BAB
I
PENDAHULUAN
Kita sama-sama mengetahui bahwa di dalam proses pembelajaran yang terdiri
dari pengajar dan peserta didik itu merupakan sebuah interaksi terjadi di dalam proses
tersebut. Maka rasa saling memahami di situ sangatlah penting khususnya bagi
pengajar untuk memahai para peserta didik yang dia bimbing dalam belajar dan
hal tersebut merupakan sebuah keharusan karena kalau pendidik tidak memahami
anak didik atau peserta didik maka proses belajar akan kurang maksimal hasilnya.
Untuk memahami anak didik, pengajar harus mengetahui apa-apa saja yang
factor yang mempengaruhi anak didik tersebut di dalam belajar, memahami
kesulitan yang dialaminya dalam belajar, dan mengupayakan pemecahan masalahnya
dalam belajar.
Jadi di dalam makalah individu ini,
saya akan membahas tentang judul
“Memahami dan Membantu Anak Didik”. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas
yaitu:
A.
Pengertian Anak didik dan
Pendidik
B.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Belajar
C.
Masalah Kesulitan Belajar
D.
Pemecahan atau Penanggulangannya
Makalah ini di susun dengan menggunakan metode research library atau
pencarian buku diperpustakaan lalu di bandingkan untuk mengambil bahan yang
dapat digunakan dalam penyusunan dan cocok dengan judul yang saya pikirkan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Anak
didik dan Pendidik
Peserta didik atau anak didik atau murid adalah anak yang dinamis yang
secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus
asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa[1].
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun
psikomotorik (karsa)[2].
B.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Belajar
Di dalam
belajar, banyak sekali factor yang mempengaruhi. Dari sekian factor-faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu:
1. Faktor
Internal
a) Faktor
Fisiologis
Kondisi
fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya
dari orang-orang dalm keadaan kelelahan. Anak-anak kekurangan gizi ternyata
kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas
lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran. Pendapat Noehi Nasution,
dkk.
Aspek fisiologis
ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas. Pengajaran dengan pola klasikal
perlu memperhatikan tinggi rendahnya tubuh anak didik. Postur tubuh anak didik
yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang anak didik yang bertubuh pendek.
Hal ini dimaskudkan agar pandangan anak didik ke papan tulis tidak terhalang
oleh anak didik yang beertubuh tinggi. Anak anak didik yang berjenis kelamin
sama ditempatkan dikelompok anak didik sejenis. Demikian jug anak didik
perempuan, dikelompokkan pada kelompok sejenis. Pola pengelompokkan yang
demikian sangat baik mdalam pandangan agama. Tetapi yang lebih penting adalah
meredam gejola nafsu birahi untuk anak didik yang sedang meningkat ke usia
remaja, di mana mas ini termasuk pancaroba, penuh ddengan letuapn-letupan
emosional yang cenderung tak terkendali[3].
b) Faktor
Psikologis
Belajar adalah
hakikatnya proses psikologis. Belajar tidak berdiri sendiri, yaitu terdiri dari
factor luar dan factor dalam. Factor dalam adalah factor yang sangat utama
menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski factor luar mendukung, tapi
factor dalam tidak mendukung, mak factor luar itu kurang signifikan. Oleh
karean itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemapuan kognitif
adalah factor-faktor psikoligis yang
utama mempengaruhi proses belajar anak didik. Maka keterangan tentang
lima factor tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
1) Minat
Minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas,
tanpa ada yang menyuruh. Minat apda dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakian kuat atau
dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat[4].
2) Kecerdasan
Inteligensi atau kecerdasan, merupakan suatu
kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia.
Inteligensi ini diperoleh manusia sejak lahir, dan sejak itulah potensi
inteligensi ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan kwalitas perkembangan
individu.
Dan
menurut W. Stem, inteligensi
adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di
dalam situasi baru.
JP.
Chaplin, menyatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan
untuk memahami dan beradaptasi terhadap satuan yang baru dengan cepat dan
efektif (The ability to meet and adpt to novel situations quickly and
effectively). Kemampuan untuk memahami konsep abstrak dengan efektif (The
ability to uhlize abstrak concept effectively). Kemampuan untuk memahami
hubungan dan mempelajarinya (The ability to grasp relations hips and to learn).
3) Bakat
Di damping
inteligensi (kecerdasan), bakat merupakan factor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hamper tidak ada orang yang
membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar
kemungkinan berhasilnya. Akan tetapi, banyak sekali yang menghalangi untuk
tercapainya kondisi seeperti itu. Dalam lingkup perguruan tinggi misalnya,
tidak selalu perguruan tempat seorang belajar menjanjikan studi yang sesuai
dengan bakat orang tersebut. Kemungkinan penghambat lain adalah biaya. Bakat
memang diakui sebagai kemampuan bawaaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau latihan.
