untuk memahai para peserta didik yang dia bimbing dalam belajar dan hal tersebut merupakan sebuah keharusan karena kalau pendidik tidak memahami anak didik atau peserta didik maka proses belajar akan kurang maksimal hasilnya.
Untuk memahami anak didik, pengajar harus mengetahui apa-apa saja yang factor yang mempengaruhi anak didik tersebut di dalam belajar, memahami kesulitan yang dialaminya dalam belajar, dan mengupayakan pemecahan masalahnya dalam belajar.
Jadi di dalam makalah  individu ini, saya akan membahas tentang  judul “Memahami dan Membantu Anak Didik”. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
A.    Pengertian Anak didik dan Pendidik
B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
C.     Masalah Kesulitan Belajar
D.    Pemecahan atau Penanggulangannya
Makalah ini di susun dengan menggunakan metode research library atau pencarian buku diperpustakaan lalu di bandingkan untuk mengambil bahan yang dapat digunakan dalam penyusunan dan cocok dengan judul yang saya pikirkan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Anak didik dan Pendidik
Peserta didik atau anak didik atau murid adalah anak yang dinamis yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa[1].
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa)[2].
B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Di dalam belajar, banyak sekali factor yang mempengaruhi. Dari sekian factor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:
1.      Faktor Internal
a)      Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang-orang dalm keadaan kelelahan. Anak-anak kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran. Pendapat Noehi Nasution, dkk.
Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas. Pengajaran dengan pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya tubuh anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang anak didik yang bertubuh pendek. Hal ini dimaskudkan agar pandangan anak didik ke papan tulis tidak terhalang oleh anak didik yang beertubuh tinggi. Anak anak didik yang berjenis kelamin sama ditempatkan dikelompok anak didik sejenis. Demikian jug anak didik perempuan, dikelompokkan pada kelompok sejenis. Pola pengelompokkan yang demikian sangat baik mdalam pandangan agama. Tetapi yang lebih penting adalah meredam gejola nafsu birahi untuk anak didik yang sedang meningkat ke usia remaja, di mana mas ini termasuk pancaroba, penuh ddengan letuapn-letupan emosional yang cenderung tak terkendali[3].
b)     Faktor Psikologis
Belajar adalah hakikatnya proses psikologis. Belajar tidak berdiri sendiri, yaitu terdiri dari factor luar dan factor dalam. Factor dalam adalah factor yang sangat utama menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski factor luar mendukung, tapi factor dalam tidak mendukung, mak factor luar itu kurang signifikan. Oleh karean itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemapuan kognitif adalah factor-faktor psikoligis yang  utama mempengaruhi proses belajar anak didik. Maka keterangan tentang lima factor tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
1)      Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat apda dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakian kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat[4].
2)      Kecerdasan
Inteligensi atau kecerdasan, merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia. Inteligensi ini diperoleh manusia sejak lahir, dan sejak itulah potensi inteligensi ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan kwalitas perkembangan individu.
Dan menurut W. Stem, inteligensi adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam situasi baru.
JP. Chaplin, menyatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memahami dan beradaptasi terhadap satuan yang baru dengan cepat dan efektif (The ability to meet and adpt to novel situations quickly and effectively). Kemampuan untuk memahami konsep abstrak dengan efektif (The ability to uhlize abstrak concept effectively). Kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya (The ability to grasp relations hips and to learn).
3)      Bakat
Di damping inteligensi (kecerdasan), bakat merupakan factor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hamper tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya. Akan tetapi, banyak sekali yang menghalangi untuk tercapainya kondisi seeperti itu. Dalam lingkup perguruan tinggi misalnya, tidak selalu perguruan tempat seorang belajar menjanjikan studi yang sesuai dengan bakat orang tersebut. Kemungkinan penghambat lain adalah biaya. Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan.
4)      Motivasi
Menurut Noehi Nasution (1993:8) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendororng seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Hal ini dipandnag masuk akal, karena seperti yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1995: 61) bahwa banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga.
5)      Kemampuan kognitif
Kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak untuk dikuasai. Karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kognitif, yaitu persepsi, mengingat dan berfikir.
Persepsi adalah proses yang menyangkutnya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui perpsepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan melalui indera penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.  Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa lampau. Sedangkan berfikir adalah kelansungan tanggapn-tanggap yang disertai dengan sikap pasig dari subjek yang berfikir[5].
2.      Faktor Eksternal
Selain faktor diatas ada juga eksternal yaitu:
a)      Lingkungan Social
Lingkungan social sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dam teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, prkatek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan dicapai oleh siswa. Contoh kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan amak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berprilaku menyimpang, terutama prilaku menyimpang yang berat seperti antisosial.
b)     Lingkungan Nonsosial
Faktor ini adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa[6].
c)      Factor Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan di capai maka untuk mencapi tujuan tersebut diperlukanlah seperangkan kelengkapan berbagi jenisnya, yaitu kurikulum yang dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah yang menaadi acuan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus bisa memanfaatkan.
1)      Kurikulum
Kurikulum adalah a plan of learning yang merupaka unsur substabsial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalm suatu pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya. Jadi kurikulum sangat penting yang merupakan perencanaan sebelum melaksankan pengajaran.
2)      Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan. Di sekolah tergantung darf baik tidaknyaprogram pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia baik  tenaga, finansial, dan sarana dan prasarana.
3)      Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis dalam bagi berlangsungnya kegaitan belajar mengajar di skeolah. Salah satu persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung sekolah yang di dalamnya ada ruang kelas, ruan keapla sekolah, ruang dewan guru, ruang perpustakaan, raung BP, ruang tata usaha, auditorium, dan halamn sekolah yang memadai. Semua bertujuan untuk memberikan pelayanan anak didik.
Selain sarana, fasilitas jug akelengakpan sekolah yang sama sekali tidak diabaikan. Lengkap tidaknya buku-buku diperpustakan ikut menetukan kualitas suatu sekolah. Perpustakaan sekolah adalah laboratorium ilmu. Tempat ini harus menjadi “sahabat karib” anak didik. Di sekolah, kapan dan dimana ada waktu luang anak didik harus datang ke sana untuk membaca buku atau meminjam buku demi keberhasilan.
4)      Guru
Guru merupakan unsur manuiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalmnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, mak tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajardi sekolah. Jangankan ketiadaan guru, kekurangan guru saja sudah merupakan masalah karena mata pelajaran tertentu pasti kekosongan guru yang  memegangnya[7].
C.    Masalah Kesulitan Belajar
Masalah kesulitan belajar adalah gangguan dalam menerima pelajaran. Hal ini bias disebabkan oleh beberapa factor, adapun faktor-faktor tersebut yaitu:
1.      Factor Intern
Factor-faktor anak didik yang meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik yaitu;
a)      Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendanya kapasitas intelektual atau inteligensinya.
b)      Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c)      Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran.
2.      Factor Ekstern
Sedangkan factor ektern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi:
a)      Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b)      Lingkungan perkampungan atau masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.
c)      Lingkungan sekolah, contoh: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
D.    Pemecahan atau Penanggulangannya[8]
Dalam mengatasi masalah belajar itu maka kita harus juga mengatahui masalah kesulitan belajar. Secara garis besar, langkah-langkah yang diperlukan ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap:
1.      Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan pengamatan langsung. Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode diantaranya adalah:
a)      Observasi
b)      Kunjunga  rumah
c)      Case study
d)     Daftar pribadi
e)      Meneliti pekerjaan anak
f)       Tugas kelompok
g)      Melaksanakan tes (baik tes IQ maupun tes prestasi)
Dalam pelasanaanya, semua metode ini tidak harus semuanya digunakan secara bersama-sama akan tetapi tergantung pada masalahnya, dan kalau rumit semakin banyak metode yang perlu dipakai tapi jika mudah bias dengan observasi saja sudah selesai.
2.      Pengolahan data
Semua data yang diperoleh harus diolah dan dikaji untuk mengetahui sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami anak. Langkah yang dapat ditempuh antara lain:
a)      Identifikasi kasus
b)      Membandingkan antar kasus
c)      Membandingkan dengan hasil tes
d)     Menarik kesimpulan
3.      Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data.. diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a)      Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b)      Keputusan mengenai factor-faktor yangikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
c)      Keputusan mengenai factor utama penyebab kesulitan belajar dan sebagainya.
4.      Prognosis
Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
5.      Treatment atau perlakuan
Perlakuan di sini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan sesuai program yang telah disusun dalam tahap prognosis tersebut. Bentuk yang dapat diberikan bias berupa;
a)      Melalui bimbingan belajar kelompok
b)      Melalui bimbingan belajar individual
c)      Melalui pengajaran remedial dalam beberapa bidang studi tertentu
d)     Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis
e)      Melalui bimbingan orang tua, dam pengatasan kasus sampingan yang mungkin
6.      Evaluasi
Evaluasi di sini dimaskudkan untuk mengetahui, apakah treatmen yang diberikan telah berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali.
Untuk mengadakan pengecekan kembali atas hasil treatmen yang kurang berhasil, maka secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
a)      Re-ceking data (baik itu pengumpulan maupun pengolahan data)
b)      Re-diagnosis
c)      Re-prognosis
d)     Re-treatment
e)      Re-evaluasi
BAB III
PENUTUP
Peserta didik atau anak didik atau murid adalah anak yang dinamis yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa. Dan endidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).
Di dalam belajar, banyak sekali factor yang mempengaruhi. Dari sekian factor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:
1.      Faktor Internal, yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
2.      Faktor Eksternal, yang meliputi lingkungan social dan lingkungan nonsosial.
3.      Factor Instrumental, yang meliputi Kurikulum. Program, Sarana dan Fasilitas dan Guru.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif, (Bnadung: Remaja Rosadakarya, 1992),
Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2004), Ct. ke-2,
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2008), Ct. ke-2,
Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar, (Pamulang Timur:PT LOGOS Wacana Ilmu, 1999), Ct. ke-1,
Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2011), Ct. ke-1.



[1]Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2011), Ct. ke-1, h. 113
[2]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif, (Bnadung: Remaja Rosadakarya, 1992), h. 74-75
[3]Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2008), Ct. ke-2, h. 189
[4]Ibid,  h. 190-195
[5]Ibid, h. 196-202
[6]Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar, (Pamulang Timur:PT LOGOS Wacana Ilmu, 1999), Ct. ke-1, h. 153
[7]Drs. Syaiful Bahri Djamarah, op.cit,  h. 176-185
[8]Drs. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2004), Ct. ke-2, h. 96

1 komentar:

  1. Alhamdulillah, informasi keilmuan yg diberikan alm. bp & ibu saya masih berguna s/d saat ini (trmksh utk mas Antoni,pemilik blog ini, yg telah merujuk ke buku alm. orang tua saya)

    Salam,
    Tuti Agustin Isbani

    BalasHapus