4) Motivasi
Menurut Noehi
Nasution (1993:8) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendororng seseorang
untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk
belajar bertambah. Hal ini dipandnag masuk akal, karena seperti yang
dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1995: 61) bahwa banyak bakat anak tidak
berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang
mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga
tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga.
5) Kemampuan
kognitif
Kognitif
merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak untuk dikuasai. Karena
penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu
pengetahuan. Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk
sampai pada penguasaan kognitif, yaitu persepsi, mengingat dan berfikir.
Persepsi adalah proses yang
menyangkutnya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui perpsepsi
manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
dilakukan melalui indera penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan
pencium. Mengingat adalah suatu
aktifitas kognitif, di mana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari
masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa lampau.
Sedangkan berfikir adalah kelansungan tanggapn-tanggap yang disertai dengan
sikap pasig dari subjek yang berfikir[5].
2. Faktor
Eksternal
Selain faktor
diatas ada juga eksternal yaitu:
a) Lingkungan
Social
Lingkungan
social sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dam teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang
selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri
teladan yang baik dan rajin khususnya dalam belajar, misalnya rajin membaca dan
berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar.
Lingkungan
sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan
siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, prkatek pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat
memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan dicapai oleh
siswa. Contoh kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola
keluarga yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan
amak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak
tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berprilaku menyimpang, terutama
prilaku menyimpang yang berat seperti antisosial.
b) Lingkungan
Nonsosial
Faktor ini
adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor
ini dipandang turut menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa[6].
c) Factor
Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan di capai maka
untuk mencapi tujuan tersebut diperlukanlah seperangkan kelengkapan berbagi
jenisnya, yaitu kurikulum yang dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan
program pengajaran. Program sekolah yang menaadi acuan kualitas belajar
mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus bisa memanfaatkan.
1) Kurikulum
Kurikulum adalah
a plan of learning yang merupaka unsur substabsial dalam pendidikan.
Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi
apa yang harus guru sampaikan dalm suatu pertemuan kelas, belum guru programkan
sebelumnya. Jadi kurikulum sangat penting yang merupakan perencanaan sebelum
melaksankan pengajaran.
2) Program
Setiap sekolah
mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi
kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan. Di sekolah tergantung darf baik
tidaknyaprogram pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun
berdasarkan potensi sekolah yang tersedia baik
tenaga, finansial, dan sarana dan prasarana.
3) Sarana
dan Fasilitas
Sarana mempunyai
penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis
dalam bagi berlangsungnya kegaitan belajar mengajar di skeolah. Salah satu
persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung sekolah yang di
dalamnya ada ruang kelas, ruan keapla sekolah, ruang dewan guru, ruang
perpustakaan, raung BP, ruang tata usaha, auditorium, dan halamn sekolah yang
memadai. Semua bertujuan untuk memberikan pelayanan anak didik.
Selain sarana,
fasilitas jug akelengakpan sekolah yang sama sekali tidak diabaikan. Lengkap
tidaknya buku-buku diperpustakan ikut menetukan kualitas suatu sekolah.
Perpustakaan sekolah adalah laboratorium ilmu. Tempat ini harus menjadi
“sahabat karib” anak didik. Di sekolah, kapan dan dimana ada waktu luang anak
didik harus datang ke sana untuk membaca buku atau meminjam buku demi keberhasilan.
4) Guru
Guru merupakan
unsur manuiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalmnya.
Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, mak tidak akan terjadi
kegiatan belajar mengajardi sekolah. Jangankan ketiadaan guru, kekurangan guru
saja sudah merupakan masalah karena mata pelajaran tertentu pasti kekosongan
guru yang memegangnya[7].
C.
Masalah Kesulitan
Belajar
Masalah kesulitan belajar adalah gangguan dalam menerima pelajaran. Hal
ini bias disebabkan oleh beberapa factor, adapun faktor-faktor tersebut yaitu:
1.
Factor Intern
Factor-faktor
anak didik yang meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik
yaitu;
a)
Yang bersifat kognitif
(ranah cipta), antara lain seperti rendanya kapasitas intelektual atau
inteligensinya.
b)
Yang bersifat afektif
(ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c)
Yang bersifat psikomotorik
(ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan
dan pendengaran.
2.
Factor Ekstern
Sedangkan factor ektern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar anak didik. Faktor
lingkungan ini meliputi:
a)
Lingkungan keluarga,
contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya
kehidupan ekonomi keluarga.
b)
Lingkungan perkampungan
atau masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan
yang nakal.
c)
Lingkungan sekolah, contoh:
kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru
serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
D.
Pemecahan atau
Penanggulangannya[8]
Dalam mengatasi masalah belajar itu maka kita harus juga mengatahui
masalah kesulitan belajar. Secara garis besar, langkah-langkah yang diperlukan
ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam
tahap:
1.
Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak
informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan pengamatan
langsung. Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dapat dipergunakan
berbagai metode diantaranya adalah:
a)
Observasi
b)
Kunjunga rumah
c)
Case study
d)
Daftar pribadi
e)
Meneliti pekerjaan anak
f)
Tugas kelompok
g)
Melaksanakan tes (baik tes
IQ maupun tes prestasi)
Dalam pelasanaanya, semua metode ini tidak harus semuanya
digunakan secara bersama-sama akan tetapi tergantung pada masalahnya, dan kalau
rumit semakin banyak metode yang perlu dipakai tapi jika mudah bias dengan
observasi saja sudah selesai.
2.
Pengolahan data
Semua data yang diperoleh harus diolah dan dikaji untuk mengetahui
sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami anak. Langkah yang dapat ditempuh
antara lain:
a)
Identifikasi kasus
b)
Membandingkan antar kasus
c)
Membandingkan dengan hasil
tes
d)
Menarik kesimpulan
3.
Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan
data.. diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a)
Keputusan mengenai jenis
kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b)
Keputusan mengenai
factor-faktor yangikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
c)
Keputusan mengenai factor
utama penyebab kesulitan belajar dan sebagainya.
4.
Prognosis
Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap
diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menetapkan ramalan mengenai bantuan
apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
5.
Treatment atau
perlakuan
Perlakuan di sini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang
bersangkutan sesuai program yang telah disusun dalam tahap prognosis tersebut.
Bentuk yang dapat diberikan bias berupa;
a)
Melalui bimbingan belajar
kelompok
b)
Melalui bimbingan belajar
individual
c)
Melalui pengajaran remedial
dalam beberapa bidang studi tertentu
d)
Pemberian bimbingan pribadi
untuk mengatasi masalah-masalah psikologis
e)
Melalui bimbingan orang
tua, dam pengatasan kasus sampingan yang mungkin
6.
Evaluasi
Evaluasi di sini dimaskudkan untuk mengetahui, apakah treatmen yang
diberikan telah berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal
sama sekali.
Untuk mengadakan pengecekan kembali atas hasil treatmen yang kurang
berhasil, maka secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah
sebagai berikut:
a)
Re-ceking data (baik itu
pengumpulan maupun pengolahan data)
b)
Re-diagnosis
c)
Re-prognosis
d)
Re-treatment
e)
Re-evaluasi
BAB
III
PENUTUP
Peserta didik atau anak didik atau murid adalah anak yang dinamis yang
secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus
asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa. Dan
endidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik
(karsa).
Di dalam
belajar, banyak sekali factor yang mempengaruhi. Dari sekian factor-faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu:
1. Faktor
Internal, yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
2. Faktor
Eksternal, yang meliputi lingkungan social dan lingkungan nonsosial.
3. Factor
Instrumental, yang meliputi Kurikulum. Program, Sarana dan Fasilitas dan Guru.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Tafsir,
Ilmu Pendidikan dalam Perspektif, (Bnadung: Remaja Rosadakarya, 1992),
Drs. Abu
Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT. Rineka
Cipta, 2004), Ct. ke-2,
Drs. Syaiful
Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2008), Ct.
ke-2,
Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar,
(Pamulang Timur:PT LOGOS Wacana Ilmu, 1999), Ct. ke-1,
Prof. Dr.
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2011), Ct. ke-1.
[1]Prof. Dr.
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2011), Ct. ke-1, h. 113
[2]Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif, (Bnadung: Remaja Rosadakarya,
1992), h. 74-75
[3]Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT Rineka
Cipta,2008), Ct. ke-2, h. 189
[4]Ibid,
h. 190-195
[5]Ibid,
h. 196-202
[6]Muhibbin
Syah, M.Ed., Psikologi Belajar, (Pamulang Timur:PT LOGOS Wacana Ilmu,
1999), Ct. ke-1, h. 153
[7]Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit, h. 176-185
[8]Drs. Abu
Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT. Rineka
Cipta, 2004), Ct. ke-2, h. 96
Alhamdulillah, informasi keilmuan yg diberikan alm. bp & ibu saya masih berguna s/d saat ini (trmksh utk mas Antoni,pemilik blog ini, yg telah merujuk ke buku alm. orang tua saya)
BalasHapusSalam,
Tuti Agustin Isbani